Minggu, 24 September 2023

Sekuel Songgo Buwono

HALO, Sobat PIKIRAN POSITIF? Rupanya kali ini kita belum bisa move on ke jenis makanan lainnya.  Ternyata tulisan "Songgo Buwono Atau Songgobuwono?" mesti dibuatkan sekuel.

Mengapa? Alasannya simpel saja. Sebab ada beberapa hal yang belum kutuliskan dalam artikel sebelumnya.

Sementara kalau sekalian dirangkum dalam artikel sebelumnya, bakalan panjang sekali. Tentu berpotensi membosankan. Bisa-bisa malah merusak kebahagiaan kalian, deh.

Lalu, apa saja hal-hal yang hendak kusampaikan dalam sekuel ini? Baik. Mari langsung simak penjelasan berikut.

Pertama, bagaimana cara makan songgo buwono?

Lazimnya dimakan pakai sendok. Oleh karena itu, saat membeli songgo buwono untuk dibawa pulang (bukan dimakan di tempat), dalam kemasannya pun diberi sendok.
 
Tidak bisakah dilahap tanpa bantuan sendok? Bisa-bisa saja, sih. Terlebih kalau ukurannya mini. Relatif gampang dikendalikan dalam genggaman tangan.

Mayonaisnya tinggal dicocolkan ke kulit sus. Sementara acarnya bisa disisipkan ke dalam kulit sus.

Akan tetapi, kalau songgo buwono berukuran normal atau malah lebih besar daripada ukuran normal, lebih mudah kalau menikmatinya pakai sendok.

Jangan lupa. Makin besar ukuran berarti makin banyak isian daging cincang (giling)-nya. Kalau kita asal gigit, isian tersebut dapat berhamburan.

Hmm. Enggak asyik banget jadinya. Sudahlah terbuang, masih pula mengurangi keanggunan.

Kedua, di mana bisa membeli songgo buwono?

Mayoritas respons terhadap tulisan sebelumnya adalah  pernyataan tentang ketidaktahuan perihal songgo buwono. Beberapa orang bahkan menyatakan tekad untuk mencarinya, bila kelak main ke Yogyakarta lagi.

Dua respons tersebut bikin aku terhenyak. Sekaligus berdoa agar kelak usaha mereka mencari songgo buwono dilancarkan-Nya.

Mengapa? Sebab tekad mereka menyadarkanku, betapa songgo buwono "tak segampang itu"  dicari.

Sekalipun berdomisili di wilayah DIY, terkhusus Kota Yogyakarta, ternyata belum tentu sewaktu-waktu dapat membeli songgo buwono.

Saya ngeh-nya tatkala ditanya dua kawan sekota, "Mbak Tinbe kalau beli songgo buwono di mana? Aku enggak pernah nemu di penjual jajanan eee ...."

Sementara mereka sama-sama tinggal di kampung njero beteng. Yang satu di Pura Pakualaman. Yang satunya di Kraton Yogyakarta.

Di sisi lain, aku malah lumayan sering bersikap cuek saat melihat songgo buwono. Bukan sebab tak suka, melainkan tahu diri dengan isi dompet. Bahaya kalau terlalu sering beli songgo buwono.

Sampai di sini, mungkin kalian berpikir pesimis. Kalau warga njero beteng saja begitu, bagaimana halnya dengan wisatawan yang notabene tak berlama-lama di Yogyakarta?

Tenang, tenang. Untuk kaum wisatawan, terutama yang berombongan, bisa memesannya dulu ke produsen songgo buwono. Alamat dan kontaknya bisa cari-cari di internet. Atau, boleh juga bertanya kepadaku.

Saat ini kebetulan aku bertetangga dengan seorang pembuat aneka jajanan. Termasuk songgo buwono. Akan tetapi, camilan ningrat itu hanya dibuatnya ketika ada pesanan.

Kalau ada pesanan dia terbiasa melebihkan jumlah produksi. Misalnya menerima pesanan 20 buah, dia akan membuat 30 sekalian. Yang 10 biasanya dititipkannya di Gudheg Yu Hadi.

Lalu, yang wisatawan perseorangan bagaimana? Tak jadi soal jika ordernya banyak. Kalau cuma mau beli satu, ya ayo persiapkan diri untuk berburu songgo buwono.

Di mana berburunya? Di lapak-lapak penjual jajanan di seantero Yogyakarta, dong. Siapa tahu di antara sekian banyak jajanan, di situ terselip songgo buwono?

Berapakah harganya? Perihal harga tentu tergantung ukuran dan isian. Makin besar makin mahal. Kalau berisi daging sapi, pasti bandrol harganya pun lebih tinggi daripada yang berisi daging ayam.

Begitulah faktanya. Sesuai dengan kemantapan citarasanya, harga songgo buwono memang tak ringan. Terlebih yang kualitas premium.

Ketiga, penjelasan tentang makna filosofi songgo buwono.

Kalian tentu masih ingat penampakan songgo buwono dalam tulisan sebelum ini. Yang ditaruh di piring. Jika lupa, silakan perhatikan saja foto berikut. Hehehe ...
 
Nah. Dalam tulisan terdahulu itu, sempat kusampaikan bahwa songgo buwono mengandung makna filosofis terkait kehidupan manusia. Hanya saja, belum kuberi penjelasan detil.

Baik. Sekaranglah saatnya kita membahas makna filosofi songgo buwono.

Kita mulai dari namanya, ya. Songgo buwono! Yang rupanya terdiri atas dua kata bahasa Jawa  yaitu songgo (menyangga) dan buwono (langit, kehidupan). Dengan demikian, songgo buwono berarti penyangga langit/kehidupan.

Ahaiii. Poin ini sekaligus menjelaskan bahwa penulisan yang benar adalah songgo buwono. Bukan songgobuwono.

Sekarang, mari perhatikan komposisinya. Kita bahas satu per satu, tiap komponen menyimbolkan apa.

Kulit sus menyimbolkan bumi.

Daging sapi/daging ayam menyimbolkan penduduk bumi.

Telur menyimbolkan keberadaan gunung.

Selada, menyimbolkan tumbuhan.

Kuah (mayonaise) menyimbolkan langit.

Acar menyimbolkan bintang-bintang di langit.

Kiranya sampai di sini sudah jelas, ya. Tak ada lagi yang perlu dijelaskan. Bahkan kalian bisa menengok salah satu komentar panjang di tulisanku terdahulu,sebagai pelengkap informasi.

Percayalah. Begitu kalian mencicipi songgo buwono, makna 'penyangga kehidupan' itu seketika bisa kalian buktikan (melalui rasa kenyang). Haha!

***

Baiklah. Kiranya sudah komplet ceritaku tentang songgo buwono. Insyaallah tulisan berikutnya akan memperbincangkan gecok genem. Jenis makanan ala kraton juga.

Namanya tak kalah unik dari songgo buwono 'kan? Citarasanya pun demikian. Tunggu dengan penuh cinta, ya.

56 komentar:

  1. Songgo buwono ( sangga buana) penopang dunia. Ternyata juga nama kue.🤔

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya, kue santapan yg berasal dari dalam kraton.

      Hapus
  2. Sy pikir Dejavu, gara² dibuat dia skuel sy jadi kepo lho kudapan nya kelas raja ini, kaya apa sih cita rasanya.

    Kalau ke Jogja harus cari kuliner ningrat satu ini, dan harus sy masukan ke blog saya gaksukalapar.id

    BalasHapus
  3. Ini makanan yang beneran one bite size ya kak, cemilan lampau namun citarasa nya sudah masakini. Perpaduan antara budaya Eropa yang diserap lokal. Rasanya enak dan pasti digemari lintas generasi

    BalasHapus
  4. allright.....
    terimaksih sudah menambahkan sisi makna filosofisnya
    ini penting, sebagai selain para leluhur bangsa ini telah mewarisi segudang ilmu tentang dunia kuliner.
    beliau-beliau tak lupa menyelipkan nasehat atau ajaran tentang kehidupan disetiap karyanya.

    sukses n sehat selalu u semua bloggerHub Nusantara
    Wahono Secret

    BalasHapus
  5. Beda penulisan bisa beda arti ya mbak. Dan aku setuju sama ini. Karena nama selalu identik sama filosofi nama itu sendiri. Kalau orang jaman dulu, memang sering sekali menganalogikan makanan dalam simbol-simbol alam. Contohnya kaya songg buwono, lalu ada juga ada nogosari, dan beberapa makanan tradisional lain. ❤️❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kesimpulannya, orang zaman dulu penuh pemikiran dan kontemplatif.

      Hapus
  6. Aku baru mengetahui ada nama makanan unik yaitu songgo buwono, mungkin dikarnakan berasal dari luar p.jawa tentunya aku semakin penasaran tentang rasa dari kue ini. Berharap aku dapat mencobanya nanti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga klo ke Yogya bisa sekalian mencicipinya, Kak.

      Hapus
  7. wah jadi penasaran sama panganan ini mbake.. biasanya makan kulit sus yang isinya fla susu.. ini dibuat makan gurih mengenyangkan dan bergizi.. nyumm
    kira2 berapa mba harga seporsinya ini? dan bisa diburu di toko apa?

    BalasHapus
  8. wah makasih ya kak sharingnya, saya tidak tahu sm sekali malah ttg cemilan songgo buwono padahal pernah tinggal di jogja brp tahun. tar kapan kesana lg mau nyari jg deh, penasaran hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oalaaah ... pernah domisili di Yogya ternyata. Saat kuliah, ya?

      Hapus
  9. Saya sering berwisata ke Jogja tapi baru tau nama makanan songgo buwono ini, keliatannya enak kalau isian daging kayak gitu. Bikin ngiler dan kalau ke Jogja kayaknya harus nyobain makanan ini deh.

    BalasHapus
  10. Wah kelihatanya enak, semoga bisa mencicipinya kalo main ke Yogyakarta.

    BalasHapus
  11. wah masih di jogja aja ya kak kalau di lombok ada nggak kak jadi penasaran songgo buwono itu rasanya seperti apa hehe

    BalasHapus
  12. Saya yang orang Jogja justru baru dengar ada makanan ini, jadi makin penasaran setelah membaca artikel yang ini hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Laah Yogyanya mana, Kak? Klo aku saat ini tinggal dekat Titik Nol.

      Hapus
  13. Bukan cuma belum pernahcobain, tapi bahkan namanya saja baru dengar. Setelah lihat artikel ini jadi penasaran, di Bandung gak pernah lihat sama sekali. Insya Allah kalau main ke Jogja bakal cari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kak, pasti di kota lain gak ada. Kecuali ada orang Yogya di kota tersebut bikin.

      Hapus
  14. masakan di indonesia memang sarat filosofi, apalagi masakan dari suku jawa.. selain songgo buwono, kuliner dari suku jawa yang saat ini sudah seperti "hidangan nasional" karena biasanya selalu ada saat ada perayaan2 yaitu nasi tumpeng.. nasi tumpeng yang sarat makna filosofis disimbolkan dari bentuknya yaitu kerucut.. bentuk ini melambangkan bahwa manusia dan alam berasal dari tuhan dan akan kembali kepada tuhan..

    btw, nice post

    BalasHapus
  15. Tertegun sejenak setelah membaca :Songgo = menyangga
    Buwono = langit, kehidupanSonggo buwono : Penyangga langit/kehidupan.
    Waw filosofi makanan ini dalam banget ya Kak.
    Jadi teringat guruku dulu mengibaratkan sarapan adalah sebuah pondasi hari.Dimana sarapan yang baik akan menopang hari kita menjadi lebih semangat dan produktif.
    Mungkin ini serupa ya Kak?

    BalasHapus
  16. Jujur kalau ga baca blog ini kayaknya saya gatau kalau ada makanan namanya songgo buwono. Keliatannya enak bgt yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah tulisan ini bisa nambah pengetahuan pembaca. Memang enak, Kak.

      Hapus
  17. Wah terima kasih banget kak... Baca tulisan ini aku jadi tahu ada makanan namanya Songgo Buwono, aku kirain itu nama orang... ngeliatnya jadi pengen. Ada franchise nya di Jakarta gak kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha kayak nama bangsawan, ya? Memang dari kraton ini. BTW gak ada franchise lah, Kak.

      Hapus
  18. Saat pertama membaca judul artikel ini, sama sekali tidak tebersit dalam pikiran bahwa Songgo Buwono itu merupakan nama makanan. Wah menarik, yang mau ke Jogja harus nih memasukkan makanan ini dalam daftar buruan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe ... nama makannya keren kan? Yoii, Kak, wajib diburu banget iniiivklo ke kotaku.

      Hapus
  19. Songgo buono awalnya ku kira sejarah universitas sangga buana eh taunya malah menjelaskan makanan .hha

    BalasHapus
  20. Aku sebagai orang yang tinggal di luar pulau Jawa, tentu asing dengan makanan ini. Maklum ke Jogja belum sempat eksplor banyak makanan kecuali gudeg hihi. Aku cukup terbantu dengan penjelasan disini terkait Songgo Buwono. Ini toh jenis kuliner dari Jogja rupanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulilkah, Kak, jika artikel ini bisa bermanfaat.

      Hapus
  21. Baru denger dong songgo buwono. Ternyata kudapan khas Jogja toh, menarik yah, aku nyari lebih lanjut di Google lho, pengen lihat jelas bentukannya, hehe..

    BalasHapus
  22. dulu tahun 2008 pas masih sma perdana backpaker ke jogja berdua dengan kawan, tapi cuma sehari aja di jogja dan baru hanya mencicipi nasi gudeg saja. semoga ada langkah lain waktu buat makan songgo buwono ini.

    Salam dari banda aceh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kereeen sewaktu SMA aja sdh backpackeran jauh ke pulau seberang, ya.

      Hapus
  23. kalau dilihat bentuknya kayak burger ya.
    ada isian dalamnya, terus pakai mayonaise juga ya, ini dari sononya emang isiannya udah pakai mayonaise kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mayonaise sebaga9 cocolan, Kak. Aselinya dari kraton memang begitu. Ini kudapan yang terpengaruh budaya kuliner Barat.

      Hapus
  24. Wah, filosofinya lumayan dalem ya ternyata. Eh tapi aku juga jarang banget nemu songgo buwono ini lho kalau ke Jogja. Makanya ini juga baru tau ada cemilan ini. Berikutnya ke Jogja, cari ah! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena harganya mahal, Kak. Produsen juga takut rnggak lalu klo memproduksinya secara massal.

      Hapus
  25. Keliatannya enak, jadi ngiler wkwk

    BalasHapus
  26. Serius deh kalau ga baca sampai akhir, cuma baca judulnya aja, aku pikir semacam komik atau film pendek indie 'songgo buwono'. Ternyata makanan, unik banget mana ada filosofinya juga ya. Budaya banget sih kalau udah begini

    BalasHapus
  27. Aku yang lahir dan besar di Solo (yang notabene tetanggaan sama Yogya) beneran gak tau soal Songgo Buwono ini. Kirain itu nama seorang tokoh atau apaaa gitu. Hahaha. Ternyata ada makna filosofis yang seberat itu ya yang disematkan pada makanan. Jadi pengen coba Songgo Buwono. Seberat apakah dia bisa memenuhi perutku. Hihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berat banget, Mbaaak, ditanggung kenyang. Hahahah.

      Hapus
  28. Mbaaa, makin tertantang niiih jadinyaa untuk cari songgo Buwono 🤣🤣.

    Pokoknya kalo ke Jogja ga dapet, berarti aku pesen aja lewat temen mba deh 😄😄. Beneran penasaran soalnya..

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template