Jumat, 19 Januari 2018

Kutunggu di Bawah Pohon Bodhi


Kutunggu di bawah Pohon Bodhi, yaaa

DALAM postingan sebelumnya, yaitu "Belajar Sejarah di Candi Mendut", kusebutkan tentang adanya bonus ganda bila kita mengunjungi Candi Mendut. Nah! Salah satu bonus ganda yang kumaksudkan adalah ... bermain-main di bawah Pohon Bodhi. 

Yang menjadi pertanyaan, "Bermain-main apa?" Tak lain dan tak bukan ya bermain gelantungan di sulur-sulur Pohon Bodhi. Ala-ala tarzan auooow begitu, deh. Hmmm. Dengan malu-malu kucing, ini nih kuperlihatkan aksiku saat bergelantungan. Dasar MKKB, Masa Kecil Kurang Bahagia. Haha!
 


 

Ternyata tak mudah lho, untuk bergelantungan seperti itu. Terutama butuh kekuatan tangan dan lengan, plus keberanian untuk jatuh. Iya. Betul-betul harus berani untuk jatuh. Paling tidak, itulah kesimpulanku setelah terjerembab gara-gara sulur yang kugelantungi putus. *Nyengiiir*

Jujur saja. Sejak lahir ya baru pertama kali itu aku bermain-main gelantungan di pohon. Ternyata seru dan asyik sekali. Kusampaikan rasa terima kasih yang banyak kepada Mas EmKa, yang telah mengajariku ilmu menggelantung di sulur pohon. 

Tapi mohon maaf ya, Mas EmKa. Aku sungguh tak sanggup untuk mempraktikkan ilmu berpindah-pindah pegangan, dari satu sulur ke sulur lainnya. Itu beraaat. Tak kalah berat dari rindunya Dilan. Haha!


Sekelumit Tentang Pohon Bodhi

Tentu saja keberadaan Pohon Bodhi di situ tidaklah kosong makna-kosong cerita. Terutama makna dan cerita yang terkait dengan Sang Budha Gautama. Dikisahkan bahwa Sang Budha Gautama bertapa; mencari-menerima pencerahan di  Pohon Bodhi. Nah! Itulah sebabnya pohon tersebut dianggap suci oleh penganut agama Budha. Bahkan, penganut agama Hindu dan Jainisme juga menganggapnya begitu.

Pohon Bodhi di Pelataran Candi Mendut


Oleh para ahli botani (tanaman), Pohon Bodhi disebut sebagai Ficus Religiosa. Artinya, pohon fig yang suci. Mengapa suci? Karena digunakan sebagai tempat bernaung oleh Sang Budha Gautama bernaung 'kan? 

Pohon Bodhi termasuk ke dalam spesies pohon fig (beringin) dalam keluarga Moraceae. Maka tak mengherankan bila banyak kawan yang menebakku sedang duduk di bawah Pohon Beringin, saat melihat foto paling atas itu. 

O, ya. Pohon Bodhi yang ada sekarang sebenarnya bukanlah pohon asli tempat Sang Budha Gautama menerima pencerahan-Nya. Tapi merupakan keturunan langsung dari pohon asli tersebut. Jadinya yaaa tetap sah! Hmm. Sah apanya, coba? Tenang, tenang. Maksudku tetap sah ditahbiskan sebagai pohon tertua (pertama) yang ditanam manusia dengan tanggal yang pasti. Begituuuh.


Daun dan Souvenir

Di bawah Pohon Bodhi, yang tumbuh di pelataran Candi Mendut itu, berserakan dedaunannya. Maka sebelum beranjak ke bonus yang satunya, aku sempatkan untuk memilih tiga lembar sebagai kenang-kenangan. Ya Allah, betapa aku adalah seorang pemuja kenangan yang akut. Haha!

Mulanya, saat kuambil, masih agak hijau daunnya. Eh .... Setelah lebih dari seminggu, seperti di bawah inilah bentuk dan warnanya. Menjadi sangat layu dan mencokelat.

Tiga helai daun Bodhi yang mulai mengering

Yang menggembirakan, ternyata daun Bodhi itu bisa pula dibikin souvenir. Bentuknya bermacam-macam. Dan, banyak dijual di kios-kios yang berada di tepian kompleks Candi Mendut. Yang menurutku sebagai wisatawan berdompet tipis-tipisan, harganya lumayan terjangkau.

Maka rasanya souvenir daun Bodhi wajib Anda beli, jika berkunjung ke Candi Mendut. Sebelum membeli aneka souvenir yang lainnya. Sebelum mencicipi beberapa menu kuliner yang dijual di sekitar situ pula. Rugi lho, kalau sampai tidak membeli souvenir daun Bodhi. *Promosi bin provokasi, nih*



Daun Bodhi yang telah diproses menjadi souvenir cantik

Baiklah. Kukira sudah cukup ceritaku tentang Pohon Bodhi ini. Yuk, ah. Segera saja susul aku. Jangan berlama-lama bikin aku menunggu di bawah Pohon Bodhi ini, ya. Aku memang tak bisa mengajari bergelantungan di sulur-sulurnya. Tapi 'kan ada Mas EmKa yang mahir. Ajak kencan saja melalui kontak WA-nya di 081 5799 3933 (a.n. Dands Khudhori).

MORAL CERITA:
Berwisata sejarah, terkhusus candi, ternyata bisa seru juga. Tentu bila tahu cara menikmatinya ....




4 komentar:

  1. Wisata sambil belajar sejarah ya, mbak Tien

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, Mbak.... sambil menuntaskan keinginan masa kecil jugaa hehehe...

      Hapus
  2. Aku jelas ta sanggup bergelantungan macam itu Mbak, overload berat badan😅😭😪

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masak sih Mbaakk? Kalaupun sulurnya putuss...ganti sulur yg lainnya dooong hehehehe ...

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template