Kamis, 29 September 2022

Mengenal Sumbu Filosofi Yogyakarta

APA kabar Sobat Pikiran Positif? Semoga sedang sehat, berbahagia, dan penuh syukur. Plus tentunya, sadar bahwa kita ini punya daur hidup sebagaimana yang tersirat dalam Sumbu Filosofi Yogyakarta.
 

Di Panggung Krapyak/Dokpri Agustina

Weih! Larinya kok ke Yogyakarta? Lalu, adakah hubungannya dengan foto orang-orang yang membawa spanduk Sumbu Filosofi itu? 

Apa nih, maksudnya? Ada hubungan apa antara daur hidup manusia dengan Yogyakarta? Sumbu Filosofi itu apa? Mungkin kalian akan bertanya-tanya begitu. 

Baiklah. Langsung saja kujelaskan, ya. Begini. Kota Yogyakarta yang kutinggali ini, dahulu dibangun oleh Sultan Hamengku Buwana 1 dengan konsep filosofis. Jadi, tidak cuma dibangun secara fisik tanpa makna.

Beliau menyusun tata ruang kota berdasarkan daur hidup manusia. Mulai dari saat kelahiran, lalu menginjak masa kanak-kanak hingga dewasa, kemudian berakhir dengan kematian (kembali kepada-Nya). 

Yang semua itu membentuk tata nilai Sangkan Paraning Dumadi. Yang berarti kita sebagai manusia mestinya tidak lalai dari mana kita berasal, di dunia ini punya tugas apa, dan kelak hendak ke mana setelah meninggal dunia.
 

Aneka suvenir terkait Sumbu Filosofi/Dokpri Agustina



Dengan demikian, idealnya orang-orang Yogyakarta senantiasa eling lan waspada. Senantiasa ingat bahwa kelak setelah mati akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukan selama hidup.

Aku menyatakan "idealnya", ya. Seumpama ada yang tidak senantiasa eling lan waspada ya berarti belum ideal. Tepatnya belum ideal dan keterlaluan.

Mengapa kusebut keterlaluan? Karena sesungguhnya ke mana pun kaki melangkah, kalau rutenya enggak jauh-jauh amat dari kraton, niscaya bersinggungan dengan Kawasan Sumbu Filosofi. Berarti selalu diingatkan toh?

Tiga Atribut Utama Sumbu Filosofi 

Sultan Hamengku Buwana 1 memang arsitek yang keren. Konsep Sumbu Filosofi yang digagasnya dibikin mewujud nyata dalam bentuk bangunan-bangunan ikonik. 

Andai kata cuma dibiarkan sebagai konsep 'kan cenderung abstrak bagi kebanyakan orang. Jadi supaya lebih mudah diingat dan dipahami, direalitakanlah menjadi bangunan-bangunan.

Bangunan-bangunan yang dimaksudkan adalah Panggung Krapyak (Kandang Menjangan), Kraton Yogyakarta, dan Tugu Golong Gilig (Tugu Pal Putih). Ketiga bangunan inilah yang disebut atribut utama Sumbu Filosofi.

Kerennya, setelah melewati sekian abad, bangunan-bangunan tersebut masih eksis. Bahkan, sekarang menjadi penanda spesifik Yogyakarta. 

Penanda spesifik yang kumaksudkan tuh, begini. Kalau kamu mengunggah foto sedang berada di Tugu Golong Gilig, automatis warganet akan berpikir, "Wah, Tugu. Rupanya dia sedang di Yogyakarta."

You know what I mean 'kan ya? 

Kampanye Sumbu Filosofi

Kembali ke foto pertama di atas. Orang-orang dalam foto itu membawa spanduk bertuliskan "Dukung Sumbu Filosofi Menuju Warisan Dunia". Apakah mereka anggota partai yang sedang berkampanye?

Tentu tidak. Mereka bukanlah anggota partai. Memang benar bahwa mereka sedang berkampanye. Akan tetapi, mereka bukan anggota partai. 

Mereka adalah penumpang Bus Jogja Heritage Track yang sedang berfoto di Panggung Krapyak (Insyaallah nanti akan kutuliskan tentang bus tersebut).

Adapun yang mereka kampanyekan adalah Sumbu Filosofi Yogyakarta. Tujuannya agar masyarakat, terkhusus yang aseli Ngayogyakarta Hadiningrat, paham konsep Sumbu Filosofi tersebut. 

Mengapa orang-orang di Yogyakarta, baik yang asli maupun yang pendatang, perlu memahaminya? Karena saat ini Sumbu Filosofi sedang diajukan ke UNESCO agar diakui sebagai Warisan Budaya Dunia. 

Utusan dari UNESCO pun sudah melakukan visitasi ke Kawasan Sumbu Filosofi Agustus lalu. Tentu setelah sebelumnya mempelajari data-data yang dikirimkan ke markas UNESCO sana.

Nah, lho. Kalau Sumbu Filosofi Yogyakarta kemudian resmi diakui sebagai Warisan Budaya Dunia, masak sih warganya sendiri malah tidak paham apa-apa terkait hal tersebut? Itulah sebabnya kampanye Sumbu Filosofi belakangan dipergencar.

Baiklah. Informasiku dalam format aksara cukup sekian, ya. Sisanya silakan cermati saja foto-foto berikut ini. 
 

Di depan Museum Sonobudoyo Yogyakarta/Dokpri Agustina
Kraton Yogyakarta/Dokpri Agustina



Tugu Golong Gilig/Dokpri Agustina

Panggung Krapyak/Dokpri Agustina

Tentu saja tiap atribut utama Sumbu Filosofi punya makna tertentu. Insyaallah nanti akan kukisahkan tersendiri. Terlalu panjang kalau kutuliskan sekarang. Tunggu  ya.
 
 
 
 


24 komentar:

  1. Malah baru tau kalau itu namanya tugu golong gilig. Makasih artikelnya kak

    BalasHapus
  2. Smg sukses menjadi warisan budaya oleh Unesco ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga, Bang. Semoga pula dampaknya terasa bagi warga jelata macam saya.

      Hapus
  3. Kangen Jogyakarta terobati dengan artikel dari kakak. Ternyata banyak budaya Jogyakarta yang belum saya ketahui secara detail. Semoga Sumbu Filosofi segera diakui sebagai warisan budaya dunia ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe. Yogyakarta memang semacam misteri yang masih perlu banyak diselami.

      Hapus
  4. Kesimpulan saya setelah membaca tulisan ini adalah bahwa Sultan Hamengku Buwana 1 itu sosok yang sangat bijaksana ya sehingga beliau membangun dengan konsep filosofis, tidak cuma membangun secara fisik, namun juga makna. Memang harus diedukasikan kepada orang2 Jogja agar selaras dengan cita2 beliau dulu.

    BalasHapus
  5. Waahhh ini adala satu diantara kabar baiiikk, semoga suskses untuk kegiatannya. Sumbu jogja ini sudah lama sekali saya tahu, tapi hanya sekedar tau secara umum saja tidak detail. Jadi pengen ke jogja.

    BalasHapus
  6. Sultan Hamengku Buwana 1 idealis dan arsitek yang keren banget yaa.. keren loh, apalagi sekarang, sepertinya susah sekali menuangkan apa yang ada di pikiran ke dalam tulisan, apalagi ini sampai dijadikan konsep bangunan filosofinya. Keren banget! Kapan2 kalau ke jogja bakal kesini sihh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Cikal bakal Yogyakarta ternyata memang sekeren itu. Semoga bisa segera ke Yogyakarta.

      Hapus
  7. Jadi tahu tentang Sumbu Filosofi ini, jadi kangen main ke Jogja, banyak budaya yg belum saya tahu secara detail, sukses untuk kegiatannya ya..ditunggu lanjutan ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau tulisan saya bisa berfaedah begini.

      Hapus
  8. Aku baru tahu soal sumbu filosofi dan 3 atribut yang menjadi sumbu filosofi ini. Panggung Krapyak dan Tugu Golong Gilig (Tugu Pal Putih) aku juga baru tahu dari artikel ini. Nambah ilmu nih buat aku yang baru sekali ke Jogja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukurlah kalau begitu. Semoga bisa ke Yogyakarta lagi.

      Hapus
  9. saya pun suka dengan berbagai makna pada landmark di jogja, mba. wah jadi kangen juga nih karena udah lama pol gak ke jogja.. terakhir ke sana ya sebelu pandemi

    BalasHapus
  10. Aku suka banget dengan filosofis ini kak Sangkan Paraning Dumadi. sebagai manusia mestinya tidak lalai dari mana kita berasal, di dunia ini punya tugas apa, dan kelak hendak ke mana setelah meninggal dunia

    BalasHapus
  11. Wahh Yongyakarta ternyata keren abiss ya, sarat akan filosofi. Semoga suatu hari bisa ke sana!

    BalasHapus
  12. wah keren nih jogja smoga bs dinobatkan oleh UNESCO. jd kangen jogja

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template