Rabu, 18 Mei 2016

Naik Motor? Siapa Berani....

PADA masa sekarang, keahlian naik sepeda motor kuakui amat perlu. Harga sepeda motor 'kan makin murah. Eh? Beneran murah atau enggak, sih? Hmm. Mungkin lebih tepat disebut uang mukanya yang murah. Cicilan per bulannya lumayan terjangkau. Tapi masa mencicilnya puannnjaang. Yang mana jatuh-jatuhnya harga beli si sepeda motor jadi setinggi langit biru.

Namun apa pun itu, keahlian mengendarai sepeda motor memang amat perlu. Apalagi kalau rumah kita terletak di sebuah lokasi yang lumayan terpencil. Atau, di sebuah lokasi yang dianaktirikan oleh manajemen angkutan umum. Bayangkan saja. Betapa mengesalkannya jika kita tak berani motoran, tinggal di lokasi terpencil, dan tiap hari mesti pergi untuk keperluan pekerjaan. Runyam syekaleeee. Hehe.... :D

Andai punya driver pribadi sih tak soal. Driver yang digaji dengan duit, lho. Bukan yang "sekadar" digaji dengan cinta. Kalau driver pribadi yang bayarannya cinta mah kadang kala berberat hati nganterin kita ke mana-mana. Haha! #Malah curhat....

Maka sungguh malang orang yang tak berani menaiki sepeda motor sendiri, enggak mampu menggaji driver pribadi, berumah di lokasi terpencil, dan.... enggak punya duit buat naik ojek atau taksi! Sementara aktivitas hidup mengharuskan dirinya kerap kali bepergian. Wah, wah, wah. Itu eyangnya runyam namanya. Haha!

Alhamdulillah sebagai orang yang trauma mengendarai motor, aku boleh dibilang sedikit tidak runyam. Iya. Alhamdulillah aku selalu diberi-Nya duit yang cukup manakala butuh bepergian ke suatu tempat yang jauh; yang kurang senonoh bila kutempuh dengan jalan kaki atau kereta angin. Sekali lagi, Alhamdulillah. 

Mau order ojek online, pas ada duit. Mau naik taksi, pas punya duit. Bahkan saat butuh pergi lumayan jauh dan sedang agak bokek, tetiba ada tetangga yang rute motorannya melewati halte TransJogja. Atau, mendadak ada kawan yang berbaik hati menjadi ojek cantik saleha.

Aha! Lihatlah. Betapa Tuhan memang Maha Mencukupi. Dia SWT selalu tahu apa yang aku butuhkan. Enggak seperti kamu. Iya, kamu. Kamu yang berdiri bimbang di ujung jalan itu. Hehe.... :D

Oke. Balik lagi ke soal motor. Meskipun aku sedikit tidak runyam tersebab tak berani mengendarai sepeda motor sendiri, sesungguhnya pada saat-saat tertentu aku berusaha tegar. Maksudku, berusaha menegarkan diri agar mampu melawan rasa takutku yang akut. Tapi ternyata, aku tetap merasa tak berdaya. Aku gagal berani motoran sendiri. Begitu berkali-kali.

Hingga akhirnya kuputuskan, tak usah lagi berniat motoran sendiri. Setelah mengingat dan menimbang banyak hal, aku simpulkan bahwa tak bisa motoran bukanlah hal yang aib dan nista. Lagi pula, aku toh enggak punya sepeda motor. Untuk apa nekad bisa mengendarainya sendiri? Supaya bisa meminjam tetangga/teman? Ih, ih. Cita-cita kok meminjam. Haha!

Dan, aku kian tabah dengan kondisi tak bisa naik sepeda motor sendiri sebab ternyata.... beberapa teman punya nasib serupa. Haha! Aku syukaaaaa. Aku jadi merasa tertemani. Hmm. Naik motor? Siapa berani?

MORAL CERITA:
Kadang kala seseorang lebih berani menjalani hidup dengan penuh kepahitan daripada menjalankan sepeda motor sendiri. Haha! 
    

   

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template