Rabu, 30 November 2016

Aku (Mesti) Bangga Jadi Ibunya

2 komentar
ALHAMDULILLAH. Terima kasih tak terhingga kepada Allah Yang Maha Menyadarkan. Yang kali ini telah berkenan menyadarkanku untuk lebih detil dan adil dalam menilai Adiba. Aih! Tentu saja bukan menilai untuk pengisian rapor, ya. Aku 'kan ibunya. Bukan ibu gurunya.

Lalu menilai dalam hal apa, dong? Biasalah. Menilai perilakunya sebagai seorang anak. Hehehe.... Selama ini terusterang saja aku sering negative thinking kepadanya. Aku pun sering merasa tak percaya diri di hadapan para orang tua lain. Mengapa? Sebab --menurutku-- Adiba sangat tak sehebat anak mereka. Dengan kata lain, aku nyaris tak melihat kelebihannya jika dibandingkan dengan anak-anak lain. Ih! Perasaan yang sedikit jahat memang.

Hingga akhirnya, ada sebuah lomba menulis dengan tema "Bangga Jadi Ibu". Penyelenggaranya EmakPintarAsia dan Bitread. Tatkala tahu hadiahnya berupa uang, aku sangat berminat ikut. Meskipun bagi orang yang berduit jumlah rupiah hadiahnya tak seberapa, bagiku tetap amat bermakna. Terlebih aku sedang kosong projek alias nol pendapatan. Haha!

Namun, apa daya? Saat kubaca temanya, semangatku menjadi turun. Duh! Kok "Bangga Jadi Ibu", sih? Demikian keluhku dalam hati. Akan tetapi, semesta raya pun bekerja atas perintah-Nya. Pada satu titik kutergerak untuk IKUT. Yup! Walaupun merasa tak punya kebanggaan terhadap Adiba, kuputuskan untuk tetap ikut kompetisi.

Pada waktu itu aku bertekad, aku akan jujur saja untuk mengungkapkan secara blak-blakan tentang ketidakbanggaanku pada Adiba. Tapi rupanya, justru pada saat mulai menulis aku tersadarkan oleh sesuatu. Yakni sesuatu yang kemudian membuatku menilai Adiba dari sisi lain. Tepatnya dari sisi yang lebih positif.

Alhasil usai menulis artikel untuk lomba tersebut, Alhamdulillah perasaanku sebagai ibu jadi lebih lega. Aku merasa lebih mampu menerima Adiba apa adanya. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Tak kuduga tak kusangka, bahkan sebelum pengumuman pemenang pun aku telah memenangkan pikiran baikku atas pikiran burukku. Jelas aku sangat bahagia dengan kenyataan ini.

Dan, kebahagiaanku bertambah manakala di ujung November 2016 hasil lomba diumumkan. Yoi. Aku memang tidak berhasil menjadi juara 1-2-3. Yang berarti gagal mendapatkan uang. Tapi Alhamdulillah, tulisanku terpilih sebagai 99 finalis. Adapun tulisan yang berhasil menjadi  finalis tersebut akan dijadikan antologi, tepat pada 22 Desember 2016 nanti. Ya, insya Allah rencananya begitu.

Terima kasih, Tuhan. Telah Kauizinkan aku untuk menutup November ini dengan manis. O, ya. Jika ingin tahu tulisanku yang kuikutkan lomba tersebut, silakan baca Bidadari Jail Kebanggaanku. Oke?

MORAL CERITA:
Allah SWT sesungguhnya selalu menggedor kesadaran kita dari mana saja. Hanya saja, kita kerap kali abai terhadap gedoran itu. Iya 'kan?


Mama Indah, Nina, aku, Adiba. Sejujurnya ingin kupasang fotoku bersama Adiba saja. Tapi kami tak pernah pose berdua. Huft!

Selasa, 29 November 2016

Kutunggu Kamu di Omah Petroek

0 komentar
SEKITAR 150 meter dari MGM (=Museum Gunung Merapi), ada satu objek wisata yang menarik. Omah Petroek namanya. Namun sayang sekali, spot tersebut nyaris tak terlihat dari mata khalayak ramai. Itulah sebabnya banyak orang yang tidak ngeh akan keberadaannya.  

Padahal, di situ banyak "properti" seni rupa yang instagramable. Terlebih lokasinya dikelilingi wilayah yang asri dan nyaman. Tepat di tepi Kali Boyong pula. Bayangkanlah betapa indahnya. Memandangi air mengalir di bawah sana, ditingkah desau angin yang menghunjam jantung dan telinga.... Duh, duh, duh! Wow sekali, bukan? Sungguh Dia SWT memang Maha Memahat Keindahan.

Andaikata Pak Wasito dari Disbudpar Sleman tidak mengajak rombongan blogger mampir ke situ, aku pun tak bakalan tahu. Dan ternyata, banyak di antara kami (atau malah semuanya?) yang juga belum tahu. Alhamdulillah. Berarti --setidaknya dalam hal ini-- aku tidak terlampau katrok. Haha! 

Ada apa saja di Omah Petroek? Oh, banyak. Sebagaimana telah disebutkan di atas, ada aneka karya seni rupa. Menariknya, karya-karya tersebut ditata sedemikian rupa sehingga keberadaannya terasa menyatu dengan alam. Bahkan menurutku, menyatu banget. 

Ada sistem yang unik di sini. Karya-karya yang dipajang tujuan utamanya memang bukan untuk dijual. Namun, jika ada yang berminat membelinya, ya boleh saja. Omah Petroek tak cemas bakalan kehilangan banyak koleksi. Mengapa? Karena akan selalu hadir hasil karya baru di Omah Petroek. Stok melimpah gitu, lho.   

O, ya. Omah Petroek juga memiliki beberapa fasilitas yang dapat dimanfaatkan pengunjung. Di antaranya pendopo, wisma untuk menginap, dan kafe. Jadi, kalau ingin menikmati syahdunya malam di sini bisa banget. Tapi ada syaratnya. Syaratnya mudah, kok. Tak serumit perasaanku kepadamu. Hehehe....

Apa syaratnya? Ini syaratnya. Jika ingin menginap di situ dengan menyewa satu wisma, Anda wajib membawa rombongan yang jumlah anggotanya minimal 10 orang.  Dan begitu satu wisma tersewa, pengelola Omah Petroek tidak akan menyewakan wisma yang tersisa kepada rombongan pengunjung yang lainnya, selama rombongan penginap pertama belum pulang (selesai masa sewanya). 

Begitulah cara para pengelola Omah Petroek dalam memberikan servis yang terbaik. Mereka berusaha sedemikian rupa untuk menjaga kenyamanan dan privasi para tamu yang menginap. Sedapat mungkin berusaha penuh totalitas dalam melayani pengunjung-pengunjung Omah Petroek.

Jika Anda sedang mencari-cari tempat untuk menyepi berombongan, pelatihan menulis komunitas, atau malah bulan madu berombongan (tentu dengan pasangan yang sah), Omah Petroek dapat menjadi solusinya. Langsung saja kulik informasinya sebelum reservasi. Survei dulu juga boleh. Bisa survei secara online, kok. Lihat saja di twitter @OmahPetroek dan FB Omah Petroek, Karang Klethak, Kaliurang. Atau, silakan ubek-ubek di google dan IG juga. Oke?

Eh, jangan lupa. Omah Petroek itu tetangga dekat MGM. Maka jadikanlah keduanya ke dalam satu paket wisata ke Sleman. Beneran. lho. Kutunggu kamu di Omah Petroek. 

 
Turun dari kendaraan, usai memarkirnya, kita akan langsung disambut oleh jargon ini "Kita berteman sudah lama". Ih, padahal baru sekali saja diriku ke situ. Sok akrab banget, ah...


Senin, 28 November 2016

Memahami Merapi dari MGM

4 komentar
TAk kenal maka tak paham. Tak paham maka tak sayang. Jika kenal saja tidak, bagaimana mungkin akan cinta? Tampaknya kronologi rasa yang seperti itulah yang menderaku manakala berhadapan dengan Merapi. Sebab hanya tahu Merapi selayang pandang, saya cenderung acuh tak acuh terhadap eksistensinya. 

Mulanya perasaan acuh tak acuh terhadap Merapi, kukira akan mengabadi dalam diri. Hingga tibalah tanggal 19 November 2016. Tatkala itu bersama dengan para blogger Jogja, aku berkesempatan untuk mengenal Merapi secara lebih intim. Yang mencomblangi adalah disbudpar (= Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) Sleman, melalui minitrip di MGM (= Museum Gunung Merapi).

Alhasil, perkenalan lebih intim itu pun sukses mengubah perasaanku terhadap Merapi. Yang semula acuh tak acuh menjadi cinta. O la la! Rupanya aku mulai jatuh cinta pada Merapi setelah mendengar penjelasan detil tentangnya. Tentunya juga setelah menguprek-uprek isi MGM dan menonton film "Mahaguru Merapi".

Pak Wasito dari disbudpar Sleman (paling kiri dan memegang mikropon) sedang bercerita tentang Merapi, MGM, dan potensi wisata di Sleman pada umumnya.



Berdasarkan semua informasi yang mampu kurangkum, pahamlah aku akan satu hal. Ya, aku jadi memaklumi keengganan masyarakat sekitar puncak Merapi untuk pindah tempat tinggal. Bagaimanapun Merapi adalah denyut nadi kehidupan mereka. Potensi ancamannya memang besar. Namun, mereka pun mafhum bahwa manfaat Merapi jauh lebih besar daripada potensi ancamannya. Itulah sebabnya mereka memilih bersetia total "menjaga" Merapi.      

Memandangi replika ini sekian menit bikin aku tersadar: betapa bangunan MGM yang megah dan berhalaman luas tetap kalah megah dari Merapi.

Menelusuri bagian demi bagian di dalam MGM berarti membangun keutuhan cinta terhadap Merapi. Selain replika Merapi, ada banyak "pernik" yang bakalan bikin kita makin memahami Merapi. Beberapa di antaranya foto-foto informatif mengenai wajah gunungapi di Indonesia, maket bangunan MGM, foto irisan bebatuan yang terkandung dalam Merapi, foto tentang garis imajiner yang menghubungkan Merapi-keraton-Parangtritis, bongkahan bom merapi, dan contoh aneka bebatuan dari Merapi.



Maket bangunan MGM. Tapi bangunan aslinya berwarna abu-abu kombinasi merah. Bukan putih seperti pada maket.


Pandangilah dan cermatilah dengan seksama foto-foto di sini, jika Anda ingin tahu wajah gunungapi di Indonesia.

Inilah penampakan bom Merapi.

Aneka macam batu yang dikandung Merapi, yang sangat menggoda para ahli terkait dari seantero bumi ini untuk menelitinya. Wow!


Sungguh tepat jika MGM menjadi objek tujuan wisata edukasi. Maka tak heran tatkala kami minitrip tempo hari, mayoritas pengunjungnya adalah anak sekolah. Mulai dari TK hingga SMA/SMK. Tak hanya dari sekolah-sekolah yang ada di wilayah DIY, tapi juga dari provinsi-provinsi lain. Tampaknya anak-anak TK sangat menikmati bagian depan MGM yang penuh undak-undakan (tangga). Mereka antusias bermain-main di situ. Biasalah. Anak-anak kecil selalu suka berlarian naik turun tangga 'kan?

Sebagai tambahan informasi, undak-undakan di teras depan MGM itu terinspirasi oleh filosofi undak-undakan Candi Ratu Boko. Sementara undak-undakan yang berada di halaman belakangnya terinspirasi oleh open theater Candi Sambisari. Berbeda dengan yang di depan, undak-undakan yang berada di bagian belakang tidak menyatu dengan bangunan MGM, tapi dipisahkan oleh satu halaman yang lumayan luas.

MGM memang sangat membantu kita untuk memahami Merapi. Maka datanglah ke sini jika Anda ingin tahu seluk-beluk Merapi secara detil. Tapi jangan datang pada Hari Senin, ya. Datanglah pada Hari Selasa-Minggu, mulai pukul 08.30 - 15.30 WIB. Tiket masuknya hanya Rp5.000,00. Kalau ingin menonton "Mahaguru Merapi", bayar lagi Rp5.000,00. Sangat terjangkau, bukan? 

Gambar lapisan bebatuan yang diambil dari Merapi. Cantik sekali 'kan? Hanya dengan tiket Rp5.000,00 dan menikmati yang cantik-cantik informatif begini? Siapa takut?

Singkat cerita, separo hari menjelajah MGM membuatku kembali tersadarkan bahwa eksistensi Merapi bagi masyarakat Jogja amat penting. Tidak sekadar dipandang memiliki banyak potensi geologis. Tapi lebih dari itu, menjadi salah satu elemen dari mitos penting yang amat diyakini oleh masyarakat Jogja. Mitos yang manakah? Yakni mitos mengenai adanya garis imajiner yang menghubungkan Merapi-Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat-Parangtritis (laut selatan); sebuah mitos yang punya beberapa tafsiran. Konon, garis imajiner tersebut pernah difoto satelit. Hasilnya? Terbukti ada.

Demikian ceritaku tentang minitrip ke MGM. Seru dan informatif 'kan? Tak mengherankan jika banyak orang yang mengunjunginya. Hanya saja, pemkab Sleman mesti memikirkan nasib wisatawan berduit pas-pasan yang mengandalkan transportasi umum. MGM itu lokasinya di Jalan Kaliurang KM. 22 dan tidak berada di tepi jalan raya. Jadi kalau mau ke MGM dengan naik bis jurusan Yogya-Kaliurang, niscaya bingung mencari ojek setelah turun di mulut gang yang menuju lokasi. Mengapa di mulut gang tidak ada ojek yang stand by? Kondisi inilah yang bikin diriku kelabakan cari tumpangan ketika hendak ikut minitrip dengan teman-teman blogger Jogja.

 

Jumat, 25 November 2016

Kado Terkeren untuk Guru

2 komentar
SELAMAT Hari Guru Nasional 2016! 

Semoga Anda tidak lupa bahwa hari ini, tanggal 25 November 2016, adalah HGN ( = Hari Guru Nasional). Bertepatan dengan HUT ke-71 PGRI (= Persatuan Guru Republik Indonesia). Sebuah hari yang ditetapkan oleh pemerintah RI sebagai hari penghargaan untuk para guru di seantero wilayah RI. Yang mana pada tahun ini tema peringatan HGN adalah "Guru dan Tenaga Kependidikan Mulia karena Karya".

Bila Anda seorang guru, tentu Anda sangat ngeh dengan tema tersebut. Bahkan, mungkin menjadi demikian terharu biru. Atau, terhanyut dalam pemaknaan tema tersebut. Jangankan seorang guru. Saya yang bukan guru saja merasa hanyut dan terharu biru, kok. 

Apakah aku lebay? Sama sekali tidak. Asal tahu saja, ya. Meskipun bukan guru, diriku terlahir dari keluarga guru dan tumbuh dewasa di lingkungan yang serba guru. Maka daku akrab betul dengan citarasa kehidupan seorang guru. Pendek kata, guru dan PGRI adalah bagian dari puzzle yang membentuk kehidupanku kini. Jadi, mana mungkin kulalaikan begitu saja? 

Mungkin diriku dulu bukanlah seorang murid yang baik. Alih-alih bikin bangga dan lega para guruku. Yang ada, ulahku sebagai murid bisa jadi sangat mencemaskan hati mereka. Tapi itu dulu lho, ya. Kalau sekarang aku paham bahwa tanpa guru, aku tak akan mampu menjadi blogger seperti ini. 

Baiklah. Sekali lagi, Selamat hari Guru Nasional. Duhai guru-guruku (termasuk bapak kandungku yang pensiunan guru), I love you all....  

Yuk, teman-teman. Kita beri kado paling keren untuk guru-guru kita. Kebetulan hari ini bertepatan dengan hari Jumat. Sebuah hari yang mulia, yang penuh berkah, dan sangat afdal untuk berdoa. Maka amat bijaksana, bila kita sama-sama memberikan kado berupa doa bagi guru-guru kita. Guru-guru yang pernah singgah di kehidupan kita. Tak peduli singgahnya lama ataupun sekejap saja. Oke? Deal, ya?

MORAL CERITA:
Dalam tiap inci kepandaian kita, ada sumbangsih para guru kita. Maka mereka itu sungguh tak boleh kita lupakan begitu saja.

Betapa kebahagiaan seorang guru akan terpancar terang jika seorang muridnya berhasil mencapai kesuksesan hidup (Model: bapakku dan Mas Agus Purwanto, salah seorang muridnya dulu).
 




Minggu, 20 November 2016

Waspadai Setan Konsumerisme

5 komentar
HARI-HATI dengan rayuan maut si setan konsumerisme. Serius ini. Rayuan mautnya sangat memabukkan, lho. Tidak main-main. Bila sekali dua kali Anda menurutinya, lama-kelamaan bisa terjerat untuk selamanya. Susah melepaskan diri. Menjadi ketagihan tak berujung. Lagi, lagi, dan lagi. Ujung-ujungnya si setan konsumerisme bikin kita jadi makhluk konsumtif.

Apa sih arti konsumerisme? Secara mudahnya, konsumerisme adalah membeli sesuatu tidak berdasarkan kebutuhan. Camkan baik-baik: tidak berdasarkan kebutuhan. Berarti sebenarnya tidak butuh, tapi nekad beli. Alasannya bermacam-macam. Mungkin supaya dianggap kaya raya. Bisa pula sekadar ikut-ikutan teman. Atau, sebab takut dianggap kuno bila tak punya barang-barang yang  up to date. Atau, sebab mudah tergiur diskon besar.

Sekarang Anda ingat-ingat, ya. Apakah Anda termasuk pengejar barang diskonan di mal atau di mana pun? Tanpa peduli bahwa yang sedang diskon besar itu sesungguhnya tidak/belum Anda butuhkan? Apakah tiap bulan Anda belanja baju dari toko online favorit Anda? Apakah Anda sering kali memaksakan diri untuk makan di resto/kafe mahal demi dilabeli sebagai orang kekinian? Meskipun sebenarnya agak berat di kantong?      

Bila jawaban atas semua pertanyaan tersebut adalah "YA", berarti Anda memang makhluk konsumtif. Hehehe.... Maafkan saya yang to the point ini, ya. Dan, jangan buru-buru merasa tersinggung. Kalau memang kenyataannya begitu, akui saja. Kata peribahasa yang baru saja selesai kususun, mengaku lebih baik daripada tidak mengaku.

Namun, jangan berhenti di tahap mengakui saja. Setelah mengakui ya berusaha berubah, dong. Tahukah Anda? Konsumerisme itu jelek. Berkerabat dengan hal-hal yang mubazir. Sementara mubazir bersahabat dengan setan. Adapun sesuatu yang menyangkut setan selalu tak ada bagus-bagusnya. Iya toh?

Jadi, ayolah kita kikis endapan konsumerisme di jiwa kita. Mulai sekarang, biasakanlah untuk berbelanja sesuai dengan kebutuhan. Bukan berdasarkan keinginan. Meskipun Anda seorang konglomerat, bukan berarti sah untuk bersikap konsumtif. Jangan lupa, kalimat kuncinya adalah "konsumerisme itu buruk". 

Sekali lagi, berhati-hatilah dari godaan setan konsumerisme. Terlebih jika konsumerisme Anda dibiayai oleh utang. Wuahduh! Sungguh celaka dan sangat celaka. Tahukah Anda? Tak ada yang lebih celaka dari konsumerisme yang dibiayai oleh hutang.

Kiranya ada satu hal lagi yang perlu digarisbawahi. Begini. Jika Anda merupakan orang tua yang punya beberapa anak, maka sikap konsumtif yang Anda pelihara akan tertransfer kepada mereka. Ingat lho, ya. Bagaimanapun anak-anak itu akan meneladani Anda. Menjadikan Anda sebagai role model. Kalau panutannya konsumtif, ya wajar kalau mereka ikut-ikutan konsumtif. Makin besar mereka, makin tinggi juga perilaku konsumtif mereka. Pusing sendiri Anda nanti. 

Jadi mulai sekarang, jangan mudah takluk pada rayuan maut setan konsumerisme. Percayalah. Cepat atau lambat, konsumerisme akan meluluhlantakkan hidup Anda bila Anda tak berhati-hati terhadapnya. 

MORAL CERITA:
Godaan setan konsumerisme sama ganasnya dengan godaan setan dedemit. Sama-sama mengerikan!


 

Kamis, 17 November 2016

Menyapa Dunia dari Rumah

11 komentar


Dapat mengasah kembali kemampuan menulis bikin hatiku bahagia. Syukurlah. Ya, kolaborasi manis antara ITC (IndScript Training Centre) dan @Joeragan Artikel telah memungkinkanku untuk ikut training menulis artikel.

Tentu saja training tersebut dilaksanakan secara online. Aku ‘kan emak rempong yang punya mobilitas rendah. Ada yunior yang susah ditinggal-tinggal, masih pula trauma untuk mengendarai motor sendiri. Jadi, amat susah dibayangkan kalau aku aktif dan atraktif secara offline. Kalau secara online sih kapan pun aku sigap. Dengan catatan, aliran listrik lancar jaya. Tidak mengaduk-aduk jiwa dengan nyala-padam cantiknya.

Mereka yang mengenalku mungkin heran. Lalu, bertanya-tanya tak percaya, “Ikut training menulis artikel? Yang benar saja? Kamu ‘kan sudah kerap jadi penulis bayaran? Kenapa sekarang malah ikut training menulis artikel dengan membayar biaya lumayan?”

Begini. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi keputusanku ikut training tersebut. Yang tentunya bersifat nonmateri. Kalau dengan pertimbangan materi sih aku ogah membayar. Terlebih untuk sebuah training yang notabene sudah kupahami seluk-beluknya. Tapi jangan lupa. Dunia ini bergerak maju. Selalu ada yang baru di segala bidang. Tak terkecuali di bidang kepenulisan.

Nah! Sebab ingin bertumbuh jadi penulis ciamik, kuputuskan untuk belajar lagi bersama ITC dan @Joeragan Artikel. Dan, benar saja. Ada banyak hal dan ilmu yang kudapatkan. Yang tidak bakalan kuketahui jika tidak ikut training. Di antaranya mengenai job review dan cara berpenghasilan melalui blog.  

O, ya. Peserta training yang berprestasi akan direkrut menjadi tim penulis di emakpintar.asia. Untuk selanjutnya dibina lagi secara kontinu, agar meningkat jenjang karier kepenulisannya. Seru ‘kan? Pokoknya tak ada ruginya ikut training. Selain bertambah teman, aku pun tak perlu khawatir bokek sebab jobless.

Yup! Bukankah IndScript Creative Centre dan @JoeraganArtikel memberikan kesempatan pada Bunda untuk berpenghasilan melalui profesi menulis artikel dari rumah? Dan sebagai Bunda yang jadi tulang punggung keluarga, aku amat berharap punya penghasilan layak dari menulis. Jadi aku tetap bisa di rumah menjaga anak, sementara tulisanku eksis di mana-mana.



Minggu, 13 November 2016

Status Fesbuk Sang Komandan

4 komentar
SUNGGUH, aku tidak mengenalnya. Atau lebih tepatnya, katakan saja... "belum". Sebab ada kemungkinan di masa depan, aku berkesempatan untuk mengenalnya. Dunia ini 'kan penuh dengan kemungkinan. Lagi pula, istrinya adalah kawan lamaku. Walaupun kini domisili kami berjauhan, kemungkinan berjumpa tak serta-merta sirna toh? 

Lalu, mengapa sekarang aku repot-repot menulis tentangnya? Hmm. Tentu ada satu alasan unik bin menarik di baliknya. Alasan apakah itu? Yakni fakta bahwa beliau adalah seorang komandan polisi yang piawai menulis status fesbuk. Haha! Ini serius, lho. Sungguh-sungguh beliau jadi topik tulisan ini sebab status-status fesbuknya yang --menurutku-- uhuy sekali.

Ayo kita lihat salah satu contoh ke-uhuy-an yang kumaksud. Siap, ya? Ini nih. Suatu ketika beliau pernah menulis begini: Kado terindah yang diberikan seorang ayah kepada anak-anaknya adalah mencintai ibu mereka sepenuh hati. Subhanallah. Sebuah status fesbuk yang indah dan mencerahkan, bukan? 

O, ya. Sebenarnya aku pun tidak berteman dengan beliau di fesbuk. Hanya saja, aku bisa nimbrung membaca status-status fesbuknya bila nama sang istri (yakni teman lamaku) ditandai di situ. Hehe....

Sekali lagi, aku sama sekali tidak mengenalnya. Tapi aku bersikeras menulis sekelumit tentangnya. Untuk apa? Katakanlah, ini sebagai sebentuk penghargaan untuknya. Yang mana penghargaan ini kupersembahkan atas nasehat dan inspirasi yang dapat kuambil dari status-status fesbuknya.

Tentu teriring doa tulus, semoga Allah Yang Mahacinta senantiasa menganugerahkan cinta yang berlimpah baginya, untuk istri dan anak-anaknya, untuk seluruh keluarga besarnya, dan bagi segenap anak buahnya. Mohon catat doaku ini, Ya Allah. Aamiin.

Baiklah. Sebagai penutup, berikut aku kutipkan sebuah kalimat makjleb dari status fesbuknya yang barusan kubaca. Inilah penggalan kalimat yang kumaksudkan: ... Jika seseorang bisa mengkhianati ibu dari anak-anaknya, siapakah yang tidak akan dikhianatinya?

Nah, lho. Para bapak-ayah-papa-papi-daddy-abah-abi.... Plis, deh. Silakan dibaca dan dihayati kalimat ciamik tersebut. Resapi dalam-dalam.... :D

MORAL CERITA:
Inspirasi kebaikan dapat datang dari siapa saja, termasuk dari orang-orang yang tidak kita kenal.


          
Senja perak di Jogja (by Surahman Parlanto) #sekadar-ilustrasi


Sabtu, 12 November 2016

Ternyata Kuncinya di Leher

0 komentar

BELAKANGAN aku berkesempatan mendatangi berbagai acara. Kebetulan masing-masing acara yang kudatangi jenisnya berlainan. Ada yang sifatnya formal seremonial. Ada pula yang semiformal. Yang sangat kasual alias full berbau lapangan juga ada. 

Sudah pasti aku mesti menyesuaikan diri manakala pergi ke tiap acara. Tidak mungkin dong, aku datang dengan kostum ngaco. Masak datang ke acara formal dengan kostum serba jeans? Atau sebaliknya, datang ke acara santai kasual dengan busana formil plus high heel. Segagap-gagapnya aku dengan dunia fesyen, kayaknya tak sampai separah itu deh ngaconya.

Aku kasih tahu, ya. Orang salah kostum itu sungguh tak enak, lho. Bikin tingkat kepercayaan diri merosot tajam. Alih-alih enjoy menikmati acara. Yang ada, kita bakalan sibuk menyamankan diri sendiri selama acara berlangsung.

Mengingat akibat salah kostum yang sungguh tak mengenakkan, maka aku berusaha untuk selalu cermat membaca undangan. Dresscode-nya apa? Biasanya dalam undangan 'kan dicantumkan. Tapi ada pula undangan yang tanpa penjelasan mengenai dresscode-nya. Yang begini ini yang agak merepotkan. Maka aku harus pintar-pintar untuk menyiasatinya.

Bagaimana caranya? Yaitu dengan berbusana ala setengah-setengah. Setengah resmi, setengah kasual. Main aman sajalah. Kalau ternyata acaranya resmi, ya aku cuma sedikit salah. Jika acaranya kasual, ya aku hanya tampak paling necis. Hehehe....

Namun suatu ketika, aku menemui pengalaman kurang enak. Duh, duh. Main amanku ternyata masih belum aman juga. Begini kejadiannya. Dalam suatu acara formal yang kudatangi dengan busana ala setengah-setengah, seseorang rupanya memperhatikanku. Dia adalah seorang emak cantik yang penampilannya terlihat oke banget. Tidak glamour, tapi kesan elegannya kuat sekali. Padahal kalau dilihat dari pilihan busananya, tidak beda jauh denganku.

"Jeng, maaf ya. Mau ngomong sedikit. Tapi jangan tersinggung, ya." Ia berkata seraya menggamitku untuk mendekat. Aku menurut saja sebab kemal, kepo maksimal. Plus sangat deg-degan juga sih.

"Hmm. Begini. Kulihat dirimu main aman, ya? Pakaianmu itu, lho. Ragu-ragu antara resmi dan kasual...." Aku langsung terkekeh-kekeh begitu mendengar perkataannya. Hilang sudah deg-deganku, berganti geli.

"Wedew! Ketahuan, deh. Kok dirimu bisa tahu, Jeng?" Aku bertanya.
"Lhah? Saya juga begitu soalnya. Hahaha...." Jawab si emak cantik seraya tertawa.

"Enggak, ah. Jeng kostumnya sudah benar. Sudah formal elegan tuh, " sahutku.
"Eh. Lihat baik-baik. Pilihan baju kita sebetulnya 11-12 'kan?" Demi mendengar perkataannya, aku percaya. Itu pula yang ada di pikiranku tadi. "Tahu enggak, apa yang bikin penampilanku lebih istimewa?" 

Aku terdiam mendengar pertanyaannya tersebut. Heran juga mengapa bisa begitu. Aku menggeleng pelan. "Entahlah," gumamku pasrah.

"Kuncinya di leher ini, lho," katanya sambil menunjuk bagian lehernya. Dengan wajah tak paham aku memperhatikan lehernya. Ada seuntai kalung indah di situ. Selain itu, tidak ada apa-apa. "Jeng lihat apa di leherku ini?" Tanya si emak cantik.

"Kalung," jawabku singkat.
"Nah! Kalung inilah yang bikin elegan. Nih, lihatlah." Dengan sigap dilepaskannya kalung cantik itu dari lehernya. "Perhatikan baik-baik, deh. Tanpa kalung, penampilanku berubah jadi sangat kasual 'kan?"

Aku tertegun memandanginya. Ya, ternyata begitu. Lalu, ia kembali memasang si kalung di tempatnya semula. Perubahan signifikan pun terjadi. Ia kembali tampil resmi elegan. "Wow! Betul banget."

Si emak cantik tersenyum. "Makanya pakai kalung seperti ini saja. Demi menghindari salah kostum, Jeng. Kalaupun sekarang ini acaranya kasual, kalung ini akan aku lepas dan kusimpan di tas. Praktis 'kan?"

"Iya, sih. Tapi duitku terbatas. Tak leluasa untuk beli-beli aksesoris semacam ini," kataku sembari mengelus kalung manisnya. "Jangankan kalung aksesoris seindah ini. Untuk kalung kesehatan pun aku bimbang jika harus membelinya. Duitnya itu, lho."

"Idih, Jeng. Beli di MatahariMall.com itu, lho. Dijamin enggak mihil." Si emak menjawab, lalu mengeluarkan HP-nya. "Sebentar, ya. Ayo kita cek harga kalung kesehatan terbaru hahaha.... Zaman sekarang 'kan tinggal klik HP sudah tersaji info yang kita mau."

Aku nyengir menanggapi perkataannya. Sesaat kemudian, ia menyodorkan HP-nya kepadaku. "Nih, Jeng. Lihat model-modelnya. Sekalian cek harganya. Mahal enggak?" 

Aku pun lalu sibuk melihat-lihat sederetan kalung cantik yang ditunjukkannya. Yang paling bikin mupeng, harganya sedang diskon besar. Jadi terjangkau oleh kantongku, deh. Apalagi ada pula yang bisa dicicil belinya. Ya ampyuuun. Kok begini banget barang dan diskonannya? Ini beneran bikin sehat deh jadinya. Walah! Malah sungguhan cek ricek harga kalung kesehatan terbaru. Kalung yang tak bikin sakit dompetku. Haha! 

Jika Anda kepo juga, ini lho beberapa penampilan cantikers  yang kumaksud. Yuk, bantu daku untuk memilihnya.... Bingung, nih. Manis semua kayak aku. Haha! 
            
Xuping SJ0894 Kalung + Liontin 18K Rhodium Plated - Silver
Sumber: https://www.mataharimall.com/p-554/kalung


Exclusive Imports Rhinestone Bowtie Pendant Necklace Sweater Chain Silver
Sumber: https://www.mataharimall.com/p-554/kalung
 
Loading

Jumat, 11 November 2016

Oh la la Mr. Trump

0 komentar
Langit mendung itu.... Apa makna yang tersirat di baliknya?

SEORANG teman mayaku, yang tinggal di bumi Amerika Serikat sono, sempat bikin status bahwa mendung sedang menggantung hitam di Negeri Paman Sam. Sedari petang hingga keesokan paginya. Seiring dengan merebaknya kabar kemenangan Donald Trump dalam pilpres AS. 

Teman mayaku itu juga bercerita, pada pagi hari jadwal pencoblosan, anaknya yang duduk di bangku SMA sempat berpesan sebelum berangkat ke sekolah. Apa isi pesannya? Yakni permintaannya agar sang mama (maksudnya teman mayaku itu) memilih Hillary Clinton  Bahkan, si anak juga menyarankan agar mamanya mau mengajak orang-orang lain untuk memilih Hillary.

Rupanya anak-anak Amrik tidak menyukai sosok Trump. Apalagi anak-anak imigran dari berbagai negara di luar Amerika Serikat.  Maka yang paling terpatahkan hati ketika Trump terpilih menjadi presiden adalah anak-anak sekolahan. Dan, pada hari ini anak-anak sekolah di Amerika sono meliburkan diri. Mereka turun ke jalan untuk melakukan demo.

Wuah. demo....Tidak di sana tidak di sini. Tidak di Amerikat Serikat tidak di Indonesia. Ah, entahlah. Aku lelah mengulasnya lebih detil.  Maka nikmati saja postingan intermezzo ini.

MORAL CERITA:
Jangan sepelekan anak-anak. Bagaimanapun mereka punya pendapat tersendiri dalam menyikapi sesuatu.



Kamis, 10 November 2016

Satukan Langkah untuk Negeri

3 komentar
SELAMAT Hari Pahlawan. Hari ini, 10 November....

Jangan lupa, "Satukan Langkah untuk Negeri" adalah temanya pada tahun ini. Sebuah tema yang mengandung pesan kepada kita semua, segenap bangsa Indonesia, untuk senantiasa bersatu dalam keberbedaan; juga senantiasa menjaga kebersamaan dalam keanekaragaman. Yang mana tujuannya untuk mewujudkan cita-cita negeri yang kita cintai ini.

Kukira itu merupakan sebuah tema yang menohok dan cucok. Menohok diri kita masing-masing selaku anak-anak bangsa yang suka cekcok; cucok sebab mampu menohok. Dan, tohokannya amat terasa karena baru saja ada peristiwa 4-11 di Jakarta. Yakni sebuah peristiwa yang rentan menyebabkan perpecahan bangsa. 

Kita akui atau tidak, faktanya peristiwa tersebut sangat sensitif. Menyerempet soal SARA. Maka daripada kepleset lidah dalam mengemukakan pendapat, aku diam saja. Terlebih aku memang kurang ilmu untuk ikut-ikutan berpendapat terkait peristiwa tersebut.

Kalau aku sampai kepleset lidah sungguh gawat, bro. Asal tahu saja, ya. Aku ini berasal dari keluarga besar yang berbhineka agama. Dan aku tidak mau merunyamkan hubungan dengan keluarga, hanya gegara salah bicara. Kukira demikian pula perasaan para kerabatku yang beda agama denganku. Tanpa kami saling berdebat pun, keadaan terasa sedikit kaku. Apalagi kalau kami saling perang argumen. 

Sudahlah. Sekarang Hari Pahlawan. Tak usahlah kita melakukan hal-hal yang berpotensi memecah belah bangsa. Ingat, "Satukan Langkah untuk Negeri". Sebab bersatu dan hanya dengan bersatu, negeri kita yang tercinta ini dapat maju. Bersatu yang sesungguh-sungguhnya bersatu lho, ya. Bukan yang terucap di bibir saja. Tak sekadar lip service belaka. Bersatu yang ikhlas gitu, lho. 

Baiklah. Supaya tulisan ini tak melantur ke mana-mana, yang jatuhnya malah akan sensitif juga, lebih baik kuakhiri saja deh. Tapi sekali lagi, Selamat Hari Pahlawan 2016. Mari kita hormati dan hargai para pahlawan kita. Dari kelompok mana pun dan beragama  apa pun sang pahlawan itu, juga seberapa pun perannya. Oke?

Jangan lupa, kita ini merupakan bagian dari suatu bangsa yang besar. Adapun sebagai bangsa yang besar, kita mesti menghargai jasa para pahlawan kita. Sebab tanpa jasa (perjuangan) mereka, bisa jadi tidak akan senyaman ini kehidupan kita saat ini. Deal, ya?

MORAL CERITA:
Mestinya kita sama-sama menyadarkan diri bahwa bangsa kita ini eksis hingga hari ini sebab hasil jerih payah para pahlawan. Yang mana ketika angkat senjata dulu, mereka tak pernah mempersoalkan perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka.

Rabu, 09 November 2016

Welcome Party yang Keren

0 komentar
ADA yang menarik dalam seremonial penerimaan mahasiswa baru UGM tahun 2016 ini. Yakni kebijakan untuk mewajibkan mahasiswa baru punya blog. Adapun syarat kepemilikan blog tersebut tujuannya ada dua. Pertama, sebagai salah satu syarat untuk mengambil sertifikat PPSMB UGM 2016. Kedua, sebagai "modal" bagi para mahasiswa baru UGM untuk mengikuti lomba blog.

UGM memang menyelenggarakan lomba blog khusus bagi para mahasiswa barunya. Dan, Lomba Blog UGM 2016 ini diselenggarakan dalam rangka memeriahkan Dies Natalis UGM ke-67. Apa temanya? Temanya adalah "Minggu-Minggu Pertamaku di UGM". 

Wow! Menurutku, kewajiban punya blog berikut penyelenggaraan lomba blog tersebut sangat keren. Ciamik habis pokoknya. Bersifat edukatif sekaligus kekinian. Bahkan, futuristik.

Mewajibkan mahasiswa baru untuk punya blog, lalu diarahkan untuk ikut lomba blog (yang berarti lomba menulis), ini 'kan berarti mendidik mereka untuk suka menulis sejak awal? Pilihan lomba menulisnya berupa lomba blog sebab saat ini blog memang sedang naik daun. Para blogger lagi bersinar auranya. Berarti kekinian toh? 

Bagaimana dengan penjelasan futuristiknya? Begini. Dengan diwajibkan punya blog, para mahasiswa baru UGM itu berarti diberi petunjuk untuk masa depan mereka. Tepatnya diberi petunjuk sukses... bahwa blog itu kelak dapat mereka maksimalkan fungsinya. Untuk mengasah kemampuan intelektual lewat tulisan, bahkan bisa untuk cari duit juga.

Aku yakin, tujuan mulia UGM tersebut sangat mungkin disikapi berlainan oleh para anggota barunya. Ada mahasiswa baru yang antusias dengan kewajiban punya blog. Namun, ada pula yang cemas dan sebal. Yeah, namanya juga manusia. Masak sama semua isi kepalanya? Hehe.... Tapi itu sudah menjadi ketetapan kampus. Jadi, mau apa? 

MORAL CERITA:
Begini inilah welcome party yang keren dan patut dilestarikan penyelenggaraannya. Para anggota keluarga yang baru datang langsung dikondisikan sebagai insan muda pemikir bangsa. 


 

Selasa, 08 November 2016

Mana Kopinya?

0 komentar
Lho? Mana kopinya? kalau ini sih sebab gelasnya bocor.... :p


TERNYATA sejak zaman baheula hingga zaman uh sya la la saat ini, aku sangat menyukai coffee break. Malah boleh dibilang, sedikit tergila-gila padanya. Tapi hanya sedikit lho, ya. Tidak sepenuhnya tergila-gila. Masih termasuk ke dalam kelompok terwaras-waras nyaris full.... #Eh? Cuma nyaris?

Jadi tiap kali datang ke suatu acara, yang kuduga ada coffe break-nya, aku selalu H2C (= Harap-Harap Cemas). Isi H2C-ku: Ada coffee break-nya atau tidak, ya? Haha! Tentunya pula H2C-ku terdesain elegan. Tidak celingak-celinguk sarkasme. Aku toh pernah mengambil mata kuliah Teori Drama. Maka lumayan mampu berakting lah yaa.... #SokNgartisSokNyinetron 

Yeah! Begitulah adanya diriku. Kok bisa ya sampai terobsesi pada coffee break? Entah sampai kapan? Eh! Tunggu, tunggu. Terobsesi di sini masih dalam batas normal lho, ya. Bukan terobsesi yang tingkat tinggi, yang sampai norak-norak bergembira begitu. Katakanlah, ini sebuah obsesi yang terukur.

Aku sendiri tak paham mengapa diriku sampai segitunya terhadap coffee break. Kalau kupikir-pikir secara lebih mendalam, bukan sebab kopinya. Bukan karena kue-kue pelengkapnya. Bukan pula karena gretongannya (kalau pas datang ke acara berbayar dan aku bisa free).

Lalu? Sepertinya gegara suasana dan peranti minumnya, deh. Minum kopi di warkop atau kafe tentu lain suasana dengan minum kopi dalam sesi coffee break di suatu acara. Apalagi dengan minum kopi di rumah. Sensasinya beda, dong. Paling tidak, minum kopi dalam sesi coffee break mempergunakan cangkir yang jauh lebih bagus daripada cangkirku sendiri. 

Akan tetapi, suatu ketika aku pernah kecewa terhadap coffee break. Kala itu aku hadir ke suatu acara untuk "belajar". Setelah beberapa jam mendengarkan paparan para pembicara, tibalah saatnya untuk coffe break. Maka dengan langkah antusias aku menuju meja hidangan. Setelah mengambil kue pelengkap, aku sigap mengantre di belakang seseorang untuk menuang kopi. 

Eh? Tapi kok aroma yang menguar dari cangkir orang yang di depanku bukan aroma kopi? Sebab penasaran, aku beringsut ke depan. "Lho? Bukan kopi toh, Mas?" Tanyaku seraya melongok ke cangkirnya. Ya, memang bukan kopi melainkan teh. Jadi, aku berpindah ke meja minuman yang satunya. Sebab tak ada antrean, aku langsung menuangkan isi jumbo ke cangkirku. 

Oh la la! Ternyata  teh juga! Dan kenyataannya, tak ada jumbo yang ketiga. Tapi untuk meyakinkan diri, aku bertanya pada petugas yang berwenang. "Kopinya di mana, Mas?"

Sungguh, jawabannya bikin aku patah hati. Ini jawabannya, "Mohon maaf, kami memang tidak menyediakan kopi."

Oalaaah.... Baru kali ini aku terlibat dengan sesi coffee break yang tidak melibatkan kopi sama sekali. Haha! 

MORAL CERITA:
Peristiwa ini bikin aku mempertanyakan ulang makna dari sebuah sesi coffee break. Apakah pakemnya harus ada kopinya ataukah boleh tidak melibatkan kopi sama sekali?

   

Kamis, 03 November 2016

Mari Menjadi Orang Baik Sejati

2 komentar
HARI ini, satu hari jelang tanggal 4 November 2016, yang dijadwalkan sebagai waktu untuk berdemo secara besar-besaran. Yakni demo untuk menuntut Ahok diadili. Tuduhannya sebagai penista agama. Dan hari ini pula, aku merasa.... Ah! Merasa apa, ya? Hehe. Bingung aku. Entahlah. Entah apa yang tepatnya aku rasakan saat ini. 

Yang jelas aku agak cemas. Demo secara besar-besaran akan rawan kerusuhan dan percekcokan. Situasinya sangat mungkin akan memanas. Dan aku cemas, jangan-jangan para pendemo --yang menuntut si tertuduh penista agama-- justru tak mampu mengerem keluarnya ucapan-ucapan nista dari mulut mereka. Wah! Sangat gawat 'kan jika ini yang terjadi? 

Sudahlah. Kiranya tak penting untuk mendefinisikan perasaanku secara tepat. Yang penting digarisbawahi justru harapanku. Yakni harapanku bahwa esok hari segala sesuatunya berlangsung manis. Tak ada kebrutalan sedikit pun. Tak ada sayatan sedikit pun di dada Sang Garuda Pancasila.

Semoga mereka yang terlibat dalam aksi 4 November besok betul-betul merupakan sekumpulan orang baik sejati. Jadi seheboh apa pun situasinya, tidak bakalan ada hura-hara. Ya. Bukankah orang baik sejati tidak pernah berangasan dalam bertindak.

Ah! Ayolah, saudaraku sebangsa dan setanah air. Mari kita sama-sama berusaha menjadi orang baik sejati. Perbedaan dan kesalahan adalah sesuatu yang manusia. Jangan sampai kita lebay dalam menindak pihak yang bersalah. Apa bedanya kita dengan si salah dong kalau begitu?

#Sekeping-catatan-hati-jelang-aksi-4-November-2016      

MORAL CERITA:
Orang baik sejati tak suka menghakimi dan main hakim sendiri; juga tak mudah nyolot saat membaca postingan ini. Hehe.... :D


Salah satu cara untuk menjadi orang baik sejati ya dengan gemar membaca. Setuju, ya?



Selasa, 01 November 2016

November Datang Lagi

0 komentar

Ada pagi tiap hari. Tapi tak tiap pagi matahari ceria berseri. Namun, nikmati saja semuanya. Apa pun yang ada. Oke?

TAK terasa toh kalau tahun 2016 sudah hampir habis? Kurang dua bulan saja. Dan, itu bukanlah sebuah kurun waktu yang lama. Tampaknya saja sih dua bulan. Tapi kalau dijalani, ya sekejap mata belaka. 

Hmm. Benarlah adanya. Dunia makin dekat dengan kiamat. Buktinya, hari-hari berjalan dengan cepat. Tak lagi merambat. Entahlah bagaimana yang sesungguhnya. Tapi yang kurasa sih begitu. Rasanya baru bangun, eh tahu-tahu sudah jelang tengah malam. 

Tapi yang paling menakutkan yang ini nih: rasanya baru saja selesai salaman untuk deal projek kerjaan, lha kok tahu-tahu deadline sudah di depan mata. Haha! #pengalamanpribadi #inicatatanku

Namun, tak usahlah kita merasa risau. Yang terpenting, mari jalani saja apa yang mesti kita jalani. Asal terus bergerak maju, tentu akan sampai dan selesai. Kalaupun tidak sampai dan tidak selesai, ikhlaskan saja. Lha wong takdirnya memang begitu. Mau bagaimana lagi?

Baiklah. Ayo kita sambut NovemBERKAH, November yang penuh berkah ini. Tak usah ngasih waktu buat risau bin galau, ya. Semua sudah digariskan oleh-Nya, kok. Yang penting kita bergerak saja terus. Demi melengkapi tugas kita sebagai wakil-Nya di bumi,  khalifatullah fil 'ard.

Dan sesungguhnya, aku menerima kabar buruk pada awal November 2016 ini. Bukan kabar buruk tentangku. Bukan pula tentang keluargaku. Tapiii... aku terlibat sebagai korban. 

Apa boleh buat? Untuk menetralkan hati, aku pun menulis status di beranda fesbuk. Harapanku, orang lain dapat ikut membaca dan mempraktikkannya. Alhamdulillah, ternyata memang banyak orang yang klik LIKE untuk status tersebut. Kita lihat yuk status yang kumaksud.... 

Ambil napas dalam-dalam dan tersenyumlah.
Libas resahmu dengan kesetiaan total kepada-Nya.
Gundah bukanlah tabiat hati yang cantik. 
#Ini status pagi, lho
#Semoga bermanfaat
#Semoga bikin hari Anda berseri



MORAL CERITA:
Kabar buruk tak mesti disikapi dengan panik. Tetap tenang, konsisten bersabar, dan yakin kepada-Nya adalah sikap terbaik untuk menghadapinya.

 
 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template