Kamis, 07 Mei 2015

RUMAHKU BENGKEL EKSISTENSIKU

RUMAHKU memang betul-betul menjadi bengkel eksistensiku; bengkel tempat lahirnya karya-karyaku. Baik karya beneran maupun "karya" dalam tanda kutip. Yup! Dari rumah mungilkulah semua eksistensiku bermula. Haiyaaah... semua eksistensi? Iya, dong. Semua eksistensiku. Baik eksistensiku sebagai  penulis, editor, konsultan Oriflame, tukang mengkreditkan pakaian, pengurus PKK kampung, maupun sekretaris dasawisma. Hehehe.... Mungkin sebagian dari Anda merasa aneh dengan dua eksistensi yang kusebut terakhir. Apalagi kalau Anda tinggal di daerah perkotaan. 

Alhamdulillah aku hidup di zaman internet berjaya. Jadi walaupun ragaku selalu ada di rumah dan siap siaga menjaga anakku, koneksiku tetap tak terbatas. Lebih dari itu, internet telah memudahkanku untuk make money dan ketawa-ketiwi dengan para sohib yang tersebar di berbagai belahan bumi di luaran sono, sembari tetap bergaul dengan para tetangga sekitar rumah. 

Hmmm. Betapa internetan itu memang enak dan perlu. Aku menyetorkan hasil tulisan dan editan naskah ke penerbit via email. Honornya ditransfer. Ketika ingin mengirimkan tulisan ke media massa pun enak. Tinggal kirim via email. Bila dimuat honor pun ditransfer. Demikian pula bisnis Oriflame yang kujalankan dengan maju mundur cantik. Tinggal order via web dan barang diantar kurir ke rumah. 

Jadi, meskipun banyak orang (termasuk keluarga besar ayah kandung anakku) menganggap diriku sarjana pengangguran, sesungguhnya aku toh berduit. Ciamik, bukan? Mulanya memang sakit hatiku gara-gara dianggap pemalas, kuper, sarjana kok ogah kerja kantoran, lulusan universitas kok enggak keren dan enggak gaul sebab tak mau ngantor, dan lain-lain yang enggak mengenakkan. Huft! Pokoknya pedas nian komentar-komentar yang mereka lontarkan. 

Tapiiii... pada akhirnya aku mampu menikmati saja semua cercaan yang lahir akibat tak kepahaman mereka itu. Malah enak dianggap pengangguran, mereka yang semula berniat hendak berhutang jadi membatalkan niatnya. So, amanlah uangku dari ancaman para penghutang. Hahaha... 

Selain itu, dengan bekerja dari rumah aku tidak menjadi terasing dari kegiatan kampung. Aku bisa selalu hadir di acara pengajian ibu-ibu, serta aktif di kegiatan PKK kampung dan dasawisma. Apalagi malah jadi pengurus. Keren 'kan? Tak semua orang lho, berkesempatan eksis di kampung seperti aku. Para tetanggaku yang bekerja jadi penjaga toko saja kerjaannya nitip melulu kalau arisan PKK. Maklumlah. Mereka pergi pagi pulang senja. Dan, tentu saja itu jadi bahan rumpian orang sekampung.

Gajinya? Aku jamin jauh lebih kecil daripada penghasilanku deh. Maaf, ini bukan congkak melainkan pede. Hehehe.... Percayalah. Faktanya memang demikian. Aku toh bekerja mencari uang juga, tapi bisa tiap saat berkomunikasi dengan warga yang butuh bantuanku. Tahukah Anda? Eksistensi semacam ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan di kampung, lho. Sebab sanksi sosial kenyataannya masih diberlakukan bagi orang-orang yang hampir tak pernah nongol di acara kampung.

Maka aku amat bersyukur Allah SWT memberiku kesempatan bisa berkarya dari rumah seperti sekarang. Mulanya sih aku bekerja di rumah sebab tak ikhlas meninggalkan si kecil untuk kembali ngantor usai melahirkan. Waktu itu statusnya hanya untuk membantu menambah penghasilan suami. Namun, perputaran nasib justru membuat status pekerjaanku itu menjadi pekerjaan yang utama kukerjakan. Maksudku, aku kini bekerja dari rumah sebab sekarang harus berfungsi sebagai ibu sekaligus ayah bagi putri semata wayangku yang masih SD. Iya, sumber utama nafkahku ya dari bekerja serabutan di rumah itu. Tapi serabutan yang keren 'kan? Tepatnya keren dan jumlah penghasilannya lumayan mencukupi.

Tapi ngomong-ngomong, aku masih ingin membaca buku Sukses Bekerja dari Rumah, lho. Sebab aku ingin tahu "teori" tentang seluk-beluk bekerja dari rumah plus penasaran; apakah "praktik" bekerja dari rumah yang telah kupraktikkan selama ini sesuai dengan "teori" di buku tersebut atau tidak, apakah "praktik" bekerja dari rumah yang kujalankan selama ini sudah tergolong sukses atau belum. Eh, ini nih gambar buku yang ingin kubaca.



         
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis "Asyiknya Bekerja dari Rumah"  


2 komentar:

  1. Ulasan keren sekeren yang menulisnya, Sip mbak. Dirimu memang sumber inspirasiku je,kangen pengen main di bengkelmu yang selalu bikin aku kagum dan semangat muncul kembali. Kalau dirimu saja masih ingin belajar dengan membaca buku tersebut, maka diriku juga sebaiknya ikut membaca supaya ikutan sukses seperti dirimu. Terima kasih ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke mb Sulis...silakan datang ke bengkelku, kutunggu lhoo

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template