Ada apa gerangan? Mengapa aku sampai rela meninggalkan pekerjaan sejenak waktu, hanya demi ke Malioboro? Tepat pada hari dan tanggal itu? Tak bisakah aku menundanya hingga esok hari? Ketika pekerjaanku sudah tuntas?
Hohoho! Memang tidak bisa ditunda, kok. Ketimbang aku menunggu Selasa Wage 35 hari lagi, bukankah lebih baik meluangkan waktu sejenak untuk ke situ? Mumpung ada dua momentum sekaligus. Yakni Reresik Malioboro (yang sudah dilaksanakan sejak September 2017) dan Uji Coba Pedestrian untuk yang pertama kalinya.
Reresik Malioboro dan Uji Coba Pedestrian
Reresik Selasa Wage merupakan kegiatan bersih-bersih Malioboro dari ujung utara hingga ujung selatan. Yakni dari sekitaran Taman parkir Abu Bakar Ali hingga Titik Nol Jogja. Siapa yang membersihkan? Siapa lagi kalau bukan para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan tersebut? Tentu plus petugas terkait dan kadangkala ada pula keterlibatan komunitas tertentu.
Mungkin di antara kalian sudah ada yang tahu tentang Reresik Selasa Wage di Malioboro ini. Bahkan, mungkin pula sudah pernah menengoknya langsung di TKP. Seru 'kan? Trotoarnya terasa melebar. Kita bisa berjalan santai tanpa desak-desakan. Sembari main HP pun tak nabrak-nabrak. Haha!
Iya. Ada aturan baru yang diberlakukan. Yakni pelarangan kendaraan bermotor melintas di sepanjang kawasan Malioboro. Kalau sepeda dan becak kayuh sih, tetap bebas melintas. Alhasil, terjepretlah aku dengan latar belakang jalanan yang lengang itu. Hehehe ....
![]() |
Trotoar lega dan sepi |
![]() |
Jalanan lengang |
![]() |
Nyaman untuk menyeberang dan berswafoto |
Berhubung tak sepanjang waktu ada kendaraan melintas di kawasan Malioboro, jalanan pun relatif sepi. Bahkan, seolah berubah menjadi spot foto. Banyak anak milenial yang dlosoran di tengah jalan demi sebuah jepretan kamera. Hmm. Bikin iri saja. Coba aku masih kuliah S-1. Bakalan dlosoran 1001 gaya aku. Haha!
Yang seru, ada pula anak-anak yang sepedaan dan main skate board di tengah jalan. Yoiii. Mumpung bisa sesuka hati di tengah jalan yang biasanya padat enggak berjeda.
O, ya. Kalian mungkin sudah menonton video tarian yang viral itu. Yakni video yang menampilkan pementasan tarian Jawa, yang dibawakan oleh sekelompok anak muda berpakaian trendi. Lokasinya di tengah jalan juga 'kan? Di depan Mal Malioboro, juga beberapa titik lain di sepanjang Malioboro.
Yeah, begitulah adanya. Malioboro yang sedang minim polusi pun bisa membahagiakan semua kalangan. Malah kelihatannya, makin bisa membahagiakan. Malioboro minim polusi 'kan jarang-jarang?
Akibat Uji Coba
Uji Coba Pedestrian plus Reresik Selasa Wage memang bikin nyaman Malioboro. Selaku wisatawan (meskipun cuma wisatawan dari kampung sebelah), aku sungguh menikmati Malioboro yang tenang dan minim polusi. Baik polusi suara maupun udara.
Akan tetapi, aku bertanya-tanya. Apakah semua PKL setuju dengan diliburkannya mereka tiap Selasa Wage? Apakah tidak ada di antara mereka, yang sebenarnya ingin tetap berjualan selepas acara bersih-bersih? Terlebih mengingat toko-toko di Malioboro tetap buka seperti biasa.
Sejauh yang aku dengar, Selasa Wage memang disikapi kalem-kalem saja. Akan tetapi tempo hari, terkait diadakannya Uji Coba Pedestrian, salah satu hotel yang berlokasi di Malioboro mengemukakan keluhan (protes). Begitu pula halnya dengan beberapa pedagang di Pasar Beringharjo. Ah, entahlah. Semoga ke depan semua bisa lebih kondusif.
Baiklah. Jika kalian ingin tahu rute pengalihan jalur lalu lintas saat Uji Coba Pedestrian Malioboro tempo hari, silakan cermati denah di bawah ini. Hayooo, kalian yang tinggal di Jogja ada yang terkena imbasnya atau tidak? Kalau aku sih, jelas terkena. Sepulang dari Malioboro terjebak macet tiada tara di daerah Ngampilan. Hehehe ....
![]() |
Sumber Gambar: @dishubdiy |
MORAL CERITA:
Awal pelaksanaan sebuah aturan baru selalu diwarnai pro dan kontra. Dan, kita boleh-boleh saja menolak aturan baru tersebut. Namun yang penting, sampaikan penolakan itu dengan santun supaya bisa dicari solusi yang sama-sama bikin nyaman semua pihak. Jangan anarkis!