Senin, 15 September 2025
Wayang dari Limbah Plastik
Minggu, 16 Maret 2025
IAD dari Galeri HP
Minggu, 26 Januari 2025
Buang "Sampah" di Malioboro
Berbahagialah kalian yang berkesempatan menikmatinya. Yang tidak berkesempatan alias tidak libur, tetaplah berbahagia.
Ingat. Bahagia itu tidak tergantung pada libur atau tidak libur, tetapi tergantung pada hatimu. Pun, pada caramu memandang kondisi kesehatan rekeningmu.
Sekali lagi, pada caramu memandang kondisi kesehatan rekeningmu. Caramu memandang lho, ya. Bukan the real kondisi rekeningnya.
Jadi tak peduli seberapa banyak isinya, jika kamu memandang kesehatan rekeningmu baik-baik saja, kamu pasti bisa hepi. Bisakah? Bisa banget. Aku sering membuktikannya, kok.
Bagaimana caranya? Simpel saja. Jika kondisi rekening mulai oleng dan virus-virus kestabilan jiwa terasa menggila, aku segera buang "sampah" ke Malioboro. Berbaur dengan wisatawan.
Kadangkala berjalan kaki di sepanjang trotoarnya. Dari selatan ke utara, balik lagi ke selatan. Yaiyalah. Aku memang harus balik ke selatan.
Mengapa? Sebab tempat tinggalku berada di sebelah selatan perempatan Titik Nol Yogyakarta. Jadi, aku bolak-balik bukan karena kehilangan orientasi melainkan memang harus begitu kalau masih ingin pulang. Haha!
Namun kalau sedang malas berjalan kaki, aku akan duduk-duduk di bangku yang tersedia di seantero Malioboro. Duduk sambil melamunkah? O, tentu tidak. Di Malioboro kok melamun. Rugi.
Malioboro itu hiruk-pikuk. Tidak kondusif buat bengong dan melamun. Lagi pula, di Malioboro itu segala rasa ada. Segala peristiwa ada. Semua menarik untuk dilihat.
Senin, 30 September 2024
Traveling with Shapewear: Comfort, Style, and Convenience
Hi, Sobat PIKIRAN POSITIF! Today, I have a special advice for you. Hope you find your solution there. Please, check it out
Traveling with Shapewear: Comfort, Style, and Convenience
Have you ever asked yourself how travel can be improved with the help of shapewear? Whether it is a business trip or a leisurely vacation, having the correctly oriented undergarment can significantly alter the experience of the journey and the impression that is given. Feelingirl appreciates different factors such as comfort, fashion, and functionality of clothes and accessories, and we are convinced that collections of seamless thong bodysuit are unique accessories for trips.
Comfort on the Move
Sitting, standing or walking for long hours is not unusual, especially while traveling; therefore, choosing a proper dress code is necessary. Feelingirl shapewear comes with a seamless build that supports your body gently throughout the trip. Due to the light fabrics and the diaphragm cuts, it gives easy mobility. This means you will not be quickly exhausted no matter how long you are on the road.
Stylish Support
It also shows that traveling does not necessarily mean letting go of a well-put-together appearance. Another of our Feelingirl shapewear can be worn under any clothing so that you may always look smooth. Whether going for a dinner in a fancy restaurant or a typical day out tour, a sleeved dress, or any dress will fit you perfectly and provide you with a good shape.
Convenience for Travelers
One of the most outstanding advantages of using Feelingirl seamless body shaper is that it is easily portable. They are light and small enough to be packed within your luggage without occupying much space. This means you can carry many options but make them so you do not have to take many bags. Some are also easy to maintain, making them a perfect investment to accompany you on your travel essentials list.
Another benefit associated with the wear of shapewear during travel is its boost in confidence level. Given the charm of the stylish jeans paired with attractive blouses, a simple dress or leggings, it is essential for a woman to feel comfortable in her skin and the clothes she is wearing. Shapewear makes your figure look even better, and you will feel free on your trip as you are on the beach, hiking or a night out.
Feelingirl is committed to ensuring that our shapewear adds to the fun of traveling and is not a hindrance. Our collection is made to fit all your requirements and provide comfort, style, and convenience so that you always feel good.
Conclusion
Carry slimming bodysuit when traveling to make the trip even more appealing, fashionable, and comfortable without compromising self-esteem. Feelingirl shapewear is stylish, comfortable, and versatile, so you look good and feel confident wherever you go - for traveling or business meetings. Our shapewear is designed for short trips, where you only pack for the weekend and long holiday trips, where packing is for a month's vacation.
Rabu, 25 September 2024
Yuk, ke Posyandu Balita
Rasanya keterlaluan deh, kalau kamu sampai tidak tahu posyandu balita. Terlebih kalau kamu tidak bertempat tinggal di apartemen atau kompleks perumahan mewah. Atau, permukiman lain yang cenderung individualistik lingkungannya.
Mengapa kubilang keterlaluan? Karena di mana-mana di seantero Indonesia, posyandu balita ini eksis. Istilahnya, di mana ada kampung di situlah ada posyandu balita (bawah lima tahun).
Kalau di sebuah kampung sampai tidak ada posyandunya, terutama posyandu balita, perlu dijewer tuh lurahnya. Masih bisa dimaafkan kalau ketiadaan posyandu balita itu disebabkan oleh tidak adanya balita. Namun, apa mungkin?
Rasanya nyaris tak ada kampung yang warganya berusia lima tahun ke atas saja. Kalaupun ada malah mencemaskan. Berarti proses regenerasi terhenti. Kelak di kemudian hari, kampung itu bakalan kehabisan penghuni.
Sekali lagi, memang keterlaluan kalau kamu tak tahu posyandu balita. Makin keterlaluan kalau ternyata kamu lulusan posyandu balita. Kok lupa sama "almamater"sendiri? Hehe ...
Adapun kalau dirimu kini seorang ibu dan anakmu masih usia balita, tapi kamu tak tahu tentang posyandu balita, ckckck ... Dapat dipastikan bahwa kamu tak pernah membawa buah hatimu ke situ. Pasti itu.
Duh! Jangan dilanjutkan dek, ya. Perilaku cuek pada posyandu balita itu sangat terlarang. Lebih-lebih kalau dirimu tak rutin membawa balitamu ke puskesmas atau rumah sakit buat cek ricek.
Ingatlah bahwa balitamu perlu posyandu. Tiap bulan harus dipantau tinggi dan berat badannya. Demikian pula, pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan itu meliputi kesehatan fisik. Ada gangguan kesehatan atau tidak? Berat badannya selalu bertambah tiap bulan atau naik-turun? Atau, malah selalu turun? Lingkar lengan dan lingkar kepalanya bagaimana?
Sementara perkembangan meliputi kemampuan si balita dalam melakukan respons dan stimulasi yang diberikan. Kepandaian dan keterampilannya selalu meningkat atau tidak?
Pokoknya hal-hal yang sejenis itulah yang akan dipantau posyandu balita. Yang tujuannya menyiapkan generasi emas Indonesia. Yang sehat lahir dan batin, no stunting.
Percayalah. Banyak untungnya bila mengajak balitamu rutin ke posyandu balita. Selain dipantau kesehatan dan kecerdasaannya, diberi vitamin gratis juga lho. Diberi obat cacing juga. Ada makanan tambahan untuk peningkatan gizi juga. Pokoknya diurusi betul, deh.
Nah. Bagaimana, nih? Masih ragu untuk ke posyandu balita? Jangan, dong.
Judul dan isi artikel ini secara spesifik menyebut posyandu balita. Tak hanya posyandu. Mengapa? Karena untuk memperjelas, agar tak menimbulkan kerancuan/pertanyaan.
Sekarang ini 'kan selain ada posyandu balita, ada pula posyandu remaja dan posyandu lansia. Ketiganya sama-sama posyandu, pos pelayanan terpadu, tetapi beda sasaran yang dilayani. Dengan demikian, beda pula tujuannya.
Semoga kamu dan kamu menjadi paham tentang dunia perposyanduan setelah baca artikel ini. Semoga.
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.
Rabu, 18 September 2024
Horeee Aku Naik Excavator
Misalnya nih, ya. Kamu punya impian untuk bertemu muka dengan Nicholas Saputra dan kemudian sarapan soto duduk bersebelahan dengannya. Sementara kamu samsek tak punya ordal yang berpotensi mewujudkan impian "retjeh" itu.
Tahu-tahu pada suatu hari, saat kamu sedang sarapan soto di sebuah warung, Nicholas Saputra datang bersama rombongan sepeda. Lalu, dia duduk persis di sampingmu. Apa enggak menyala, tuh?
Mungkin istilahnya, pucuk dicinta ulam tiba. Atau, bagai mendapat durian runtuh? Ah, entahlah. Entah apa istilah atau peribahasa yang tepat untuk menggambarkan situasi semacam itu. Bisa jadi istilah yang paling tepat ya makbedunduk itu tadi.
Sudahlah. Apa pun istilahnya enggak perlu diributkan. Yang jelas situasi makbendunduk itu lumayan bikin kaget. Namun, kagetnya kaget hepi. Jantung serasa nyaris copot. Ritme detaknya pun ugal-ugalan.
Nah. Pernahkah kamu mengalami hal demikian itu? Yang sesungguhnya bisa bikin sesak napas, tetapi ujungnya tertawa lepas. Gimana enggak tertawa lepas? Itu 'kan sebuah pengalaman menyenangkan. Sangat menyenangkan malahan.
Aku juga punya pengalaman menyenangkan serupa itu. Makbenduduk bisa menggapai cita-cita yang sekian lama terpendam dalam diam. Bahkan, ketika aku sedang lupa pada cita-citaku itu. Hehehe ... Sebagaimana yang kamu lihat pada foto di atas itu.
Yoiii. Aku memang telah lama punya cita-cita naik excavator. Telah beberapa tahun belakangan ini. Saking inginnya naik, sampai-sampai macam orang ngidam. Hanya saja apesnya, aku tak punya kenalan yang berpotensi bisa membantuku mewujudkan cita-cita tersebut.
Hingga suatu pagi aku jajan lupis di sebuah kampung di dalam tembok Kraton Yogyakarta. Usai jajan aku dan temanku tak langsung pulang. Kami memutuskan pura-pura jogging plus-plus.
Maksudnya plus pepotoan dan plus menuntaskan rasa kepo dengan isu pembongkaran deretan rumah warga. Yang lokasinya dekat tembok pembatas wilayah Kraton Yogyakarta. Kami ingin melihat, sudah sehancur apa kondisinya.
Sesampainya di lokasi, kami takjub dengan reruntuhan-reruntuhan yang ada. Pun, dengan alat-alat berat yang ada di lokasi tersebut. Luar biasa. Sederetan rumah tinggal dan kios mungil yang dahulu utuh berdiri, kini sudah tak lagi berbentuk bangunan. Entahlah berpindah ke mana orang-orangnya.
Dengan perasaan mendayu-dayu, aku jeprat-jepret mengabadikan segala keluluhlantakan tersebut. Hingga akhirnya tersadarkan bahwa ada excavator di situ. EXCAVATOR!
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.
Rabu, 11 September 2024
Memori Wastafel Covid-19
Adapun kenormalan baru (new normal) yang dimaksudkan, tak lain dan tak bukan berupa kewajiban untuk memakai masker. Tiap orang harus bermasker jika berkegiatan di luar rumah. Terutama kalau kegiatannya mesti berinteraksi dengan orang lain. Bahkan, porsi interaksinya dibatasi. Tidak boleh lama-lama dan jumlah orangnya tidak boleh banyak-banyak. Harus pula jaga jarak.
Lalu, ke mana-mana kita mesti membawa hand sanitizer. Kalau mau menggaruk area muka yang gatal, kita mesti membersihkan tangan dulu. Hendak makan atau minum pun demikian. Bisa dengan hand sanitizer yang kita bawa atau dengan mencuci tangan di wastafel umum, yang mendadak bermunculan bagaikan cendawan di musim hujan.
Iya, lho. Selama pandemi Covid-19 di seantero kotaku bermunculan wastafel umum. Bentuknya beragam. Ukurannya berlainan. Ada yang tampilannya mewah, ada yang simpel saja. Ada yang disediakan oleh instansi tertentu, ada yang disediakan perorangan. Salah satunya yang tampak pada foto berikut.
Wastafel yang tampak pada foto di atas merupakan wastafel resmi dari pemkot Yogyakarta. Dibagikan ke kampung-kampung yang termasuk ke dalam wilayah Kota Yogyakarta. Dengan demikian, kamu pasti tidak familiar dengan wastafel hijau itu kalau tidak berdomisili di Kota Yogyakarta.
Kupikir-pikir, seruan untuk cuci tangan sangatlah keren. Terlebih disertai dengan disediakannya wastafel di berbagai titik. Jadi, bukan model anjuran omdo alias omong doang.
Makin keren ketika ternyata penyedia wastafelnya berasal dari berbagai kalangan. Tidak hanya dari pihak pemerintah. Bukankah ini menunjukkan kepedulian tinggi dari masyarakat?
Mungkin sebetulnya ada yang kurang peduli. Mereka bisa jadi ikut menyediakan wastafel demi tujuan tertentu. Misalnya untuk keperluan branding. Namun sebagai rakyat jelata, hal itu tak jadi masalah bagiku. Yang terpenting adalah manfaat dan fungsinya.
Sejujurnya aku merasa hepi dengan kehadiran wastafel di tempat-tempat umum. Terlebih kalau bentuknya estetik. Sebab selain memudahkan kalau hendak mencuci tangan pada saat nongkrong, wastafelnya bisa dipotret. Koleksi foto wastafelku banyak, lho. Sampai kubuat album di Facebook.
Namun seperti yang biasa terjadi, wastafel-wastafel itu kini tiada berbekas. Apa boleh buat? Pandemi berhenti, budaya cuci tangan juga dipaksa berhenti. Kalau wastafelnya saja dihilangkan, otomatis kita tidak bisa mencuci tangan. Karena fasilitasnya tidak ada, lama-kelamaan budaya cuci tangan yang telah terbangun menjadi runtuh. Dipaksa berhenti.
Ke manakah wastafel-wastafel itu? Entahlah. Akan tetapi, kuyakin kalau semuanya pasti dijadikan rongsokan. Saat masih berada di lokasinya saja dibiarkan berkarat. Pun, tak ada air bersihnya.
Sayang banget sebetulnya. Andai kata semua wastafel umum warisan zaman pandemi Covid-19 itu dirawat, dipelihara baik-baik sehingga tetap berfungsi, tentu orang-orang hingga sekarang masih bisa mempergunakannya. Dengan demikian, ajaran gaya hidup sehat melalui kebiasaan mencuci tangan tetap lestari.
Perlu diketahui, kebiasaan mencuci tangan (apalagi dengan sabun) adalah salah satu kunci hidup sehat. Bukan cuma saat pandemi Covid-19, melainkan kapan pun. Bahkan ada Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, lho. Yang jatuhnya tiap tanggal 15 Oktober.
Nah 'kan? Sayang bangeeet, malah peranti penunjang kebiasaan cuci tangannya dimusnahkan. Tanpa jejak sama sekali. Untung saja aku sempat mendokumentasikan sebagiannya.
Heran juga. Kenapa kita selalu begini? Di awal berlomba-lomba membuat wastafel aneka bentuk, ujungnya berlomba-lomba mengabaikan pemeliharaannya. Sementara kalau semua wastafel terpelihara baik, bisa sekaligus berfungsi sebagai monumen pengingat. Pengingat bahwa kita pernah melewati pandemi Covid-19.
Sekali lagi, apa boleh buat? Suka tidak suka memang harus diakui bahwa kita ini punya budaya "bisa membuat, tetapi tidak piawai merawat". Apakah perlu diruwat?
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.
Rabu, 28 Agustus 2024
Bersikaplah Seperti Lamine Yamal
Oleh karena itu, jangan hobi beramah-tamah dengan pikiran negatif. Hindari kebiasaan suuzon melulu kepada orang lain. Atau sebaliknya, jangan terbiasa overthinking hanya gara-gara merasa diliatin terus oleh seseorang. Jangan-jangan seseorang itu sebetulnya tidak sedang melihatmu. Kamu saja yang ke-GR-an sampai overthinking.
Pokoknya katakan tidak pada pikiran negatif. Tidak, tidak, tidak. Jangan dek, ya. Pokoknya jangan. Sekalipun dirimu sekarang mungkin sedang didera kekalutan cinta, jangan serta-merta ingin mengakhiri hidup.
Please, deh. Kalau patah hati jangan buru-buru ingin mati. Ayolah cari satu alasan meskipun receh, yang bisa membuatmu bertahan di dunia fana ini. Misalnya belum sempat nyicip Yammie Padokan yang kokinya pernah meliput Piala Dunia Rusia pada tahun 2018 lalu.
Pokoknya apa sajalah. Tolong cari-cari alasan apa pun yang bisa kembali membuatmu bersemangat untuk menjalani hidup. Tendang jauh-jauh pikiran untuk mati. Percayalah. Itu enggak ada untungnya sama sekali. Patah hati kok solusinya mati. Cemen itu.
Jika kamu penggemar sepakbola, terkhusus fans berat Timnas Spanyol dan Klub Barcelona, kamu mestinya bisa meniru sikap tabah Lamine Yamal.
Lihatlah dia yang baru 17 tahun itu. Sesaat setelah memenangkan trofi Euro 2024, dia baru mempublikasikan pacar cantiknya. Tahu-tahu tak lama kemudian, terdengar kabar pacar cantiknya berselingkuh. Putuslah hubungan cinta mereka. Entah benar entah tidak, entah kelanjutan kisah mereka seperti apa, yang jelas ada kabar kalau keduanya sudah saling unfollow akun Instagram.
Terusterang kabar percintaan Lamine Yamal yang muram itu mencemaskanku. Kukira para penggemar sepakbola, terutama pendukung Spanyol dan Barcelona, juga memiliki kecemasan yang sama. Sama-sama mencemaskan performanya di lapangan. Namun, syukurlah Lamine Yamal tetap menyala. Dia mampu bersikap profesional rupanya.
Baru-baru ini Arhan, salah satu penggawa Timnas Garuda, juga dikabarkan telah diselingkuhi sang istri. Entah itu sekadar desas-desus atau kabar super serius, mau tidak mau bikin cemas juga. Bikin aku dan kamu serta jutaan pendukung Timnas Garuda khawatir akan performa Arhan. 'Kan gawat banget kalau konsentrasinya dalam menghadapi pertandingan penting malah buyar karena cinta.
Diselingkuhi itu sakit sesakit-sakitnya. Kita butuh sejumlah waktu untuk move on dari rasa sakit itu. Sementara Arhan sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi pertandingan penting bersama Timnas Garuda, mengapa harus berembus kabar yang tak sedap itu? Semoga sih, Arhan baik-baik saja walaupun kabar perselingkuhan tersebut benar adanya.
Pendek kata, semoga Arhan mampu meniru Lamine Yamal. Dibikin patah hati, tetapi bensinnya tak habis-habis. Sanggup selalu menyala! Kamu dan kamu juga harus begitu, ya.
Minggu, 25 Agustus 2024
Bung Karno di Titik Nol Jogja
Minggu, 11 Agustus 2024
Mencari Gang Joko Pinurbo
Minggu, 02 Juni 2024
Akun Instagramku Kenapa?
Minggu, 12 Mei 2024
Just Follow Your Heart
Memang sih, hidup tak selalu berjalan lancar. Rasanya selalu saja ada jebakan batman di sana-sini. Apa boleh buat? Namanya juga hidup. Pastilah seperti itu kondisinya. Dinamis. Sebab terlalu dinamisnya, kadangkala malah sampai gronjal-gronjal. Namun, kalau statis alias diam saja berarti malah mati. Iya 'kan?
Menurutku, sikap just follow your heart sangat diperlukan demi memelihara kestabilan jiwa. Sebagai salah satu perwujudan dari prinsip mencintai diri sendiri.
Kalau memang kita ingin melakukan A, sedangkan orang-orang menuntut kita melakukan B, ayolah berani untuk tetap melakukan A. Tak usah ragu-ragu dengan pilihan kita. Mengapa? Karena kita pasti punya alasan-alasan kuat dalam menentukan pilihan tersebut.
Yup! Kitalah yang paling tahu arah mana yang hendak kita tuju. Bukan orang lain. Kalau boleh jujur, justru orang lain cuma bisa merecoki. Hahaha ... 🎃🎃
Yang terpenting kita mau bertanggung jawab. Kalau pilihan kita ternyata salah, kita tak kemudian sibuk cari kambing hitam. Tak menyalahkan siapa pun sedikit pun. Begitu, lhooo.
Jadi gimana? Sudah siap bersikap tegas buat mengikuti kata hati? Atau, masih maju-mundur cantik untuk melakukannya? Tenang, tenang. Bisa dilatih, kok. Latihannya pun gampang. Misalnya dengan membiasakan cuek saja untuk jalan-jalan disertai pepotoan.
Minggu, 24 Maret 2024
Work Life Ibadah Balance
Kiranya gaya hidup tersebut sedang menjadi buah bibir. Terkhusus di kalangan pekerja milenial dan genzy. Mungkin termasuk kalian?
Seingatku, gaya hidup Work Life Ibadah Balance bukanlah hal baru. Orang-orang zaman dulu pun banyak yang telah mempraktikkannya. Namun, entahlah apa sebutannya. Yang jelas intinya sama, yaitu pembagian waktu dengan baik agar hidup berjalan seimbang; bahwa dalam sehari semalam waktu kita harus dipakai untuk keperluan duniawi dan ukhrawi secara proporsional.
Dalam satu hari terdiri atas 24 jam. Nah, waktu yang 24 jam itu mesti dipakai untuk bekerja, beristirahat, melakukan apa saja selain bekerja, dan beribadah; agar tercapai Work Life Ibadah Balance.
Akan tetapi, jangan salah paham. Pengelompokan waktu sebagaimana dijelaskan di atas janganlah dibayangkan bersifat dikotomis; betulan terpisah dalam ruang-ruang tertentu.
Sebab faktanya, saat bekerja pun kita sekaligus bisa melakukan ibadah dalam arti luas. Tentu sejauh pekerjaan itu diniatkan sebagai ibadah hanya untuk-Nya SWT. Iya 'kan?
Minggu, 10 Maret 2024
Hidup Adalah Permainan
Andai kata merasa belum siap menyambut Ramadan tahun ini, misalnya karena masih punya utang puasa Ramadan tahun lalu, apa boleh buat? Salah sendiri menunda-nunda untuk bayar utangnya. Iya 'kan? Nasi telah menjadi bubur, mari jadikan menu sahur saja. Hehehe ...
O, ya. Tanggal 11 Maret esok hari, aku sudah mulai menjalani Ramadan. Mengikuti Muhammadiyah meskipun secara kultural, diriku tumbuh besar di lingkungan masyarakat yang memegang tradisi NU. Di pantura sana.
Mengapa? Karena saat ini aku tinggal di wilayah yang memegang tradisi Muhammadiyah. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tepatnya di Kota Yogyakarta. Malah tepat persis di Kauman, yaitu kampung tempat lahir ormas Muhammadiyah.
Yoiii. Aku fleksibel saja. Di mana bumi dipijak, di situlah langit dijunjung. Jika sekarang berdomisili di kampung yang bertradisi NU, yang memulai Ramadan tahun ini pada tanggal 12 Maret, aku pastilah mulai berpuasa pada tanggal 12 Maret juga.
Perbedaan seperti itu tak jadi soal bagiku. Sebagai umat dari kalangan awam, bukankah aku cuma berkewajiban untuk mengikuti para alim ulama? Merekalah yang kelak bakal ditanya-tanya oleh Allah SWT.
Ealaaah. Serius nian tulisanku ini. Oke, oke. Tampaknya akibat keberatan judul, nih. Haha! Baik. Ayo, sekarang kita ngomongin sedikit tentang hidup. Sedikiiit saja agar sah sesuai dengan judulnya.
Begitulah adanya. Hidup itu memang permainan, yaitu permainan tali-temali dengan waktu. Kita hidup berarti punya waktu. Masih punya kesempatan to do the best semasa hidup.
Sekali lagi, semasa hidup. Mengapa? Karena bila ajal tiba, tak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri. Bila berhadapan dengan maut, semua menjadi tak ada arti. Iya 'kan?
Oleh karena itu, kita mestinya bisa memenangkan permainan. Jika hidup adalah permainan, marilah menjadi pemain yang baik. Sanggup?
Minggu, 07 Januari 2024
Gembira Memulai 2024
Tuh 'kan. Tahu-tahu 2024 sudah berlangsung seminggu. Cepat sekali waktu berjalan. Ya ampuuun. Sementara rasa mager dan tak tahu arah ini masih membelenggu diri.
Jadi, apa kabar resolusi? Kalau resolusiku sih, aman. Aman di tempatnya. Dalam arti, belum mulai diproses. Oleh sebab itu, kumohon pliiis, jangan tiru diriku. Aku bukanlah contoh yang baik, Kawan. Hehehe ...
Mungkin otakku kelelahan sebab sejak November hingga awal tahun gaspuuuoool menyelesaikan berbagai pekerjaan. Plus ikutan lomba-lomba. Mulai dari lomba nulis, foto, hingga video (baik di IG reel maupun Tiktok). Alhasil, saat awal tahun alam bawah sadarku mengajak santuy gitu.
Namun, bagaimanapun aku mesti bersyukur. Sebagian lomba yang ngotot kuikuti tersebut membuahkan hasil manis berupa saldo GoPay dan uang tunai. Bisalah buat memperpanjang usia blog setahun ke depan. Plus buat jajan-jajan juga. Alhamdulillah.
O, ya. Mungkin pula rasa magerku diperberat oleh sinyal internetku yang down total pada 1Januari 2024. Yang kemudian beberapa hari setelahnya juga on off tiada tara. Itu lho, sebagai dampak dari kebakaran di kantor providernya.
Tempo hari, pada pagi pertama 2024, aku dan gengs #PPJ 'kan blusukan ke sebagian sirip Malioboro. Pulangnya sudah semangat banget untuk posting foto-foto dan video-videonya di medsos.
Eeeh. Ternyata runyam. Tiada sinyal sama sekali. Ya sudah. Patah semangatlah aku. Magerku kian kental.
Sudahlah. Sekali lagi, yang terbaik adalah tetap bersyukur. Selalu bersyukur di tiap embusan napas. Iya toh? Niscaya kalau berusaha, magerku itu tentu akan musnah pelan-pelan.
Baik. Mari memulai 2024 dengan gembira dan bersemangat. Walaupun bersemangatnya tidak bisa tepat dimulai pada tanggal 1 Januari, tak jadi soal. Yang penting masih bisa bersemangat dan bersemangART.
Semoga kita semua senantiasa bergembira dan berbahagia.
Minggu, 24 Desember 2023
Karpet Bunga di UGM
![]() |
Dokpri Erina |
![]() |
Dokpri Agustina |
![]() |
Dokpri Agustina |
![]() |
Dokpri Agustina |
![]() |
Dokpri Agustina |
![]() |
![]() |
Dokpri Fortu |
![]() |
Dokpri Agustina |
![]() |
Dokpri Ammar |
Minggu, 12 November 2023
Mari Menyeduh Semangat
Minggu, 05 November 2023
Jogja Street Sculpture 2023
![]() |
Dokpri Agustina |
Kok bisa? Bisa, dong. Aku 'kan ikut lomba foto & video yang diselenggarakan oleh panitia JSSP #5 dan Alhamdulillah menjadi juara ketiga untuk kategori foto.
![]() |
Capture Dokumentasi JSSP #5 |
Lomba foto dan video itu bertema "Merespons Tema JSSP #5. Adapun tema JSSP #5 yang berlangsung sejak 16-28 Oktober 2023 adalah "Ruwat Gatra Rasa: Redefining Form and Space".
Jadi, peserta lomba dituntut sensitif dan kreatif dalam menerjemahkan makna karya-karya yang dipamerkan. Untung saja ada satu karya yang sangat memikatku. Plus paling bisa kupahami maknanya. Karya itu berjudul "Phubbing/Gemawai". Senimannya bernama Hilman Syafriadi.
![]() |
Dokpri Agustina |
Phubbing berarti mabuk gawai. Tak bisa lepas dari gawai. Sekalipun sedang berdekatan dengan orang lain, orang yang mabuk gawai cenderung mengabaikannya. Yup, dunia maya dirasakannya lebih memikat.
Ngomong-ngomong demi membuat foto sesuai dengan ideku, yang kuyakini bisa merespons tema "Phubbing/Gemawai" secara tepat, sampai dua kali aku datang ke Malioboro. Apa boleh buat? Aku harus mengambil buku yang sesuai dulu sebagai properti berfoto. Alhasil, beginilah hasilnya.
![]() |
Dokpri Agustina |
![]() |
Dokpri Agustina |
Jumat, 25 Agustus 2023
Cokelat Gemstone dari CLICKompasiana
Namun, entahlah. Mau dari mana saja asalnya, itu tak jadi problema. Bagiku, yang penting bentuknya loetjoek dan citarasanya lezat. Seloetjoek apakah? Ini nih, penampakannya.
Memang loetjoek 'kan? Seperti kerikil warna-warni. Itu tuh, yang biasa dijadikan hiasan dalam akuarium.
Terusterang saja sewaktu pertama kali membuka wadahnya, aku lumayan takjub. Wow! Betapa imoet dan loetjoek! Warna-warni membentuk harmoni.
Kemudian saat hendak mencomotnya satu untuk nyicip, sempat tebersit ragu di hati. Keras enggak, ya? Jangan-jangan ini memang kerikil akuarium? Jenis keraguan yang konyol tepatnya. Lhahwong jelas-jelas makanan, kok.
Tentu saja manakala telah mendarat di mulut, si cokelat gemstone menunjukkan jatidirinya. Alih-alih keras seperti kerikil akuarium. Yang ada justru kelembutan, kerenyahan, dan kemanisan yang pas.
Pendek kalimat, pokoknya enak bangeeet!
O, ya. Sesungguhnya cokelat gemstone ini merupakan hadiah dari lomba menulis. Penyelenggaranya CLICKompasiana, yaitu komunitas kompasianer pengguna/pecinta kereta api.
Tatkala itu lombanya bertema "Stasiun Bersejarah Paling Dekat dengan Rumahmu". Karena berdomisili dekat dengan Stasiun Yogyakarta (Stasiun Tugu), otomatis aku menuliskan sejarah yang berkaitan dengan stasiun tersebut.
Jika ingin membacanya, silakan baca saja di Kompasiana ( "Stasiun Yogyakarta dan Perjalanan Rahasia Presiden Soekarno").
Tentu saja kelezatan cokelat gemstone ini makin istimewa sebab merupakan hadiah menang lomba. Keistimewaannya pun makin terasa mantap karena kuterima pada tanggal 16 Agustus, yaitu bertepatan dengan HUT-ku.
Serasa dikado setoples cokelat istimewa penuh cinta, deh.
Terima kasih, CLICKompasiana. Terima kasih Kompasiana.
MORAL CERITA:
Menulis bisa menyebabkan kita bahagia dan mendapatkan kado istimewa. Haha!