HALO, Sobat PIKIRAN POSITIF? Sudahkah makan mi instan hari ini? Yang edisi rebus atau edisi goreng? Berapa bungkus? Satu bungkus terasa kurang namun dua bungkus kebanyakan, ya? Ditambahi telur dan sayur atau tidak? Masak sendiri? Beli di warung burjo atau warkop?
Nah, nah. Mengapa kalian senyum-senyum dikulum saat membaca paragraf pembuka di atas? Karena baru saja melahap seporsi mi instan? Atau, malah dua porsi? Hehehe ....
Enggak usah merasa berdosa gitu, deh. Percayalah. Mi instan itu bukan aib. Mengonsumsinya pun bukanlah sebuah perbuatan dosa. Santuy sajalah.
Sejauh tidak keseringan dan berlebihan dalam mengonsumsinya, it's ok. Tak jadi soal, apalagi kalau sudah jelas-jelas bersertifikasi halal. Lagi pula, kita dapat menambahkan bahan lain yang lebih bernutrisi (misalnya telur dan sayuran) supaya mi instan yang kita makan lebih berfaedah.
Yeah! Mi instan memang menggoda. Apa boleh buat? Gurih nikmat MSG-nya bahkan bisa menjadi penghalau gejala flu. Bisa juga menjadi pengusir rasa galau.
Sudahlah. Pokoknya mi instan itu sesuatu. Kerap dinyinyiri sekaligus dijadikan solusi. Dikatakan sebagai makanan tak sehat, tetapi kenyataannya selalu dijadikan bahan pangan andalan dalam banyak situasi.
Silakan baca juga tulisanku di Kompasiana -- Mi Instan: Dinyinyiri Sekaligus Dijadikan Solusi.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama bergaul dengan mi instan, akhirnya kutarik kesimpulan bahwa bahan pangan tersebut punya 4 fakta unik. Mari simak satu per satu.
Pertama, mi instan lahir di Jepang, namun pelahap terbesarnya justru warga Cina. Berdasarkan catatan World Instant Noodle Association, pada tahun 2019 Cina mengonsumsi mi instan sebesar 40 miliar porsi. Sementara Indonesia 'cukup' menghabiskan 12 miliar porsi. Berada di urutan kedua setelah Cina,
Kedua, mi instan kerap dikampanyekan tidak sehat, namun sering dipakai sebagai isi paket bantuan sembako.
Ketiga, banyak orang sadar bahwa sering mengonsumsi mi instan tidak baik bagi kesehatan, namun kenyataannya banyak pula yang nekad menjalankan pola makan tiada hari tanpa mi instan.
Keempat, kuah mi instan rebus, terutama yang rasa kari atau gulai, ternyata makin lezat kalau dicampuri dengan susu bubuk putih (plain).
Demikian keempat fakta unik mi instan. Tentu keunikannya berdasarkan sudut pandangku, ya. Kalau ternyata menurut kalian keempatnya bukan fakta unik, ya tak jadi soal.
MORAL CERITA:
Mari mengonsumsi mi instan secara baik dan benar.
Aku klo dicampur2 susu blm pernah mba. Dasare nggak suka aroma susu. Paling enak klo versi aku, di tambah caisim+cabe rawit+bakso... Trus maemnya pas hujan sambil nonton tv... Dan anak2 lagi pada sibuk/udah tidur
BalasHapusJadi nggak direcokin maem mienya ... π
Hahahaha iyaaa. Klo direcokin tuh jadi berkurang kesyahduan nyuap mi panasnya.
Hapussaya penikmat mie instan, namun lebih dimasak sendiri dengan bumbu alami dan rasanyapun jauh lebih nikmat terus setelah makan mie saya paginya langsung olahraga kalau gak perut bisa buncit alias obesitas . enggak banget deh ?''
BalasHapusBhahahaha masak aiiih langaunh obesitas klo makannya cuma sebungkus? Tapi bagua tih semangat olahraganya. Lanjutkaann.
HapusMie instan memang enak, tapi santaplah sekedarnya saja. Selamat malam, Mbak Agustina. Doa sehat untukmu selalu.
BalasHapusHeheehe siyap, Bu, saya akan berusaha meminimalkan konsumsi mi instan.
HapusTerima kasih atas doanya. Demikian sebaliknya untuk Bu Nur.
Saya salah satu penikmat mie instan tapi saya lebih suka masakan saya sendiri dari pada yang pesan di warungπ
BalasHapusKlo saya sih, lebih suka langsung hap. Praktis. Haahaha
HapusWokey, ku jadi merasa santuy ....wwkk, soalnya barusaaaaan saja dua porsi mie instan tandas kumasukin ke usus dua belas jariku :D.
BalasHapusBuat pelengkap sembako soalnya murah, hahaha .. yeiiikan ... .
Kalo pilih makanan yang mahal cepet jebol kas dana sumbangannya.
Hahahaha. Yoii, Kak. Santuy aja, yang penting hepi dan rada hemat.
HapusPoin kedua sebenernya agak ironi, sih. Apa mungkin lebih sehat Nasi Instan, ya? ehehe
BalasHapusEh, ngomong-ngomong soal nasi instan yang sachetan, sekarang gimana kabarnya ya, apa masih dijual?
Segala yang instan pastinya kalah kualitas sama yang fresh. Namun, ya gak buruk-buruk amat lah yaa. Kan bagaimanapun mi instan dan nasi ins 4th an dkk mereka telah melalui uji keamanan pangan.
HapusNasi instan sachetan saya gak pernah liatvlagi, tapi klo naai instan teri pernah lihat.
Yup, setuju nih saya, mie instan memang makanan kesukaan, apalagi mie dari indofood, enaknya bukan main, mulut bisa berbohong tapi lidah enggak bisa, he-he π
BalasHapusNah, iya, klo cinta katakan cinta. Bhahahaha.
HapusKangen mie instan nih...
BalasHapusUdah lama sekali ga makan mie. Tapi gapapa deh, sehat ππ
Wuiiihh. Kereen. Bisa tahan gak makan mi instan.
HapusAku seriiing bikin mi instan yg rasa kari pake susu mba :D. Ato pake bubuk fiber creme. Enaaak. Malah kdg aku tambahin keju quick melt, duuuuh sumpaaah itu bikin makin guriiiih
BalasHapusAku termasuk yg jrg kok makan mie instan. Walopun diksh embel2 mie sehat, ttp aja makannya ga mau sering. Mungkin udh kebawa kebiasaan yaaa. Jd kalo makan ini secukupnya aja.
Iya. Sesehat-sehatnya mi instan, yo tetap kalah sehat daripada makanan segar sih ya.
HapusSaya juga sadar bahwa mie instan nggak sehat tapi tetap makan juga. Habis enak. Eh, tapi kalo nggak tiap hari atau keseringan juga nggak papa kan? π€£
BalasHapusHahahaha pokoke prinsipnya gini. Klo sesuatu keseringan gak baik. Klo gak sering lumayanlah, gak buruk-buruk amat ππ
HapusAku paling suka yang varian pedasss... Klo yang kuah2 kental macem gulai, kari...nggak suka...
BalasHapusBagiku mie instan di saat hujan, plus irisan cabe + telur...wis uenak bangetπ
Nyaman yaaa hujan ditemani mi rebus instan. Hahahaha!
BalasHapus