Kamis, 15 September 2016

Hanya akan Terjadi pada Saatnya

SESUATU hanya akan terjadi pada saatnya. Bila belum saatnya terjadi, niscaya tidak bakalan terjadi. Sedetil apa pun perencanaan yang kita susun, pasti akan selalu ada hambatannya; sejauh Tuhan Yang Maha Memungkinkan belum menjadwalkannya terjadi. 

Walaupun kemungkinan terjadinya sudah mencapai 99,9 %; bila jadwal dari-Nya belum ada ya tetap bakalan tertunda terjadinya. Jangan lupa, ya. Yang 99,9% itu 'kan perhitungan dan analisis manusia. Sementara secuil persen sisanya justru menjadi wewenang penuh-Nya. Hendak dijadwalkan terjadi atau malah dijadwalkan batal?  

Percayalah pada rumusan yang kusampaikan ini. Diriku telah banyak mencecap asam garam kehidupan, lho. Duka gembira pun sudah banyak aku cicipi. Jadi, diriku tidak asal menyimpulkan. Bukan sekadar menyimpulkan dari yang kulihat pada kehidupan orang-orang, melainkan dari pengamatan atas pengalaman pribadiku.

Agar lebih jelas, silakan simak kisah berikut. Sebuah kisah zadoel dari seorang mahasiswa berotak pas-pasan. Ndilalah pula uang sakunya sebagai anak kos ya pas-pasan. Bagaimana kisahnya? Begini. Kala itu si mahasiswa sangat ingin cepat lulus agar segera bisa kerja. Alasannya ya untuk meringankan beban orang tua dan sebetulnya memang sudah bosan ditanya-tanya "kapan wisuda".

Maka ia dengan penuh semangat mempersiapkan mental perang. Tekadnya, dalam kurun waktu enam bulan harus lulus. Saat itu ia optimis mampu. Proposal penelitian sudah disetujui dosen. Tinggal dieksekusi saja. Dalam perhitungan manusia ia tidak bakalan gagal. Namun faktanya, ia baru lulus dua tahun kemudian.

Penyebabnya dalam kacamata analisis manusia adalah (1) dosen pembimbingnya super sibuk sehingga susah ditemui, (2) si mahasiswa malah keasyikan kerja paro waktu, dan (3) aneka alasan bla-bla-bla yang lain. Tapi di atas semua itu, penyebab yang pasti benar adalah: Tuhan belum menjadwalkannya lulus kuliah. 

Sampai di sini, Anda paham yang kumaksudkan toh? Semoga paham. Sebab kalau tidak, celakalah diriku ini. Duh, duh. Adalah aib yang lebih besar bagi seorang penulis, selain para pembacanya gagal paham?

MORAL CERITA:
Tak usah berputus asa bila cita-cita atau keinginan Anda belum kunjung tercapai. Sejauh Anda sudah maksimal mengupayakannya, lambat-laun pasti akan tercapai. Kelak, jikaDia SWT sudah menjadwalkannya tercapai.

 

4 komentar:

  1. saya paham...saya paham Cikgu Tinbe

    Terimakasih diingatkan untuk selalu dalam kesadaran penuh bahwa tak kan ada selembar daunpun yang jatuh jika Allah tak menghendakinya

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template