Selasa, 16 Januari 2018

Belajar Sejarah di Candi Mendut

TEMPO hari aku menulis tentang perjalananku ke objek-objek wisata di kawasan Borobudur. Sudah membacanya 'kan? Kalaupun belum, tak usah cemas. Silakan langsung meluncur saja ke "Jelajah Kawasan Borobudur". Hmmm. Meluncur ke situ hukumnya wajib lho, ya. Hehehe .... Maksudnya sih, supaya bisa dapetin benang merahnya dengan tulisan ini.

Baiklah, baiklah. Kali ini aku akan berkisah tentang destinasi pertama kami, yaitu Candi Mendut. Ngomong-ngomong aku sebenarnya bingung, nih. Mendhut atau Mendut, ya? Tapi sudahlah. Tulisan mana pun yang benar, aku memilih bersikap konsisten saja. Sebab sejak awal sudah menulis Mendut, tanpa "h", ya kuteruskan saja menulisnya seperti itu. Oke?


Candi Budha 

Setelah menempuh perjalanan sekitar 90 menit dari Jogja tercinta, kami tiba di lokasi dengan ceria. Alhamdulillah, perjalanan lancar jaya. Maklumlah. Jalanan sungguh sepi tatkala itu. Orang-orang masih tidur setelah pesta malam tahun baru. Alhasil kurang lebih pada pukul sembilan pagi, kami sudah bersiap mengelilingi kompleks Candi Mendut.

Sudah pasti kami tak sekadar berkeliling dan berpose-pose narsis di situ. 'Kan ada Mas EmKa, sang guide muda berbakat, yang setia menemani. Tentu tak sekadar menemani, dong. Tapi menemani, memandu, dan memberikan informasi-informasi seputar Candi Mendut. 

Salah satu dari tiga arca besar yang ada di dalam Candi Mendut

Dupa (hio) di dalam Candi Mendut ini disediakan bagi pengunjung

Duileee! Banyak nian informasi yang disampaikannya. Membuatku serasa menyimak penjelasan guru sejarah di kelas. Hehehe .... Namun, intinya begini. Candi Mendut merupakan candi bercorak Budha. Pendiriannya lebih duluan daripada Candi Pawon dan Candi Borobudur. Tapi dalam kurun waktu yang hampir bersamaan.

Konon, Candi Mendut berada dalam satu garis lurus dengan kedua candi tersebut. Mengapa kusebut 'konon'? Sebab belum ditemukan dokumentasi tertulis tentang hal itu. Jadi kalau Anda ingin mengetahuinya lebih detil dan akurat, silakan menggali informasi dari sumber-sumber sejarah yang valid. Tak sekadar mencari informasi dari internet.

O, ya. Candi Mendut yang berlokasi di sebelah timur Candi Borobudur itu didirikan oleh Wangsa (Dinasti) Syailendra. Sama halnya dengan Candi Borobudur. Tapi Candi Mendut dibangun lebih dulu.


Kondisi Fisik

Tinggi Candi Mendut kurang lebih 26,4 meter. Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan beberapa stupa kecil. Sementara tangga dan pintu masuknya menghadap ke arah barat daya; berbeda dengan kebanyakan candi di Jawa yang biasanya menghadap ke timur.

Oalaaah. Pantas saja pagi itu daku merasa silau melulu saat menaiki tangga candi. Lha wong aku menghadap ke timur, tepat saat sang surya cetar bersinar.

Sang surya yang cetar bikin kepalaku agak pusing (maka kupegangi hahaha ...)


Pohon kelapanya syahduuu


Setelah puas mengamati situasi di dalam candi, kami keluar. Kembali menghirup udara segar. Yeah .... Di dalam agak pengap, gaess. Sudahlah ruangannya tak lebar. Eh, masih ketambahan pula dengan bau dupa alias hio alias kemenyan. 

Iya. Di dalam bangunan Candi Mendut memang disediakan dupa bagi pengunjung yang ingin make a wish. Selain ada dupa, di dalam situ ada tiga arca besar yang memenuhi ruangan. Salah satunya dapat Anda lihat pada foto paling atas. 

Lalu, bagaimana dengan kondisi di luar candi? Hmmm. Situasinya aman dan terkendali, kok. Haha! Oke. Mari kujawab serius. Situasi di luar candi tatkala itu sangat panas. Untung ada Pohon Bodhi di pelatarannya. Jadi, lumayan bisa meneduhi. Sementara itu, situasi dinding luar candi penuh dengan relief. Mari kita lihat beberapa di antaranya. 


 

 


 

 

Reliefnya bagus-bagus 'kan? Tentunya juga penuh makna. Ada kisah dan hikmah yang disampaikan oleh relief-relief tersebut. Tapi mohon maaf, sesuai dengan kapasitas blog ini, kisah dan hikmah tersebut sengaja tidak dibahas detil di sini. Maka silakan Anda mengejar referensi validnya dari sumber lain, bila memang butuh tahu lebih detil. 




Sekali lagi, relief-relief tersebut memang bagus sekali. Sembari memasang kuping untuk mendengar penjelasan Mas EmKa tentangnya, pikiranku pun melayang-layang. Nenek moyangku memang hebat. Bisa menghasilkan karya-karya keren seperti itu pada zamannya dahulu. Yakni pada zaman baheula pakai banget. Ketika teknologi masihlah amat terbatas. Bangga deh, jadi orang Indonesia ....

O, ya. Bila berselancar di internet demi mencari foto Candi Mendut, mungkin Anda akan menemukan sedikit perbedaan bentuk pada candi tersebut. Lho! Kok bisa begitu? Bisa, dong. Sebab Candi Mendut telah mengalami dua kali pemugaran.  

Ngomong-ngomong, Candi Mendut pun memiliki peran penting dalam upacara perayaan Waisak. Pusat perayaan Waisak memang di Candi Borobudur. Tapi air suci dan obor Waisak justru disimpan di Candi Mendut ini.  
  

Reruntuhan di Sekitarnya

Ada lumayan banyak reruntuhan di sekitar Candi Mendut. Tapi ukurannya besar-besar dan terukur. Bukan reruntuhan yang berupa kepingan-kepingan ataupun serpihan-serpihan. Mari kita lihat.



Jangan berpikiran bahwa reruntuhan itu sudah tak berguna sama sekali. Oh, sama sekali tidak begitu. Kalau reruntuhan hatiku sih, bisa tak berguna sama sekali. *Halah* Tapi lain halnya dengan reruntuhan candi serupa itu. Adakalanya suatu saat nanti, bila pasangannya ditemukan, bakalan menjadi sebuah bangunan baru.

Bila pasangannya ditemukan? Iya, pasangannya. 'Kan reruntuhan itu ada yang berupa batu laki-laki dan batu perempuan? Dan sesungguhnya, dengan menyatukan kedua jenis batu itulah aneka rupa bangunan megah zaman baheula tercipta. Begituuuu. *Ampun deh, batu saja berpasangan*


Bonus Kunjungan ke Candi Mendhut

Tahukah Anda? Berkunjung ke Candi Mendut itu bonusnya ganda, lho. Selain mengeksplorasi Candi Mendhut sebagai destinasi utama, kita dapat pula mengeksplorasi dua destinasi tambahan di dekatnya. Sangat dekat malah.

Apa sih, destinasi tambahannya itu? Tak lain dan tak bukan, berasyik-masyuk dengan akar-akar Pohon Bodhi dan berkeliling Vihara Mendut. Ngomong-ngomong, seasyik apa kedua destinasi tambahan itu? Hmm. Sabar, ya. Tunggu postingan berikutnya. Haha!


Tambahan Informasi

Candi Mendut terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kurang lebih 38 km ke arah barat laut dari Jogja. Lokasinya dekat dengan Candi Borobudur. Sekitar 3 kilometer saja. 

Candi Mendut dibuka untuk wisatawan sejak pukul 06.00 WIB-17.00 WIB. Tiket masuknya amat murah. Hanya Rp5.000,00. Baik untuk wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal.  

O, ya. Satu hal yang ingin kusarankan. Sebaiknya Anda mempergunakan jasa guide alias pemandu wisata untuk mengekplorasi kompleks Candi Mendut ini. Supaya kunjungan Anda tidak zonk. Tidak asal melihat dan memotret tanpa tahu sejarah yang tersimpan di baliknya.

Tak usah khawatir soal biaya. Terjangkau sekali, kok,. Tapi agar lebih mantap, bisa menanyakannya terlebih dulu gimana-gimananya secara detil ke Mas EmKa. Silakan catat kontak WA-nya untuk nanyain info dan pemesanan. Ke nomor ini, ya: 081 5799 3933 (a.n. Dands Khudhori).


MORAL CERITA:
Berwisata sejarah seperti ini sangat bermanfaat. Terlebih bila mengajak anak-anak, ABG, atau remaja labil. Mereka bisa sekaligus belajar sejarah 'kan?





0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template