Selasa, 31 Juli 2018

Masjid Soko Tunggal

PARA pengunjung obwis Pemandian Taman Sari mestinya tahu masjid ini. Kalaupun tidak sempat untuk menyinggahinya, paling tidak ya sekilas sempat melihat papan namanya. Hehehe .... 

Ini lho, penampakan bagian depannya 


Hmm. Rasanya agak keterlaluan kalau pengunjung Taman Sari sampai tidak ngeh dengan keberadaan masjid ini. Iya lho, keterlaluan. Sebab lokasinya tepat di dekat pintu gerbang kompleks Taman Sari. Di area parkir yang tak jauh dari jalan umum. 

Jadi begitu memasuki kompleks Taman Sari, niscaya bakalan segera menemukannya. Asalkan bersedia menengok ke kiri. Yakni ke sisi selatan.

Soko Tunggal 

Sesuai dengan namanya, yaitu Masjid Soko Tunggal, masjid ini benar-benar disangga oleh satu (tunggal) soko guru saja. Lalu, apa yang dimaksud dengan soko guru? Soko guru adalah tiang penyangga utama. Padahal bangunan berkonsep Jawa seperti halnya Masjid Soko Tunggal, pada umumnya minimal punya empat soko guru. 

Penampakan soko tunggal dari balik kaca jendela 


Sebab pagi itu pintu masuk ke bagian dalam tertutup, soko tunggal hanya kupotret dari balik jendela kaca. Aku berupaya tahu diri, dooong. Tidak ugal-ugalan menerobos masuk tanpa izin. Apesnya, tak seorang pun pengurus masjid yang kemliwer. #nasibkuuuh 

O,  ya. Dari referensi yang kubaca, soko tunggal tersebut punya empat soko bentung di bagian atasnya.  Yakni (semacam) empat cabang kayu yang langsung menempel pada atap. Sayang sekali pada fotoku itu soko bentung nyaris tak tampak. Wuaaah. 

Ngomong-ngomong, soko tunggal plus empat soko bentung tersebut menyimbolkan Pancasila. Soko tunggal merupakan simbol dari sila pertama, Ketuhanan Yang Mahaesa. Sementara keempat soko bentung menyimbolkan empat sila berikutnya.

Berkonsep Jawa 




Atas saran dari Sultan HB IX, bangunan Masjid Soko Tunggal berkonsep Jawa. Hasilnya? Ya sebagaimana yang terlihat pada foto-foto di atas. 

Sudah pasti arsitekturnya bertabur makna tertentu. Tak sekadar dibuat dengan alasan keindahan. Terlebih arsitek perancangnya adalah Raden Ngabehi Mintobudoyo, sang arsitek Keraton Yogyakarta, yang ditunjuk langsung oleh Sultan HB IX. 

Proses Pembangunan yang Lancar 

Proses pembangunan Masjid Soko Tunggal berjalan sangat lancar. Tak tanggung-tanggung, selain ada campur tangan Sultan HB IX, Presiden Soeharto (Presiden RI tatkala itu)  juga turun tangan memberikan bantuan. Keren 'kan? Padahal masjidnya bukan masjid besar, lho. 

Prasasti peresmian Masjid Soko Tunggal 


Maka tak perlu waktu berlarut-larut, masjid pun selesai dibangun. Menurut prasasti yang ditempel di dinding masjid, proses pembangunan usai pada tahun 1972. Kemudian diresmikan penggunaannya oleh Sultan HB IX pada tahun 1973.  

Monumen Pejuang 

Selain unik sebab tiang penyangga utamanya yang tunggal, Masjid Soko Tunggal juga punya keistimewaan. Tahukah Anda?  Masjid Soko Tunggal ternyata juga merupakan sebuah monumen peringatan bagi sekelompok pejuang bangsa. Tepatnya bagi sepuluh pejuang RI yang gugur pada peristiwa  Serangan Umum 1 Maret 1949. 

Kiranya bukan tanpa alasan Sultan HB IX memutuskan untuk memilih tanah yang kini menjadi lokasi berdirinya Masjid Soko Tunggal. Yup! Sebab di lokasi masjid itulah jasad para pejuang dikebumikan.  Jadi, Sultan HB IX bermaksud memberikan penghargaan atas jasa besar mereka terhadap bangsa ini. 

Demikian sekelumit kisahku tentang Masjid Soko Tunggal. Sudah pasti aku juga tak lupa untuk sekadar narsis di serambinya. Tentu dalam edisi pose yang sopan dan kalem, dooong. 

Maaf, numpang narsis sebentar yaaa


MORAL CERITA:
Plis,  deh. Tolong kenali objek wisata di sekitarmu. 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template