Masih ingat pelajaran semasa sekolah dulu 'kan? Mengenai alasan tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional? Yup, penetapan itu merujuk pada peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Ngomong-ngomong, kali ini aku tak hendak membahas pro dan kontra yang sedang terjadi. Itu lho, pro dan kontra terkait akan ditetapkannya seorang tokoh menjadi pahlawan. Sama sekali bukan itu, ya.
Di sini aku justru hendak ngomongin pahlawan dari kalangan bukan tokoh. Tak lain dan tak bukan, itulah pahlawan dari kalangan rakyat jelata. Siapakah yang kumaksud? Dialah sang pahlawan kebersihan kota. Terkhusus kota tempatku berdomisili.
Yup! Yang kumaksudkan adalah para penggerobak sampah. Bapak-bapak dan mas-mas, bahkan ada yang kakek-kakek, yang punya pekerjaan mengangkut sampah dari kompleks perumahan dan dari mana pun ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara).
Memang sih, urusan sampah dan kebersihan kota adalah pekerjaan mereka. Mereka digaji sehingga wajar kalau mesti bertanggung jawab penuh. Akan tetapi, bagaimana kalau suatu hari mereka tidak rutin mengangkuti sampah dari rumah-rumah? Atau, dari perkantoran-perkantoran dan tempat-tempat wisata?
Sudah pasti kota akan kotor, bau, dan kumuh. Hal demikian sudah pernah terjadi di kotaku, Yogyakarta. Bukan sebab mereka mogok, melainkan TPA (Tempat Pembuangan Akhir)-nya yang ditutup. Jadi, TPS tidak bisa dikosongkan sehingga otomatis penggerobak tidak mungkin mengangkuti sampah dari rumah-rumah.
Nah, lho. Bayangkanlah jika para penggerobak sampah mogok kerja sebulan atau berbulan-bulan. Tempo hari saat penggerobak sampah di kampungku sakit selama seminggu, kondisi kampung sudah seperti ini ...
Alhasil, ketika penggerobak kami sudah kembali sehat dan bisa mengangkuti sampah-sampah, kami menyambutnya dengan suka cita. Kami sambut sebagai pahlawan, dong.
Menurutmu bagaimana? Sependapat denganku atau tidak tentang sebutan pahlawan untuk pak sampah?

Setuju Mbak.
BalasHapusMereka yg peduli akan kebersihan dan terus mengupayakan meskipun tanpa gaji atau tanpa pujian adalah para pahlawan. Karena berjasa dan membawa manfaat untuk kita dan sekitarnya
Merekalah salah satu pahlawan yang sesungguhnya ya
Profesinya pahlawan kebersihan ini sering terlupa tapi sangat berarti. Bener-bener respect untuk yang konsisten menjaga lingkungan lewat kerja nyata
BalasHapusWah, bener sekali nih para tukang sampah dengan peralatan dan gerobaknya merupakan pahlawan kebersihan. Profesi yang patut kita hargai dan hormati dan idealnya mereka memperoleh upah setimpal, kalau perlu lebih. Masyarakat juga harus menerapkan buang sampah di tempatnya yang sudah dipilah2 jangan asal buang supaya memudahkan pekerjaan petugas kebersihan.
BalasHapusSetuju banget kalau para tukang sampah ini adalah pahlawan sesungguhnya. Bayangkan mereka tu kerjaannya penuh risiko (kesehatan) tetapi sering dipandang sebelah mata. Padahal kalau tak ada mereka, sampah2 akan menumpuk dan kita2 sendiri yang rugi ya mbak.
BalasHapusSemoga masyarakat/ pemerintah yang mempekerjakan mereka membayar gaji para pahlawan tanpa tanda jasa ini dengan sepadan.
Aku setuju 100% sama poin "Krisis Iklim Adalah Krisis Imajinasi." Selama ini bahas iklim kerasa jauh, padahal dampaknya sudah di depan mata. Soal gelombang disinformasi itu ngeri ya, kayaknya kita nggak cuma perlu aksi nyata tapi juga 'senjata' literasi buat melawan hoaks. Semoga dari Belém lahir aksi nyata, bukan cuma janji di atas kertas. Keren
BalasHapusSebenernya urusan kebersihan kota tuh tanggung jawab bersama kan? Tapi malah jadi lebih mengandalkan para pahlawan petugas kebersihan huhu. Coba bayangin gimana kalo mereka mogok kerja? Abis dah kita! Lihat aja onggokan sampah yang ngga diambil seminggu. Bisa jadi sarang penyakit tuh.
BalasHapusSetuju banget, tulisan ini benar-benar membuka mata bahwa pahlawan itu tidak selalu mereka yang tercatat dalam buku sejarah. Para penggerobak sampah justru jadi contoh paling nyata betapa peran sederhana bisa berdampak besar bagi kenyamanan satu kota. Jadi, menyebut mereka sebagai pahlawan rasanya sangat tepat—karena tanpa mereka, lingkungan bersih yang kita nikmati setiap hari tidak akan pernah terwujud.
BalasHapus