Jumat, 15 Juli 2016

Secangkir Pajak

SUATU pagi sembari beberes rumah, aku menyetel radio kesayangan. Saluran pilihanku kala itu sedang mengudarakan acara bincang-bincang. Temanya perpajakan. Duh, duh. Sebuah tema yang bikin kuterkenang pada Gayus Tambunan. Sekaligus mengingatkanku pada NPWP. Ehem... bahwa diriku sampai detik ini tak kunjung ber-NPWP.

Entah mengapa aku selalu menunda-nunda untuk bikin NPWP. Padahal konon, cara bikinnya mudah. Mungkin ini merupakan takdir Ilahi. Andaikata aku sudah ber-NPWP, untuk apa coba? Lha wong aku bukanlah orang yang rutin punya penghasilan, kok. Apalagi kini. Aku malah sama sekali enggak punya matapencaharian.... #malah curhat

Bukannya aku bermaksud curang, ya. Faktanya aku memang tergolong orang tak berpenghasilan. Biaya hidupku dari tunjangan. Alhamdulillah masih ada yang yang mau menunjang. Haha! Memang sih, orang bijak taat pajak. Tapi tanpa NPWP, tidak berarti aku enggak bijak dan enggak taat. Aku hanya merasa belum layak membayar pajak. Eh? Benarkah perasaanku ini?

Bagaimana, ya? Aku kadang-kadang saja mendapatkan upah bekerja. Tidak mesti tiap bulan. Padahal, pajak wajib dibayarkan tiap bulan. Nah, lho. Kalau mesti membayar pajak tiap bulan, kurasa-rasakan kok kurang adil? Hihihi....

Maka acara bincang-bincang perpajakan tersebut menyedot banyak perhatianku. Mengapa? Sebab aku ingin tahu banyak tentang pajak. Agenda beberes rumah pun kuhentikan dulu. Bahkan, kupingku sampai kutempelkan  ke radio. Demi mendengar dan memahami dengan jelas.

Yup! Sebuah acara yang bermanfaat. Pada akhirnya aku paham bahwa pajak tidaklah seseram setan. Tidak berat seberat cobaan hidup yang kuterima. Tidak pula ribet seribet perasaanku kepadanya. Halah!

Hanya saja, para petugas pajak yang terhormat kurang melakukan sosialisasi dan edukasi soal pajak kepada masyarakat umum. Bahasanya, sistemnya, terlihat tidak sederhana. Cenderung bikin takut. Eh? Ini sih kesimpulanku. Entah kalau kesimpulan Anda. Bila tidak setuju dengan pendapatku pun tak mengapa.

Sudah, ya. Kuakhiri saja tulisan sok serius ini. Aku hendak menikmati secangkir pajak panasku. Eh, secangkir kopi kental panasku. 

MORAL CERITA:
Sungguh, radio itu dapat menghibur sekaligus menambah wawasan!
 
     

2 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template