Sabtu, 25 Januari 2014

TENTANG HUJAN & PERASAANKU

AKU suka hujan. Iya, hujan. Hujan air, bukan hujan salju. Bagaimana mungkin aku berani mengklaim bahwa aku mencintai hujan salju? Aku 'kan belum pernah melihat salju. Sementara untuk mencintai, kadang kala kita harus melihat terlebih dahulu. Melihat, mengenal, lalu bersahabat. Hhhhmmm... !!!

Aku suka hujan. Terutama hujan yang tak membadai. Kukira, sama halnya dengan orang-orang lain, aku suka hujan yang sedang-sedang saja. Kira-kira yang sedikit lebih lebat daripada gerimis yang menjarum tajam, yang tidak disertai dengan petir yang bersahut-sahutan. Iya, pada hujan yang demikian itu kutemukan kedamaian dan keindahan yang dahsyat.  

Begini. Manakala hujan ataupun sekadar gerimis, aku selalu merasa terharu biru. Benakku pun segera saja dipenuhi oleh ide-ide liar dan jinak. Bahkan duluuu sekaliii, aku pernah menulis puisi yang salah satu kalimatnya berbunyi, "Masihkah hujan dapat dititipi rindu?" 

Tapi hari ini, tepat di detik ini, aku jadi merasa galau untuk menitipkan rindu kepada hujan. Aduuuhhhh, belakangan hujan memang bikin banyak kawan merasa demikian cemas, khawatir banjir... Dan, itu membuat perasaanku terhadap hujan hari ini jadi GJ alias gak jelas. Apa hendak dikata? Pada akhirnya aku sampai di titik bimbang terkait hujan! 

Namun kukira, sebimbang-bimbangnya perasaanku terhadap hujan, aku yakin bahwa aku masih tetap merindukannya manakala kemarau melanda. Pasti itu. Sebab tanpa hujan dedaunan dan rerumputan mengering, berubah warna menjadi cokelat layu; sementara aku lebih doyan memandangi dedaunan dan rerumputan hijau. 

Iya, aku mencintai hujan sekalipun kadang kala urusanku terganggu ataupun tertunda gara-gara hujan. Tak masalah bagiku jika harus menunggu hujan reda. Aku tahu, menunggu hujan reda adalah sebuah ketidakpastian. Bisa setengah jam, satu jam, sepuluh jam, bahkan seharian. Yeah... hujan memang misterius. Tak terduga kapan datangnya kapan redanya. Tapi kita tak boleh ngedumel gara-gara hujan, lho. Sebab hujan adalah rahmat dan berkah dari-Nya.  Maka ngedumel pada hujan = ngedumel kepada-Nya.

Begitulah. Aku mencintai hujan tapi jauh lebih mencintai Si Pencipta hujan. Maka aku senantiasa menunggu hujan reda dengan penuh senyum dan cinta!  Bagaimana dengan Anda? Jangan sampai menyumpahserapahi hujan, ya....


0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template