Senin, 15 Agustus 2016

Dedikasi yang Tak Terbatasi



MALU! Inilah yang kurasakan begitu tahu perihal kehidupannya. Sebuah jalan hidup yang kubayangkan tak bakalan sanggup kutempuh dengan baik; dalam arti tanpa keluh kesah dan tanpa amarah yang membuncah. Tapi sejauh ini terbukti kalau ia mampu…. Hebat.

Di balik fiksi-fiksi yang ditulis di blognya, tak kutemukan nada keluh dan irama murka. Status fesbuknya pun tak menyiratkan kejenuhannya pada rutinitas terbatasnya. Malah lebih kerap ia memasang foto-foto menu makanan yang siap disantapnya. Hehe…. :p

O, iya. Mengapa aku sebut rutinitas terbatasnya? Sebab aktivitasnya memang amat terbatas. Kondisi sang mama yang tergolek di tempat tidur di sepanjang waktu menyebabkannya begitu. Menyebabkannya tak leluasa bepergian kapan pun ia mau.

Jikalau butuh dan memang harus bepergian untuk mengurus suatu hal, ia akan merancangnya sebegitu rupa. Memadatkan jadwal dan memaksimalkan agenda kegiatannya. Terlebih sekarang kalau mau pergi, ia mesti mengincar-incar dulu sepeda motor siapa bisa dipakainya.

Hmm. Jangan keburu baper membaca paragraf-paragraf di atas. Memang mengharukan. Anda layak merasa ikut bersedih. Anda layak bersimpati kepadanya. Ia… yang jalan hidupnya ditakdirkan terlampau berat menurutku.

Namun, tak lantas bermakna Anda mesti membaca dengan air mata berurai. Atau, dengan rona muka yang penuh duka. Mengapa? Karena ia sendiri tidak bersikap cengeng. Tidak sedikit-sedikit berkisah mengenai takdirnya. Buktinya, aku sampai tak menyangka bila telah belasan tahun ia sibuk mengurusi sang mama yang sakit. Yang berarti sejak ia masih remaja SMA.

Kuyakin bahwa sekali waktu ia tentu pernah berlinangan air mata. Manusiawi. Siapa yang tak bersedih bila tiap saat mesti melihat sang mama dalam kondisi sakit? Jangankan berharap sang mama membikinkan seporsi nasi goreng. Berharap beliau tak merasakan sakit selama lima menit saja, rasanya sekadar obsesi baginya hari-hari ini. Duuuh, sungguh merupakan suatu takdir yang berat ‘kan?

Maka aku merasa malu padanya. Diam-diam merasa tertampar.... Kupikir caranya menyikapi hidup membangkitkan kembali semangat hidupku yang rasanya tengah sedikit meredup. Syukurlah beberapa waktu lalu kami diperkenankan oleh-Nya untuk saling berbicara lebih mendalam. Alhamdulillah. 

Sebuah pertemuan yang penuh obrolan ala telenovela, susah diikuti oleh kaum perfeksionis, tapi pada titik tertentu ada bahasan serius tentang filosofi hidup yang digenggamnya. Nah. Filosofi yang terwujudkan dalam sikap penuh canda tawanya itulah yang menginspirasiku untuk kembali bersemangat. Ndilalah waktunya kok ya bertepatan dengan momentum agustusan. 

Oke. Terima kasih, Kawan. Kau telah menepuk bahuku, menyadarkanku. Kuyakin ada banyak rasa tak nyaman yang berkecamuk di hatimu. Demikian pula, ada banyak impian yang berkelindan di sepanjang hidupmu hingga detik ini. Tapi kesadaranmu untuk memilih mendampingi mama di setiap saat bagaimanapun acap kali menjadi batas. Menurutku, dedikasimu itu sungguh tak terbatasi. Semoga Tuhan selalu berkenan kepadamu. 

FLO, tulisan ini untukmu....

MORAL CERITA:
Kenyataan itu untuk dihadapi. Bukan untuk dihindari. Mengapa? Sebab lari dari kenyataan itu capeknya luar biasa.



6 komentar:

  1. Aamiin. Luar biasa, Mbak Flo. Saluut. Jadi ikutan malu dan tertunduk. Diriku ndak ada apa2nya dibanding semangat dan ketulusan mbak Flo, mengurus seorang Ibu. Hiks hiks. Makasih mbak Tinbe, tulisanmu menegurku.

    BalasHapus
  2. Aamiin...Makasih...sangat inspiratif...

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. makasih mb, atas kunjungannya... iyaa, Flo memang menginspirasi :)

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template