Minggu, 17 September 2023

Songgo Buwono atau Songgobuwono?

36 komentar
APA kabar Sobat Pikiran Positif? Sedang sibuk melakukan apa, nih? Jangan-jangan sedang menikmati songgo buwono? Eh, songgobuwono? Duh! Cara menulisnya bagaimana, sih? Hehehe ...

Oke, oke. Mulai dari tulisan ini hingga dua tulisan berikutnya, hendak kuajak kalian untuk ngomongin makanan tradisional. Namun, makanan tradisionalnya yang edisi spesial.

Mengapa kunyatakan sebagai edisi spesial? Karena asal muasalnya dari Kraton Yogyakarta. Dari dalam tembok kraton.

Jadi, semula hanya dikonsumsi oleh keluarga kerajaan. Bukan merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh kalangan rakyat jelata.

Yang kemudian seiring dengan berjalannya waktu, menjadi lazim dinikmati oleh siapa saja. Tua, muda, berdarah biru, berdarah warna-warni, kaya, miskin, pokoknya siapa saja.

Pasti kalian penasaran 'kan? Makanan tradisional apa yang dimaksud? Baik. Jreng jreng jreeeng ... Inilah penampakan makanan tradisional yang hendak kita obrolkan sekarang.

It's songgo buwono!


Seperti yang tampak dalam foto, songgo buwono dibuat dari kulit sus basah. Isiannya daging sapi giling dan telur rebus. Pelengkapnya daun selada, acar, dan mayonaise.

Perlu diketahui, songgo buwono dalam foto di atas made in nDalem Benawan. Berisi daging sapi giling. Telurnya telur bebek asin. Citarasanya sungguh lezat. Premium. Tentu harganya pun premium.

Berbeda dengan songgo buwono yang biasa kubeli di lapak jajanan. Yang kisaran harganya sepuluh ribuan. Lebih murah.

Kok bisa lebih murah? Bisa, dong. 'Kan isiannya diganti dengan daging ayam giling. Telurnya pun telur ayam rebus.

Begitulah faktanya. Sedari dahulu, rumusan "ada harga ada rasa" terbukti selalu valid.

Tampilan songgo buwono memang kebule-bulean. Namun, sang pemilik ide pembuatannya adalah Sri Sultan HB VII.

Dari referensi yang kubaca, songgo buwono lahir dari keprihatinan beliau terhadap kondisi rakyat Yogyakarta yang cenderung suka mengonsumsi kudapan berpengawet.

Tatkala itu yang sering dikonsumsi sejenis burger. Yang masa kadaluarsanya lama sebab berpengawet. Sementara songgo buwono cuma tahan sehari dalam suhu ruang.

Sesuai dengan bahan pembuatannya, songgo buwono termasuk kudapan berjenis gurih.

Sementara dalam urutan perjamuan makan yang lengkap, songgo buwono merupakan makanan pembuka. Insyaallah dalam tulisan berikutnya akan kuceritakam makanan utama dan makanan penutupnya.

O, ya. Segala yang berasal dari kraton selalu mengandung filosofi. Demikian juga halnya songgo buwono. Kudapan yang merupakan akulturasi budaya Jawa dan Eropa ini memuat filosofi kehidupan manusia.

Luar biasa 'kan? Sembari mengunyah, kita bisa sembari berpikir keras perihal filosofi tingkat tinggi.


Minggu, 10 September 2023

Begini Rasanya Ditinggal Bapak

39 komentar
APA kabar Sobat Pikiran Positif? Semoga kalian sedang baik-baik saja. Hepi. Tidak sedang mengalami suatu peristiwa yang menyedihkan. Sepertiku, beberapa waktu lalu.

Tepat pukul 03.20 WIB, tanggal 26 Agustus 2023, tunai sudah tugas bapakku di dunia fana ini. Setelah 42 hari terbaring lemah. Segala sakitnya, baik lahir maupun batin, sudah tak lagi ada.

Rezekinya di bumi Allah SWT sudah habis. Pertaliannya dengan ruang dan waktu telah usai. Meninggalkanku, yang hingga detik ini masih denial. Terkadang masih belum percaya kalau bapak sudah tiada.

Bahkan sejujurnya, aku baru satu kali menangis sebentar. Bukan sebab tak sedih. Justru sebaliknya, sebab saking sedihnya.

Aku tahu dan sadar banget bahwa saat perpisahan semacam ini pasti akan tiba. Cepat atau lambat.

Itulah sebabnya tatkala bapak masih ada, sepenuh hati aku berulang kali memohon kekuatan batin kepada-Nya SWT, jika tiba saatnya mesti menghadapi perpisahan abadi begini.

Hanya saja, aku sungguh menyesali keadaanku yang masih jauh dari kata sukses. Belum bisa menjadi anak kebanggaan bapak, padahal sudah setua ini. Eh, tahu-tahu bapak pergi ...

Apa boleh buat? Sesal kemudian memang tiada berguna. Memang aku yang lelet. Tidak bersegera dalam memperjuangkan yang terbaik dalam hidupku. Selagi bapak masih sehat dahulu.

Semoga kalian tidak mengalami penyesalan sepertiku ini, ya.


Jumat, 25 Agustus 2023

Cokelat Gemstone dari CLICKompasiana

2 komentar
HALO, Sobat PIKIRAN POSITIF? Kali ini kalian kupameri cokelat gemstone, ya? Yang konon dari Turki. Lalu, ada pula teman yang bilang bahwa itu merupakan oleh-oleh haji/umrah (berarti dari Mekkah atau Madinah).

Namun, entahlah. Mau dari mana saja asalnya, itu tak jadi problema. Bagiku, yang penting bentuknya loetjoek dan citarasanya lezat. Seloetjoek apakah? Ini nih, penampakannya.



Memang loetjoek 'kan? Seperti kerikil warna-warni. Itu tuh, yang biasa dijadikan hiasan dalam akuarium.

Terusterang saja sewaktu pertama kali membuka wadahnya, aku lumayan takjub. Wow! Betapa imoet dan loetjoek! Warna-warni membentuk harmoni.

Kemudian saat hendak mencomotnya satu untuk nyicip, sempat tebersit ragu di hati. Keras enggak, ya? Jangan-jangan ini memang kerikil akuarium?  Jenis keraguan yang konyol tepatnya. Lhahwong jelas-jelas makanan, kok.

Tentu saja manakala telah mendarat di mulut, si cokelat gemstone menunjukkan jatidirinya. Alih-alih keras seperti kerikil akuarium. Yang ada justru kelembutan, kerenyahan, dan kemanisan yang pas.

Pendek kalimat, pokoknya enak bangeeet!

O, ya. Sesungguhnya cokelat gemstone ini merupakan hadiah dari lomba menulis. Penyelenggaranya CLICKompasiana, yaitu komunitas kompasianer pengguna/pecinta kereta api.

Tatkala itu lombanya bertema "Stasiun Bersejarah Paling Dekat dengan Rumahmu". Karena berdomisili dekat dengan Stasiun Yogyakarta (Stasiun Tugu), otomatis aku menuliskan sejarah yang berkaitan dengan stasiun tersebut.

Jika ingin membacanya, silakan baca saja di Kompasiana ( "Stasiun Yogyakarta dan Perjalanan Rahasia Presiden Soekarno").

Tentu saja kelezatan cokelat gemstone ini makin istimewa sebab merupakan hadiah menang lomba. Keistimewaannya pun makin terasa mantap karena kuterima pada tanggal 16 Agustus, yaitu bertepatan dengan HUT-ku.

Serasa dikado setoples cokelat istimewa penuh cinta, deh.

Terima kasih, CLICKompasiana. Terima kasih Kompasiana.

MORAL CERITA:
Menulis bisa menyebabkan kita bahagia dan mendapatkan kado istimewa. Haha!



Kamis, 17 Agustus 2023

Menikmati Senja di Yogyakarta

36 komentar
HALO, Sobat PIKIRAN POSITIF? Suka senjakah kalian? Bagaimanakah cara kalian menikmati senja?

Senja di depan Gedung Agung (Dokpri Agustina)


Tatkala senja tiba, kalian menyambutnya dengan gembira dan ceria atau biasa-biasa saja? Atau, malah merasa bersedih?

Semoga kalian tidak ada yang menjawab, "Apa pentingnya sebuah senja? Sehingga mesti dinikmati dan disambut? Tiap hari juga ada dan begitu-begitu saja."

Woiii. Tolong dipahami deh, ya. Tiap hari memang ada senja. Namun, tiap senja berlainan nuansa. Dinamis. Tidak begitu-begitu saja. Minimal kedinamisannya dapat dilihat dari warna langit.
 

Senja di Kamijoro (Dokpri Agustina)

Senja di Kamijoro (Dokpri Agustina)


Cobalah sesekali meneliti warna langit senja. Selama seminggu saja. Perhatikan baik-baik dan catatlah warna langit senja pada Senin hingga Minggu.

Lalu, cermatilah catatan itu. Ada berapa senja yang warna langitnya sama persis plek ketiplek? Dugaanku, jawabannya tidak ada. Kalaupun sama-sama berwarna jingga, jingganya belum tentu sama persis.

Kalau kurang percaya, silakan ulangi dari awal penelitian itu. Haha!

Tenang, tenang. Mari cermati saja beberapa foto di bawah ini.
 

Senja di atap rumah (Dokpri Agustina)

Senja di atap rumah (Dokpri Agustina)

Senja di atap rumah (Dokpri Agustina)


Foto-foto di atas kuambil di Yogyakarta. Tepatnya di tempat biasa aku menjemur pakaian. Di atap rumah! Plus sederet keberantakannya.

Itu saja sudah indah 'kan? Eee, tapi itu dulu. Sebelum tetangga membuat rumahnya menjadi dua tingkat.

Apa boleh buat? Sekarang kondisinya telah berbeda. Tak asyik lagi bagiku untuk nongkrong senja di atap rumah. Gimana mau asyik kalau penampakan langit sebagian besar tertutup tembok menjulang?

Nasib, nasiiib. Hehehe ...

Namun di atas semua itu, senja di Yogyakarta tetaplah indah. Selalu indah dengan kadar keindahan masing-masing. Percayalah. Kalau tidak, yuk buktikan sendiri. Tentu dengan cara datang ke Yogyakarta. 
 

Masjid Gedhe Kauman (Dokpri Agustina)


Akhirul kata, jika saat ini kalian merasa bosan tiada tara, bolehlah kiranya melakukan Terapi Senja. Lebih-lebih kalau Tetapi Senja itu dilakukan di Yogyakarta. Bersamaku. Haha!
 
 
 
 
 
 
 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template