Jumat, 06 Mei 2011

AKU versus REMAJA GAPTEK

BARUSAN aku ke tempat mertua. Di sana ketemu kakak ipar yang aktivis kampung. Aku tak tahu pasti beliau menjabat sie apa? Tetapi, setahuku tugasnya berkaitan dengan masalah kesejahteraan sosial. Misalnya posyandu balita dan lansia, kesehatan ibu hamil, kesehatan keluarga, ataupun upaya peningkatan pendapatan keluarga.

Belakangan ini beliau mengurus pendaftaran kursus. Tentu saja kursusnya gratisan. Penyelenggaranya pemkot Jogja. Sekedar info, pemkot Jogja memang kerap mengadakan kursus. Kursusnya macam-macam; dari bidang kuliner hingga IT. Nah, yang belakangan diurus kakak ipar adalah kursus bidang IT. Kursus ini diadakan untuk memenuhi permintaan pasar kerja. Artinya, begitu lulus dari kursus akan langsung kerja. Gak usah pakai nunggu lowongan. Justru lowongan itulah yang nunggu lulusnya peserta kursus.

Terlepas dari besarnya gaji, tawaran itu sesungguhnya menggiurkan. Apalagi bagi para penganggur. Terlebih penganggur yang gak punya ongkos buat kursus. Tetapi, kakak iparku kesulitan merekrut peserta. Bukannya para tetangga gak ada yang nganggur. Yang lontang-lantung sih banyak. Yang berminat kursus juga banyak. Namun, tak ada yang berani daftar. Mengapa? Mereka beralasan gak ngeh komputer dan gak pernah internetan.

Sebenarnya iparku telah ngompori mereka untuk berani. Maksudnya, daftar saja dulu. Nanti 'kan bisa kalau sudah menjalani kursus. Yang penting pede. Lagi pula, masak sih lulusan SMA/SMK zaman sekarang gak kenal komputer? Pasti pernah deh sesekali mengoperasikannya. Walaupun bukan komputer sendiri, di sekolah dulu kan ada? Di antara teman main pun pasti ada yang punya. Masak sih gak pernah nyoba mencet-mencet keyboard-nya? Atau, sekadar menyentuhnya?

Pendek kata, iparku gak yakin kalau mereka gak bisa sama sekali. "Sudahlah, aku daftarkan saja. Jangan minder. Peserta lain belum tentu lebih pinter dari kalian," bujuk iparku. "Aku isikan data kalian, ya. Sini, apa alamat email kalian?" Jawaban mereka membuat iparku tertegun. Tepatnya tertegun campur gueeemmmeeessssss.

"Gak punya email, Om."
"Hahh? Yang bener? Masak kalian gak pernah FB-an? Gak gaul dong!" komentar iparku.
"Iya. Memang begitu, Om. Anak-anak sini 'kan yang punya email malah Frendi."
"Weleh, weleh, kalian nih payah. Masak kalah sama Frendi?" Sekedar info, Frendi adalah teman-tetangga mereka yang siswa SMA-LB. Ya, IQ Frendi di bawah rata-rata normal. Agak lambatlah sebetulnya dalam memahami sesuatu. Maka Frendi pun sering kali mereka ledek; mereka olok-olok sebab kekurangannya itu. Tetapi, Frendi punya akun FB. Hebat toh? Hehehe...
"Frendi bisa FB-an sebab ikut-ikutan Mas Miko. Merengek minta diajari dia..." (Miko adalah keponakanku).
"Berarti kalian gaulnya gak modern, dong. Kalah modern sama Frendi... Wah, payah!" komentar iparku.
"Internetan 'kan bayar, Om. Kami gak punya uang saku. Maklumlah, ekonomi pas-pasan."

Begitulah. Bujukan iparku gak mempan. Mereka, anak-anak muda itu, gak punya keberanian untuk mencoba! Mereka minder sebab merasa tak memenuhi syarat kursus, yakni tahu dasar-dasar mengoperasikan komputer. Padahal, belum tentu peserta dari wilayah lain lebih bisa dari mereka. Belum tentu pula mereka sama sekali buta komputer. Bisa jadi, mereka hanya kurang terbiasa ngadepin komputer. Jadi kurang pede gitu...

Di sisi lain, jika basic komputer mereka memang payah, memang bener-bener NOL, alangkah naifnya! Remaja zaman sekarang gitu loh! Aku yang sudah emak-emak saja mau repot belajar internet; punya akun FB segala loh. Aku gak mau ketinggalan zaman dong ah... Hehehehe... Jadi, kenapa mereka gak mau repot belajar juga? Padahal, waktu mereka notabene lebih longgar daripadaku. Tahu sendirilah, emak-emak 'kan harus urus suami-anak; seabreg tetek-bengek rumah tangga; urusan kegiatan kampung...dll, dlll, dlll....

Payah-payah-payah! Kalau semua anak muda kayak mereka, mau jadi apa bangsa ini? Malas belajar keras; padahal kita mutlak belajar untuk punya keahlian tertentu. Dalam hal apa pun, gak mungkin pandai tanpa belajar. Tentu saja belajarnya yang serius, gak sekedarnya doang. Memang kemiskinan acap kali jadi penghalang. Tetapi kemauan yang kuat, pasti akan membuat kita berpikir soal solusi.

Huhh...!! Gemes aku pada mereka, para remaja gaptek itu. Kalau tahu gaptek, kenapa gak berusaha mengikis kegaptekannya? Gak punya komputer, ya bertemanlah dengan orang yang punya komputer. Minta diajari cara mengoperasikannya gitu... Kalau dia teman yang baik pasti mau. Berbagi ilmu itu kan ibadah.

Pendek kata, rumusan untuk BISA adalah: kuatkan niat--lakukan! Jika ada hambatan, berpikirlah KREATIF dan SOLUTIF. Ketakpunyaan alias kemiskinan bukanlah alasan untuk menyerah. Percaya deh... kemiskinan bisa disikapi, bisa diantisipasi. Kalau kita menyerah ya berarti kalah. Sebaliknya kalau berjuang-bertahan walau dalam kubangan keterbatasan, lambat-laun akan bisa jadi pemenang. Hmmm, aku tidak sekedar ngomong (nulis) ya. Meskipun belum jadi pemenang, saat ini aku sudah mulai menuai hasil "belajar kerasku" di bidang online alias per-internet-an.

Semula aku nol banget soal internet. Apalagi internet marketing alias IM. Lalu, aku kenal dengan Mbak Dini Santi dan Mbak Nadia Meutia. Kedua founder d'BCN itulah yang menginspirasiku; membuatku gigih belajar IM. Lemot juga sih otakku memahami seluk-beluk IM itu. Sampai-sampai frustasi sempat menghinggapi. Tetapi, tekatku untuk bebas dari gaptek berhasil mengalahkan frustasiku. Akhirnya... sebermula gaptek suaptek abissss; kini terkikis sedikitlah kegaptekanku berkat support dari d'BCN.

Wahai remaja gaptek, marilah kita berlomba dalam mengikis kegaptekan kita! Zaman sekarang gitu loh. Yuuk, mariiiii....


    

2 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template