Selasa, 12 Juli 2016

Balada Dompetku

SETIBANYA di bumi Ngayogyakarto Hadiningrat pasca mudik, aku meneliti isi dompet sedetil mungkin. Aku curiga. Mengapa dompet cantikku kok mendadak jauh lebih ramping? Aih! Kukira, inilah salah satu romantika mudik. Badan melar kelebihan lemak, kolesterol, dan kroni-kroninya. Sebaliknya, dompet mendadak langsing ibarat kebablasan diet. 

Maafkan daku. Jika Anda kaya raya, maka tentunya dompet Anda tak sampai mendadak langsing begini. Kondisi dompet mendadak singset 'kan terjadi hanya pada kalangan yang tingkat perekonomiannya pas-pasan. Karena daku tergolong pas-pasan dalam hal perekonomian, kualamilah kondisi mengharukan ini. Haha!

Maka kususunlah segala rencana pengiritan maksimal. Sampai kapan? Entahlah sampai kapan. Yang jelas sampai ada pihak-pihak yang berkenan melakukan transfer duit ke rekeningku. Rekening bank, bukan rekening listrik. Qiqiqiqi....

Kuterawang, isi dompetku cukup memadai untuk operasional selama 7 hari ke depan. Alhamdulillah stok sembako di rumah dalam kondisi aman. Jadi, isi dompet yang minimal itu hanya untuk beli sayur mayur dan lauk pauk alakadarnya ++. Alakadarnya ++? Apa maksudnya? Maksudnya... irit tapi tetap bergizi dan bernutrisi. Hemat dan keren 'kaaan?

Bagaimana dengan uang jajan untuk Adiba? Alhamdulillah, sebagai anak-anak dia justru berdompet super tebal pasca mudik. Maka aku bernegosiasi dengannya. Inilah kalimat negosiasi kami: Selama angpao lebarannya masih ada, Adiba tak akan menerima uang saku dari ortu. Alhamdulillah Adiba setuju. 

Namun baru saja usai melakukan kalkulasi njelimet, aku terhenyak. Tetangga depan rumah datang. Ia mengajakku untuk nyumbang ke rumah si A dan si B. Putra keduanya barusan dikhitan kemarin. Oke. Aku setuju ikut nyumbang. Dengan konsekuensi, ikat pinggang wajib diperketat lagi. Aku pun melakukan kalkulasi ulang.

Kalkulasi ulang belum lagi selesai kulakukan, pintu depan diketuk. Seseorang datang mengantarkan sepiring nasi urapan. Katanya, "Mbak, ini selamatan alakadarnya. Si thole putra Ibu C hari ini khitan." O la la! Berarti aku harus menyiapkan 3 amplop. Artinya, perketat lagi ikat pinggang dan kalkulasi lagi.

Selang sepuluh menit datang lagi seorang tamu. Kali ini mengantarkan sekotak nasi lengkap dengan ubarampe lauknya. Yup! Nasi hantaran untuk selamatan khitanan putra Ibu D. Artinya, ada amplop keempat yang mesti kusiapkan. OMG.... Satu RT dan empat anak yang dikhitan secara bersamaan. Ini sangaaat sesuatu. 

Padahal dua hari lagi, bakalan ada piknik dasa wisma. Aku 'kan butuh duit juga untuk saku alakadarnya. Untunglah piknik nanti ada jatah nasi kotak dan minumnya. Aku tinggal membeli camilan seharga minimal Rp5.000,00 untuk kado silang. Karena Adiba juga ikut, aku harus menyiapkan dua kado silang.

#Sungguh, hidup terkadang terasa demikian mencekam. Haha!

MORAL CERITA:
Tak usah buru-buru panik bila mendadak harus keluar banyak uang untuk ini-itu yang sifatnya "segera", padahal dompet sedang ramping-rampingnya. Lirik-lirik dong dompet anak Anda. Hutang dulu darinya. Hehehe.... 

Anak baik hati yang suka selfie dan tak sulit dihutangi....
    

  

2 komentar:

  1. saya juga pernah diselamatkan angpaonya Faiq (ketika dikumpulkan beberapa tahun menjadi sekian, digit 7). anak-anak, taukah kamu bahwa angpao selayaknya dikelola ibu agar tak tercecer ke mana-mana hhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha....ibu memang selalu bijaksana kok...hambok teniinn

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template