Senin, 27 Februari 2017

Mempertanyakan Eksistensi Matematika

0 komentar
SEBUAH malam yang lumayan syahdu. Tidak sedang hujan berpetir. Tidak pula sedang berangin kencang. Suasana relatif tenang. Hingga akhirnya sebuah perbincangan mencabik-cabik  kesyahduan itu.

"Mengapa di dunia ini harus ada Matematika?" Tanya seorang bocah yang sedang bete dengan PR Matematikanya.

Emaknya--yang lagi pusing dengan rumitnya hidup--pun jadi makin pusing. Lalu menjawab sekenanya, "Supaya kamu bisa mahir ngitung duit."

Si bocah--yang rupanya hafal dengan hobi plesetan emaknya--menyahut cepat, "Ih, Bundaaa! Ada jawaban lain enggak?"

"Enggak," jawab emaknya singkat.

Si bocah tertegun sejenak, lalu berkata, "Aku serius, Bun. Serius ingin tahu. Kenapa sih, harus ada Matematika?"

"Lho, Bunda serius ini. Coba kamu tidak bisa berhitung sama sekali. Gimana mau menghitung duit? Kamu kalau jajan pasti mengerikan. Bikin Bunda merasa ngeri."

"Lho, kenapa ngeri?"

"Mengerikan sebab kamu bakalan tidak tahu andaikata dibohongi penjualnya,"  jawab si emak.

"Iya, sih. Tapi maksudku bukan begitu." Si bocah tampaknya agak kehilangan kata. Rupanya dia bingung untuk memilih diksi yang tepat demi mengungkapkan perasaannya.

Akhirnya si emak berkata dengan nada menasihati, "Sudahlah. Kalau kamu tidak bisa mengerjakan PR Matematikamu itu, tinggalkan saja. Toh dari tadi kamu sudah suntuk mengerjakannya. Mau bagaimana lagi kalau betul-betul tidak bisa? Sedangkan Bunda sendiri sama tidak pahamnya."

"Benar? Bunda enggak marah kalau nanti nilaiku jelek?" Si bocah bertanya tidak percaya.

"Iya, tidur sana. Ini sudah mulai larut malam. Besok bangun Subuh, lalu cobalah sekali lagi untuk mengerjakan PR itu. Siapa tahu pas otakmu segar bugar segalanya terasa lebih mudah."

"Yeeeay, itu sih sama saja. Bunda menyuruhku untuk punya nilai Matematika baik." Protes si bocah.

"Lho? Memang harus begitu. Coba lagi dan coba lagi. Kalau tetap nilainya jelek, ya terima saja. Yang terpenting, kamu berusaha keras dulu. Oke?" Si bocah garuk-garuk kepala mendengarkan perkataan emaknya.

"Mengapa sih harus ada Matematika? Sebel." Si bocah menggerutu sembari beranjak ke kamar mandi. 

"Ealaaah .... Anakku, anakku. Kamu memang keturunanku asli. Kita sama-sama tak berkutik di hadapan soal-soal Matematika yang pelik. Hahaha ...." 

Kesyahduan malam pun menjadi benar-benar rusak oleh tawa pasangan ibu dan anak itu.

Begitulah adanya. Ternyata menghadapi hidup jauh lebih simpel daripada menghadapi soal Matematika yang sulit. Oleh sebab itu, Matematika dapat dijadikan sebagai bekal untuk menyelesaikan masalah hidup. Bahkan yang jauh lebih rumit dibandingkan PR Matematika.

*Sudah pasti mereka yang cinta mati pada Matematika akan punya pendapat berbeda*

MORAL CERITA:
Tetap semangati anak untuk meraih yang terbaik, semaksimal kemampuan yang ia punya. Tapi tak boleh dengan cara memaksa.




Sabtu, 25 Februari 2017

Si Mungil yang Legendaris dan Multifungsi

2 komentar

Sumber foto: https://id.oriflame.com/
SUDAH sekian tahun aku bersetia total pada produk Oriflame yang satu ini. Sejak mula mengenalnya, mencoba, dan akhirnya keterusan memakainya hingga sekarang. Karena telah merasakan sendiri manfaatnya, aku pun berani merekomendasikannya kepada orang lain.

Produk yang kumaksudkan adalah Tender Care. Lalu, apa manfaat dan kegunaannya? Secara umum sih berfungsi untuk menjaga kelembutan dan hidrasi bibir, kelopak mata, siku, lutut, kutikula, dan tumit. Tapi rupanya, Tender Care juga dapat menjadi krim wajah. Baik krim malam maupun krim siang. Hanya saja menurutku, kurang asyik kalau dipakai sebagai krim wajah. Mengapa? Sebab kurasakan terlampau berminyak.

Bagiku, Tender Care itu lebih asyik kalau dioleskan di bibir. Dijamin bibir kita akan lembab bin lembut selalu. Bahkan ketika bibirku sariawan, Tender Care mampu membantu mempercepat proses kesembuhannya. Dari hasil rekomendasi sana sini, produk ini aman juga dioleskan ke sariawan yang terletak di dalam mulut. Alhamdulillah aku pernah mencobanya dan baik-baik saja. Tidak ada efek sampingnya.

Tender Care ternyata berkhasiat pula sebagai penyembuh luka bakar ringan. Misalnya akibat terkena knalpot. Mulanya aku kurang percaya. Eh, ndilalah di kemudian hari betis tetanggaku tersentuh knalpot panas. Karena dia tak punya ide apa pun untuk mengatasinya, aku pun memberanikan diri untuk memberinya Tender Care. Hitung-hitung promosi gratis ke tetangga. Hehehe ... 

Alhamdullilah luka bakar tetanggaku cepat mengering. Yang menyenangkan, saat sembuh tidak meninggalkan bekas hitam. Walaupun dia sampai sekarang tak pernah order apa pun dariku, setidaknya aku dapat melihat bukti akan khasiat Tender Care. Huft! #menghibur-diri-sendiri 

Ada satu khasiat Tender Care yang belakangan bikin aku bahagia. Yakni khasiat untuk mengeringkan dan mengempeskan jerawat di wajah putri ABG-ku. Tiap menjelang tidur malam kuoleskan Tender Care ke jerawat-jerawat nakal itu. Hasilnya? Alhamdulillah tak perlu ke dokter kulit. Irit, dong. 

Pantas saja produk ini legendaris. Sejak dikeluarkan pada tahun 1980, komposisinya tak pernah berubah. Demikian pula dengan khasiatnya.  Asyiknya, kini tersedia dalam aneka pilihan aroma. 





Kamis, 23 Februari 2017

Sekelumit Mengenai Henna Art

0 komentar
SUATU ketika diri ini berkesempatan keluar sarang. Tujuannya menghadiri suatu acara yang ada bazar mininya. Dan, voila! Di bazar itu ada salah satu stan yang menyediakan layanan jasa bikin henna. Yeah, it's henna art

Jujur saja. Baru kali ini aku melihat langsung wujud henna art. Biasanya 'kan cuma melihat di TV atau internet. Bahkan, tak hanya wujud jadinya. Aku juga beruntung bisa menyaksikan proses pembuatannya.

Menurutku, bikin henna itu mirip membatik. Melukis pola gambar sret, sret, sret. Tanpa salah-salah sehingga butuh dihapus. Wow! Andaikata diriku yang melakukannya, pasti tak keruan hasilnya. Haha!

Sudahlah tangannya cantik, cantik pula henna art yang menghiasinya.
Sebenarnya henna art itu apa, sih? Secara mudahnya, menurut pemahamanku nih ya, henna art berarti lukisan yang dibuat dengan pewarna henna. Biasanya dibuat pada tangan atau kaki. Tapi henna art berbeda dengan tato, lho. Selain bermotif lebih garang, cara membuat tato memang tak sama dengan cara membuat henna art. 

Untuk membuat tato dipergunakan tinta pigmen. Tinta pigmen tersebut disisipkan pada kulit tubuh. Jadi, motif tato dibuat di bawah permukaan kulit. Sementara henna art dibuat dengan pewarna yang berasal dari bubuk tanaman. Dilukisnya pun di atas permukaan kulit. 

Boleh dikatakan bahwa henna art mirip dengan tato temporer. Hanya saja, henna art masih lebih aman daripada tato temporer. Pengertian aman di sini meliputi dua hal. Pertama, aman dari segi kesehatan karena pewarnanya dari bahan alami. Kedua, aman dari segi syariat Islam. Karena tidak menghalangi meresapnya air ke tubuh (tatkala kita mandi dan berwudu), hukum henna art insya Allah halal. 

Tato temporer pun sebenarnya tidak menghalangi meresapnya air. Tapi tinta yang dipergunakan kadang-kadang meragukan kadar keamanannya bagi kesehatan kulit. Nah! Pada titik inilah hukumnya jadi kurang aman.

Banyak orang yang mengira bahwa henna art berasal dari India. Padahal sesungguhnya, tradisi henna art sejak dulu kala telah dimiliki oleh beberapa daerah di Nusantara. Antara lain di Aceh, Minangkabau, Betawi, dan Makassar. Tangan dan kaki pengantin dari daerah-daerah tersebut dihiasi dengan henna art. 

Namun konon kabarnya, motif yang dipakai kurang keren (Huft! Begitukah?) Itulah sebabnya para seniman henna art Indonesia mengadopsi dan memodifikasi motif-motif dari luar negeri. Di antaranya dari India, Pakistan, dan Arab.

O, ya. Selain untuk melukisi tangan dan kaki, henna bisa pula dipergunakan pada rambut. Hmm. Tentu saja kalau pada rambut, fungsi henna tidak untuk melukis; tapi untuk memelihara kesehatan rambut dan kulit kepala. Menjadi semacam tonik rambut. 

Ngomong-ngomong, tahukah Anda bahwa nama lain henna adalah inai atau pacar? Iya, betul. Yang biasanya dipakai pada kuku itu. Hehehe .... Jadi sesungguhnya, henna art bukanlah hal yang baru-baru amat bagi kita 'kan, ya? Terlebih jika pada masa kecil dulu kita kerap bermain-main dengan daun pacar yang ditumbuk halus. 

Kiranya, inilah sedikit yang kutahu mengenai henna art. Dari berbagi sumber, inilah pemahamanku tentangnya. Semoga bermanfaat dunia-akhirat bagi Anda sekalian. Semoga.

Jika Anda tinggal di Jogja dan sekitarnya, bisa menghubungi Yessie Henna untuk bikin henna art.

MORAL CERITA: 
Sesekali keluar sarang itu perlu untuk menambah ilmu dan wawasan, juga kenalan.



Selasa, 21 Februari 2017

Cara Rakyat Jelata Pergi Berwisata

8 komentar
AKHIRNYA kami, sekumpulan wong cilik dari Kabupaten Bantul ini, jadi piknik juga. Meskipun tujuannya lagi-lagi ke pantai, tak mengapa. Meskipun lokasi pantainya lagi-lagi di Gunungkidul, tak jadi soal. Walaupun lokasi wisata yang dikunjungi relatif dekat, kurang lebih hanya dua jam perjalanan darat dari kampung kami, tak jadi aib. Yang penting piknik, bro. Sekali-sekali menghirup oksigen di luar kampung sendiri. Lagi pula, kami 'kan ingin disebut kekinian juga. Haha!

Pantai pertama yang kami kunjungi, yaitu Pantai Sadranan. 

Ada empat pantai yang menjadi destinasi wisata kami. Keempatnya adalah Pantai Sadranan, Pantai Krakal, Pantai Drini, dan Pantai Baron. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, semua pantai tersebut berada di wilayah kabupaten tetangga. Yakni Kabupaten Gunungkidul.  

Adiba (tanpa jilbab, kaos biru muda) dan aku (jilbab motif merah hitam, kostum biru tua) hampir tak pernah narsis bersama meskipun sekeluarga. Tapi bebatuan di Pantai Krakal sempat menyatukan kami dalam satu frame. Haha!

Tiga emaks di antara dua anak lelaki ....

Lokasi empat pantai yang kami kunjungi berdekatan. Untuk berpindah dari satu pantai ke pantai yang lainnya, kami hanya butuh sekitar 20 menit. Karena jarak tempuh yang singkat itulah, kami nekad berbasah-basah di bus. Maksudnya, sehabis main air laut kami sengaja tidak ganti baju ketika akan berpindah pantai. Tanggung amat bila mesti ganti baju. Toh naik bus hanya 20 menit, kemudian nyemplung lagi di air laut. Alhasil, jok-jok dan lantai bus menjadi lembap-lembap bergembira.   

Menari bersama ombak dan awan di langit itu!

Wah, ada yang pasang kuda-kuda juga rupanya!

O, ya. Piknik kami ini merupakan salah satu program kegiatan PKK. Oleh karena itu, semua panitianya adalah kaum ibu. Keren 'kan? Tujuannya terutama untuk mempererat tali silaturahmi di antara anggota PKK. Tapi semua anggota PKK boleh mengajak serta keluarga mereka. Tentunya asalkan bersedia membayar ongkos sesuai dengan ketentuan.

Selain untuk mempererat tali silaturahmi, piknik juga bertujuan untuk refreshing. Maklumlah. Kami ini mayoritas tergolong sebagai rakyat jelata tulen. Sangat jarang mampu berpiknik keluar kampung. Bagaimanapun piknik itu 'kan butuh biaya yang lumayan. Sementara penghasilan kami rata-rata pas-pasan. Dengan demikian, piknik berombongan adalah solusi cerdas ala kami.

Jika menyewa bus ramai-ramai, biayanya dapat sangat ditekan. Apalagi kalau ada yang berbaik hati menjadi donatur. Yup! Donatur inilah kuncinya. Kunci jawaban mengapa masing-masing dari kami cukup membayar biaya piknik sebesar Rp60.000,00. Padahal busnya nyaman sekali, lho. Untuk empat pantai dan pergi seharian penuh (sejak 07.00 WIB-19.00 WIB), sekotak nasi ayam bakar, teh hangat yang bebas diambil bergelas-gelas, dan klakson telolet yang mencerahkan perjalanan kami. Alhamdulillah.
 
Pantai Drini yang kurasakan terlalu hiruk pikuk. Menurut Anda bagaimana?

MORAL CERITA:
Selalu ada cara untuk berpiknik secara murah meriah.

 

Minggu, 19 Februari 2017

Semua Aturannya Bikin Nyaman

0 komentar
BARU saja aku sadar bahwa TNB13 adalah WAG yang penuh aturan. Kayak asrama putri saja, ya. Selain itu, ada jadwal belajar harian kayak sekolahan. Haha!

Tentunya semua aturan wajib dipatuhi supaya para anggota nyaman lahir batin. Jadwal belajar wajib diikuti kalau mau bertambah pintar. Kedengarannya ribet, ya? Secara "cuma" WAG.

Eee .... Tapi justru aturan banyak itulah yang bikin nyaman. Tiap anggota tak bisa posting semaunya. Apalagi posting isu-isu sensitif yang berpotensi meretakkan hati. Eh? Meretakkan hati atau meretakkan persatuan, sih? Hihi ....

Yup! Fokus TNB13 'kan satu: meningkatkan kualitas para emak yang jadi anggotanya. Jadi hal-hal yang menggerogoti kualitas diri, kami usir jauh-jauh. Jika Anda ingin punya WAG yang nyaman, silakan tiru cara kami. Oke?

NB:
WAG di sini berarti WAGrup, ya. Bukan Wife And Girlfriend. Meskipun faktanya, anggota TNB13 mayoritas berpredikat wife.

-------------------------------
Salinan dari TwoWeeksStatus TNB13; didokumentasikan di sini agar mudah mencarinya. Tentu dengan revisi seperlunya.

Jumat, 17 Februari 2017

Alhamdulillah Tak Salah Pilih

0 komentar

DALAM banyak urusan, kita memang perlu selektif untuk memilih sesuatu. Tak terkecuali dalam urusan memilih grup WA yang hendak kita ikuti. Terlebih bila kapasitas HP kita pas-pasan.

Meskipun sekadar memilih grup WA, bagiku tetap butuh pertimbangan serius. Kalau menuruti keinginan sih, maunya semua grup WA kuikuti. Mulai dari yang grup alumni hingga grup komunitas. Tapi lagi-lagi, kapasitas HP-ku mesti jadi pertimbangan.

Ya, harus ada grup yang kutinggalkan demi kesehatan HP-ku. Apa boleh buat? Rasanya memang berat. Ada rasa tak enak terhadap para anggota grup yang kutinggalkan. Tapi mau bagaimana lagi? Hidup memang pilihan. Harus ada yang diprioritaskan.

Alhasil setelah melewati serangkaian pertimbangan yang rumit, terpilihlah beberapa grup yang relevan dengan kebutuhanku. Yang isinya tak sekadar obrolan-obrolan omong kosong. Atau, say hello dan hahahihi belaka. Nah, salah satu grup yang kupilih untuk kupertahankan adalah Grup TNB13. 

Alhamdulilah. Aku tidak salah mengambil keputusan untuk bertahan di dalamnya. Buktinya dari grup ini aku berhasil mendapatkan banyak ilmu. Dan, beberapa hadiah kuis. Hehehe ...

Ini ceritaku hari ini. Mana ceritamu, Kawan?

------------------------------
Salinan dari TwoWeeksStatus TNB13; didokumentasikan di sini agar mudah mencarinya. Tentu dengan revisi seperlunya.

Rabu, 15 Februari 2017

Cucing Bukanlah Kucing

1 komentar
SUATU ketika aku terpana gara-gara melihat status FB seorang kawan kuliah. Tepatnya terpana dan gagal paham. Rumitkah deretan kalimat yang disusunnya? Oh, sama sekali tidak rumit. Tapi ada satu kata yang menyebabkanku terjebak rasa galau. Haha! Kata apakah itu? Yakni kata "cucing". 

Sekian detik kupandangi foto yang melengkapi status FB-nya. Dalam foto terlihat sebuah meja putar berwarna biru. Di atasnya ada tumpukan mangkuk kecil (menurutku benda-benda itu bernama mangkuk). Hanya saja aku merasa heran, kawanku menyebutnya dengan "cucing". Bukan mangkuk.

Daripada kepo tak menentu, kuutarakanlah kegalauanku terkait benda itu. Ternyata itu memang cucing. Wow! Aku pun merasa takjub. Gara-gara bentuk cucingnya atau bentuk mejanya? Hohoho ... Tidak karena keduanya. Lalu? Aku takjub pada kata "cucing"itu sendiri. Rasanya baru kali itu aku mengetahui adanya kata "cucing".

Astaganaga! Fakta bahwa aku baru tahu kata "cucing" juga menakjubkan. Katanya SS yang pernah menjadi editor? Nah, itulah masalahnya. Ckckck. Lumayan memalukan toh? Tapi aku menghibur diri. Bisikku dalam hati, "Kata tersebut pasti jarang dipergunakan. Pasti tak banyak orang yang tahu."

Namun, apa boleh buat? Sehari kemudian aku merasa tertampar pelan. Iya, pelan saja. Kalau tertampar keras 'kan rasanya sakit. Haha! Ternyata oh, ternyata. Pak Kiai yang mengisi kajian kitab al-Hikam menyebut kata "cucing". Aku lupa tepatnya membuat perumpamaan apa, tapi kata tersebut dipergunakan beliau untuk menyusun suatu kalimat.

Nah! Pak Kiai saja tahu. Mengapa aku yang kerap bercimpung di kolam pernaskahan malah tidak? Aih! Memang memalukan. Intinya pada diriku sendiri, deh. Kurang banyak belajar. Jadi supaya Anda sekalian tidak kuper (= kurang pergaulan) dan kudet (= kurang up date) sepertiku, kutulislah kisah ini. Hehehe ...          .    

Foto cucing yang semula bikin aku merasa galau (foto koleksi Hari Susana).

O, ya. Walaupun sebenarnya aku percaya pada penjelasan temanku itu, supaya afdal aku tetap menengok KBBI daring. Oh la la! Ternyata malah tidak ada kata "cucing" di  KBBI daring itu. Kata tersebut justru kutemukan di sini. 

Apa sebabnya, ya? Mengapa di KBBI daring tidak ada? Sementara pada situs yang satunya ada penjelasan untuk arti kata "cucing". Di situ disebutkan bahwa cucing adalah mangkuk mungil yang biasa dipakai untuk mencetak kue talam.

Kawanku tidak mencetak kue talam, tetapi mencetak mi urai tabur ayam. Astaga! Mengapa judul makanannya malah Mangkuk Mi Urai Tabur Ayam? 

Baiklah. Daripada pusingku kian menjadi-jadi, lebih baik kusudahi saja tulisan ini. Oke? Aku mau konfirmasi lagi ke Hari Susana, kawanku itu.

MORAL CERITA:
Terbukti 'kan bahwa kita mesti senantiasa rajin mempelajari apa saja? Jangan pernah merasa sudah ahli dalam bidang apa pun!



Senin, 13 Februari 2017

Malioboro yang Memadat di Kala Senja

18 komentar
Reranting kering pun menghiasi langit senja Malioboro yang bermendung. Entah sendu, entah syahdu?

TUMBEN. Dalam kurun waktu 14 hari saja, aku sudah dua kali berkunjung ke Malioboro. Berkunjung dalam arti yang sebenarnya. Sengaja datang untuk menikmati Malioboro ala-ala para pelancong luar kota/luar negara. Ya, semata-mata datang untuk berwisata. Melebur dalam sukacita para wisatawan yang berasal dari mana pun. Bukan sekadar lewat. Bukan pula cuma datang untuk membeli suatu barang di sebuah toko.

Ada apa gerangan? Jawabannya jelas. Sebab Malioboro makin cantik. Makin nyaman untuk disinggahi. Sama halnya dengan hatiku. Ehem. Aku sih merasa makin ke sini hatiku makin cantik. Bahkan mungkin pula, makin nyaman untuk disinggahi. Haha!

Sebagai orang yang ber-KTP DIY, terkhusus beralamat di wilayah kodya Jogja, terlebih tinggal di daerah yang 15 menit saja jarak tempuhnya dari Malioboro, aku tak sungkan berperan sebagai wisatawan. Tak merasa perlu untuk mengalah dari para wisatawan luar kota dan wisatawan mancanegara. Maksudku, mengalah dalam rebutan kursi-kursi cantik dan bola-bola semen unik untuk duduk. 

Dari ujung ke ujung, tak ada kursi kosong. Sebetulnya kursi itu muat untuk tiga sampai empat orang. Tapi kalau sudah ada sepasang sejoli begitu, masak sih aku nekad ndusel di samping mereka?

Anda tentu mafhum. Rasa capek dan rasa ingin duduk itu 'kan universal. Tidak monopoli para turis pendatang. Turis lokal banget seperti diriku pun berhak untuk menikmati tempat duduk di Malioboro. Iya 'kan? Hehe...  Maka berkunjung ke Malioboro tatkala senja = siap untuk berebut kursi cantik. Maaf. Ini sama sekali tak bermaksud menyinggung soal politik, lho. Hanya soal kursi untuk duduk sebab kaki yang pegal-pegal usai berjalan-jalan.

Alhamdulillah, akhirnya menemukan sebuah bola semen untuk duduk plus narsis. Memang sebola semen untuk berdua. Tapi amat lumayan daripada ngedeprok di trotoar 'kan?

Begitulah adanya Malioboro tatkala senja. Tak peduli mendung tak peduli cerah, senantiasa ramai tiada tara. O, ya. Sebab kedatanganku bukanlah pada Sabtu senja, tidak kujumpai sekelompok orang yang sedang melakukan Malioberen. Apa itu Malioberen? Silakan klik di sini untuk tahu penjelasannya, ya.

Apa boleh buat? Malioboro menjelang malam justru makin menawan. Selain pedagang lesehan yang mulai berdatangan untuk menggelar lapak, kaum pelancong juga makin menyemut di situ. Yang belum lelah masih hilir-mudik menyusuri area pedestrian. Yang sudah lelah nongkrong cantik di mana-mana. Sudah pasti aktivitas selpie-selpie terlihat di sana-sini.

Orang-orang bebas berekspresi di Malioboro. Lihat cowok yang berjalan sembari bersedekap itu. Mungkin dia sekadar bergaya. Mungkin pula memang sedang galau. Dan, ingin membuang galau dengan cara menikmati senja di Malioboro. Entahlah. Hanya Tuhan dan dirinya yang tahu.

Yang belum lelah masih setia berjalan (demikian pula yang sudah lelah tapi belum menemukan kursi kosong). Sementara yang sudah lelah (dan beruntung sudah mendapatkan kursi) memilih untuk duduk-duduk sembari menikmati apa pun yang berseliweran di depan mereka
.
Buat apa duduk saja tanpa melakukan aksi selpie?

Puas-puasin selpie deh....

Pada akhirnya, ketika senja benar-benar pamitan pulang, malam pun datang menggantikannya. Pendar lampu-lampu jalan makin nyata adanya. Lampion-lampion merah sisa perayaan Imlek juga mulai menyala.

Lampion-lampion merah itu pun mulai benderang....

Seiring berkumandangnya azan Magrib, orang-orang yang butuh untuk menuntaskan rindu kepada-Nya segera mencari mushola. Jangan cemas soal mushola di Malioboro. Ada banyak toko yang menyediakan mushola apik. Yang menjadi mushola langgananku sih, yang berada di lantai tiga Mirota Batik Hamzah Batik.

Jadi, kapan Anda menikmati senja di Malioboro? 

MORAL CERITA: 
Menikmati keindahan senja di Malioboro sangat afdal bila ditutup dengan melakukan shalat di salah satu mushola yang ada di situ. Apa salahnya berterima kasih kepada-Nya barang sebentar, setelah sekian lama menerima nikmat berupa keindahan senja? Belum lagi bentuk nikmat-nikmat yang lainnya.

   

Sabtu, 11 Februari 2017

Di Balik Kegagalan Sebuah Rencana

4 komentar
APA yang serta-merta terlintas di benak Anda tatkala membaca judul di atas? Sebuah rasa yang bernama kesedihan? Yakni sedih karena rencana yang gagal? Atau, sebuah rasa yang bernama kemarahan? Yakni marah sebab segala macam hal yang telah diperhitungkan masak-masak, ternyata hasilnya nol? Atau, adanya sebuah hikmah di balik kegagalan sebuah rencana?

Kiranya apa pun yang serta-merta terlintas di benak Anda, akan sangat tergantung pada pola pemikiran Anda. Iya. Menurut pendapatku begitu. Kalau serta-merta Anda membayangkan sebuah kesedihan, berarti Anda tergolong orang yang mudah patah hati. Jika Anda seketika naik pitam, wah... berarti Anda termasuk orang yang tidak sabaran dan pemarah. Dan andaikata pada detik pertama langsung membayangkan adanya sebuah hikmah, alangkah super jalan berpikir Anda. 

Yup! Tiap manusia normalnya pernah punya rencana dalam hidupnya. Entah dalam porsi kecil, entah dalam porsi besar. Entah perencanaannya detil, entah serampangan. Maka tiap manusia pun pasti pernah mengalami yang namanya "gagal mengeksekusi rencana".

Karena "gagal mengeksekusi rencana" merupakan keniscayaan yang mutlak, kita perlu menyikapinya dengan tepat. Dalam hal ini, bersikap tepat bukan berarti meratap dan menangis. Bukan pula marah-marah. Namun, sedapat mungkin berusaha untuk ikhlas menerima kegagalan tersebut. Meskipun secara perhitungan manusiawi perencanaan kita 99% sempurna, jangan lupakan yang 1%. Yang 1% itu bagian-Nya, lho. Jadi selaku hamba-Nya, kita wajib menerima apa pun ketetapan dari-Nya dengan ikhlas. Iya 'kan?        

Akan tetapi, jangan sekali-sekali menggugat Tuhan dengan cara tidak mau menyusun sebuah rencana. Rencana nyaris sempurna yang kita susun memang dapat saja gagal. Sejauh Dia SWT tidak ridlo. Namun mogok menyusun rencana, tentu bukan sikap elegan. Ingatlah. Pasti ada hikmah di balik kegagalan sebuah rencana. Pasti itu.

Tidak mungkin Tuhan mengabaikan upaya tiap hamba-Nya. Apalagi upaya yang berbentuk sebuah perencanaan detil. Kalau sebuah rencana detil dan matang tetap saja gagal, bisa jadi si penyusun rencana dinilai belum layak untuk menerima sebuah kesuksesan.  Atau mungkin pula, Dia SWT punya rencana tersendiri untuk si penyusun rencana.  

Maka andaikata rencana A batal dan rencana B tertunda, jangan langsung down. Susun saja rencana C. Tahukah Anda? Kadang-kadang di luar rencana, rencana D yang sengaja ditunda malah segera terlaksana dengan baik; bahkan ketika kita belum selesai menyusun rencana C. 

Kiranya itulah serba-serbi menyusun dan cara menyikapi kegagalan sebuah rencana. Tak jadi soal jikalau kesannya rencana kita meleset melulu. Yang penting kita selalu punya rencana baik. Bukan rencana jahat. Lalu, mengapa sebuah rencana perlu disusun? Karena perencanaan adalah awal dari kesuksesan.

MORAL CERITA:
Percayalah. Ada hikmah dan makna tertentu di balik gagalnya sebuah rencana.
 


Kamis, 09 Februari 2017

Pidato HPN 2017 (Dalam Tafsiranku)

2 komentar
SEMBARI beberes rumah dan sesekali corat-coret ide di buku coretan aneka warna, aku mengikuti siaran langsung peringatan HPN 2017. Tentu via RRI, tapi entah pro berapa. Eh, seru lho pidato-pidatonya. Bikin diriku tertawa-tawa sendiri (tidak kuwakilkan).

Sambutan sang penanggung jawab peringatan HPN gokil banget, deh. Dalam satu bagian pidatonya, beliau mengatakan begini, ".... Di sini berkumpul para pemilik media. Di antaranya bapak A, B, C, bla-bla-bla.... Ada pula yang tidak bisa hadir sebab sudah tutup usia, yaitu...bla-bla-bla.... Ada bapak X yang tidak hadir sebab alasan usia, bapak Y yang alasannya juga usia.... Lalu bapak DI dengan alasan tidak bisa naik pesawat...."

Dan, entah mengapa? Alasan tidak bisa naik pesawat itu bikin aku kembali tertawa-tawa. Tapi sekaligus mikir keras (dasar sok bisa berpikir keras).

Lalu, tiba saatnya Bapak Presiden RI berpidato. Wuih, sama saja. Meskipun isi pidatonya serius dan disampaikan dengan serius, aku awet tertawa-tawa. Tahu sendirilah. Mana bisa aku tak merasa geli, jika beliau mengatakan bahwa saat ini siapa saja bebas main medsos...bla-bla-bla...bupati, gubernur, presiden, semua main twitter, fesbuk, path.....

Coba, bagaimana aku tak ngakak sendirian sembari memegang kemoceng? Mendengar perkataan beliau itu, imajinasiku malah terbang ke mana-mana. Pada tagar #SayaBertanya; pada status fesbuk Kaesang yang mempertanyakan sakit akibat mencintai diam-diam, apakah ditanggung BPJS atau tidak; pada seorang mahmud cantik yang ngamuk-ngamuk di path; pada seorang ibu yang.... Halah sudahlah. Haha!

Imajinasiku kadang kala memang terlalu liar. Beliau bisa jadi sekadar mencontohkan. Sekadar memberikan paparan. Kalau aku menangkapnya sebagai sebuah sindiran, ya apa boleh buat? Haha!

Lumayanlah. Pagiku kali ini dibuka dengan hal-hal berbau humor. Alhamdulillah.

O, ya. Selamat Hari Pers Nasional juga, deh. Bagi insan pers Indonesia di mana pun dan yang sedang melakukan aktivitas pers apa pun. Semoga makin tangguh dan kokoh sebagai salah satu pilar bangsa tercinta ini.   

MORAL CERITA:
Kalau sebuah pidato resmi isinya mengenai hal-hal kekinian, jadinya asyik dan menarik. Tidak terasa monoton gitu, lho.




Selasa, 07 Februari 2017

Lima Langkah Menuju Sehat

4 komentar
TAK ayal lagi, di zaman yang konon modern ini, manusia kian tenggelam dalam lautan pekerjaan. Terlebih bagi masyarakat urban yang lingkungannya seolah tak pernah tidur. Waktu 24 jam sehari kadang kala masih terasa kurang untuk bekerja. Bila tak pintar-pintar mengelola hidup, seseorang pasti akan mudah beranjak gila. Dampak lain, harapan hidupnya akan jauh lebih rendah. Harapan hidup 'kan terkait erat dengan kesehatan. Baik kesehatan jasmani maupun rohani.

Yup! Kesehatan menjadi demikian urgen bagi manusia modern. Segala macam urusan bisa kacau-balau tak karuan jika tubuh tak sehat. Sebagai manusia modern, Anda pasti mau selalu sehat 'kan? Nah, berikut adalah lima cara hidup yang bisa bikin Anda selalu sehat.

PERTAMA, tidak merokok. Pada Januari 2013 New England Journal of Medicine  melansir temuan studi terbaru, yakni fakta bahwa perokok aktif  ternyata mempersingkat harapan hidupnya hingga 10 tahun. Duh! Alhamdulillah diriku bukan perokok aktif, bukan pula perokok pasif.

KEDUA, menjaga pola makan. Pilihlah menu yang berbahan dasar sehat dan segar, serta kurangi konsumsi lemak (wah, ini yang aku masih sangat kesulitan). Lalu, makanlah secara 80% kenyang. Kiranya ajaran Rasulullah SAW untuk berhenti makan sebelum kenyang terbukti benar khasiatnya. Pola makan yang seperti ini akan menghindarkan kita dari obesitas. Sementara obesitas bisa memunculkan banyak gangguan kesehatan.

KETIGA, batasi menonton TV. Terlalu banyak menonton TV = kurang bergerak. Akibatnya badan menjadi kurang fit. Berbahaya 'kan? Apalagi kalau nontonnya sambil ngemil. Wah! Hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, bahkan obesitas pasti mengancam tuh.... *tepok-jidat-sendiri-yang-tidak-banyak-nonton-TV-tapi-banyak duduk-di-depan-komputer*

KEEMPAT, perbanyak konsumsi buah dan sayur. Buah dan sayur akan melengkapi nutrisi tubuh; juga akan mengurangi risiko terkena penyakit jantung, kanker, diabetes, alzheimer, katarak, dan penurunan fungsi tubuh karena usia. Duh! Poin ini diriku juga masih amat kacau-balau.

KELIMA, olah raga secara rutin. Kesehatan erat kaitannya dengan metabolisme tubuh yang baik, yang dapat dipicu dengan olah raga rutin. Sebuah riset dari Universitas Harvard menyebutkan satu fakta menarik. Fakta menarik apa? Yakni fakta bahwa seseorang yang berusia paro baya, yang berolah raga rutin sebanyak 150 menit per minggu, mendapat tambahan harapan hidup sebanyak 7 menit untuk tiap menit aktivitasnya. Wow!

Nah, siapkah Anda menjalankan lima langkah menuju sehat di atas? Yuk, kita memulainya sama-sama sejak detik ini juga.... *tepok-jidat-sendiri-sebab-masih-sering-lalai-jaga-kesehatan*

MORAL CERITA:
Kesehatan jiwa dan raga saling bersinergi. Jadi, jangan abaikan keduanya. Selain melambungkan motivasi demi kesehatan jiwa, jangan lalaikan upaya-upaya untuk menyehatkan raga. 




Minggu, 05 Februari 2017

Malioboro Street Terkini

8 komentar
Ya, betul. Itu pemandangan Malioboro terkini. Tak usah ragu ataupun merasa keliru. Lihatlah lampu jalannya yang khas itu!

BELUM sah ke Jogja bila belum menyusuri jalanan padat Malioboro. Demikian azam kebanyakan (atau malah semua) orang yang sedang berwisata ke Jogja. Padahal, di Jogja teramat banyak objek wisata lain yang tak kalah menarik. Apalagi pada waktu sekarang ini. rasanya tiap detik bermunculan objek wisata baru. Aih! Ini sih statemen yang agak lebay kukira. Masak tiap detik? Haha!

Namun, begitulah faktanya. Malioboro selalu giat menebarkan pesonanya kepada siapa saja. Sebagai mantan perantau yang akhirnya ber-KTP kodya Jogja, aku pun kurang begitu paham penyebab pastinya. Entahlah. Entah sihir apa yang dimiliki Malioboro sehingga dirindukan oleh sekian banyak orang. Entah poin pesona yang mana yang paling diminati.

Apa boleh buat? Jalan legendaris tersebut dari waktu ke waktu tak pernah pudar pesonanya. Justru makin ke sini terasa makin menarik hati. Hati siapa saja. Hatimu, hatiku, dan hatinya. Sampai-sampai niatku untuk membenci Jogja kubatalkan demi Malioboro. Serius. Statemenku ini bisa dikroscek bila Anda japri diriku.... #sedikitmodus 

Kupikir memang agak susah untuk menentukan penyebab utama keterkenalan Malioboro. Mengapa? Sebab Malioboro itu so complicated pesonanya.  Kita bisa cuci mata di situ. Bisa jajan es dawet buah di situ. Bisa belanja batik di situ. Bisa belanja aneka pernik khas Jogja di situ. Bisa kencan dengan seseorang di situ. Bisa bikin film di situ. Bisa bikin foto kalender di situ. Bisa selpie-selpie di situ. Sekadar nongkrong cantik pun asyik-asyik saja di situ.  Pokoknya di situ!

Apalagi sejak Desember 2016 lalu, tampilan Malioboro makin kekinian. Tak lagi kumuh. Tak lagi penuh dengan deretan sepeda motor yang berjajar parkir di tepian timur jalan. Sebagai gantinya, tempat yang semula menjadi area parkir itu kini menjadi area pedestrian yang nyaman. Ada kursi-kursi cantik. Fungsinya ganda. Bisa untuk rehat bilamana lelah berjalan. Atau, sekadar untuk properti selpie.

    
Mereka berjalan menuju utara....

Mereka masih menuju utara....

Sebab gambar diambil ketika Imlek, bertebaran lampion-lampion merah di sekitar gapura Kampung Ketandan sana. Ya, lihatlah di kejauhan sana itu!

Dua ABG manis itu duduk manis di salah satu bangku nan berdesain manis. Mereka terpukau memandangi aneka moda transportasi yang berseliweran di Malioboro. Mereka sedang melakukan jeda. Biasanya mereka duduk di pinggir jalan kampung, sembari memandangi kambing dan anjing. Haha!

Emak-emak (sok) kekinian pun tak mau kalah untuk ikutan berselpie-ria. Duh!

Nah! Demi melihat foto-foto di atas, Anda tentu makin ingin ke Malioboro. Hayooo, mengaku sajalah. Bila sudah pernah berkunjung ke situ, kerinduan Anda pasti jadi membuncah. Hehehe.... Kalau memang demikian, mengapa tak segera mengagendakan kunjungan ulang?

O, ya. Selain kehadiran area pedestrian yang nyaman, ada lagi yang asyik. Datanglah ke Malioboro pada Sabtu sore. Lalu silakan cari teman-teman dari Komunitas Malamuseum, di sekitar Kantor Pariwisata DIY. Untuk apa? Untuk bergabung dalam acara Malioberen. Acara apakah itu? Yakni acara plesiran plus di sepanjang Malioboro.

Dalam Malioberen, wisatawan diajak berjalan-jalan sembari diberi edukasi sejarah terkait masa lalu Malioboro. Gratis atau berbayar? Berbayar, dong. Tapi membayar seikhlasnya, kok. Keren 'kan? Sudahlah bisa refreshing. Sudahlah tambah wawasan. Sudahlah bisa narsis bersama Mbak-Mas Komunitas Museumalam yang cakep-cakep. Eh, membayar seikhlasnya pula. Nikmat Tuhan yang manakah yang hendak engkau dustakan?

Jadi? Ya sudahlah langsung berkunjung saja ke Malioboro. Kalau mau ikutan Malioberen dapat melihat infonya lebih detil di sini. Jangan lupa, ajak diriku  juga. Hehehe....

Dan kukira, sekian postingan tentang Malioboro Street terkini ini. Aku dan warga Jogja lainnya menanti Anda sekalian lho, ya.

MORAL CERITA:
Mempromosikan destinasi wisata kota sendiri adalah sebagian dari ibadah dalam arti luas. Menurutku begitu.

    

Jumat, 03 Februari 2017

Ceria Imlek 2017 di Jogja

6 komentar
TAHUN Baru Imlek 2017 jatuh pada tanggal 28 Januari 2017 lalu. Tapi di Jogja, keceriaan atas perayaannya masih sangat terasa. Bazar Imlek 2017 yang digelar di Malioboro Mal memang sudah usai. Namun jangan salah, masih ada pesta lanjutan yang jauh lebih seru. Nanti, pada tanggal 5-11 Februari 2017. Yakni adanya PBTY (= Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta). 

Alhamdulillah, saya berkesempatan datang ke Bazar Imlek 2017. Meskipun sekadar datang tanpa belanja apa pun di situ, saya cukup terhibur. Anda mafhum 'kan? Imlek itu selalu bernuansa merah. Dan merah, bagi saya bermakna keceriaan dan kemembaraan semangat. Maka wajarlah bila saya terhibur dan merasa bahagia ketika berada di Bazar Imlek itu.

Mestinya kebahagiaan saya akan kian besar bila berbelanja juga di situ. Tapi saya harus bersikap riil dan tahu diri. Isi dompet lagi terbatas. Daripada pulangnya jalan kaki, lebih baik bersikap cuek. Maksudnya, pura-pura cuek pada godaan baju-baju dan aneka aksesoris bernuansa Tionghoa yang berjajar di stan. 

Untuk menenangkan diri, saya pun mengambil langkah bijak. Wow! Langkah bijak apakah itu? Hehehe.... Langkah bijak yang saya ambil adalah pura-pura jadi fotografer. Potret sana potret sini dengan kamera HP. Saya toh bawa dua bocah yang bisa dijadikan objek jepret. Kita lihat yuk hasilnya (tapi yang kupampang di sini foto yang nonbocah lho, ya).
 

Nuansa Imlek sudah terasa sejak di pintu masuk mal. Banyak lampion merah bergelantungan. Ada pula seekor ayam palsu. Mengapa ayam? Sebab tahun ini merupakan tahunnya shio ayam. Tepatnya shio ayam api. 

Begitu masuk mal, langsung bertemu dengan area bazar. Lagi-lagi seekor ayam menyambut pengunjung. Kali ini ayamnya jauh lebih cerah dan ceria. Iya 'kan?  

Panggung yang cetar membara. Saat dipotret lagi sepi. Saya duga, panggung ini untuk lokasi lomba memotret model.

Suasana bazar dilihat dari lantai dua. Atap merah itu mengingatkanku pada atap rumah-rumah di kampung pecinan. Kalau menurut Anda, bikin teringat pada apa?

Gapura Kampung Ketandan yang sudah dihiasi dengan lampion. PBTY 2017 belum dimulai saja, di situ sudah banyak yang selfie. Susah untuk memotretnya tanpa orang-orang.

Bergeser sedikit ke kanan, berhasil memotret si gapura dengan lebih fokus ke tengah. Tapi lampionnya tidak tampak. Mestinya saya lebih mundur saat memotret. Namun,  mundur berarti siap diterjang kendaraan. Di belakang saya aneka kendaraan padat merayap di jalan raya, lho. Dasar amatir. Tidak mau repot menyeberang jalan dulu. Haha!

Di sebelah kiri gapura Kampung Ketandan dipasang jadwal acara PBTY 2017. Wah! Memotretnya juga kurang mundur saya.
       
Sederet foto di atas sudah lumayan menjelaskan keceriaan Imlek 2017 di Jogja 'kan? Kalau ingin lebih jelas, ya silakan datang langsung ke acara PBTY 2017. Jangan lupa, jadwalnya tanggal 5-11 Februari 2017, mulai pukul 1700-22.00 WIB. Kalau acara bazarnya sudah bubar, ya.  

MORAL CERITA:
Imlek itu acara budaya. Budaya itu milik tiap manusia. Siapa pun tentu boleh-boleh saja ikut terlibat dalam keceriaannya. Tentu sejauh tidak melanggar aturan agama yang kita anut. Insya Allah begitu.




 

Rabu, 01 Februari 2017

Februari, Kamu, dan Aku

3 komentar
Januari yang menyelinap pergi dan Februari yang datang lagi...

BULAN baru sudah tiba lagi. Tak terasa 'kan? Rasanya kehirukpikukan pesta tahun baru belum lama berlangsung. Eh, kok tahu-tahu sudah masuk bulan ke-2. Hayoo, pencapaian apa yang telah Anda peroleh? Resolusi apa saja yang telah terwujudkan?

Bicara tentang resolusi, Alhamdulillah satu-dua resolusi 2017-ku mulai mewujud. Pertama, pada tanggal 30 Januari 2017 lalu, malam hari, aku sudah memberbayarkan blog ini. Yup! Setidaknya ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk punya duit lebih banyak. Haha!

Ini bukan soal matre, ya. Hanya soal ingin meningkatkan kesejahteraan diri. Supaya senantiasa mampu menempatkan tangan pada posisi di atas, bukan di bawah. Jangan lupa. Allah SWT lebih cinta pada hamba-Nya yang suka memberi daripada yang suka mengemis, lho.

Selain blog yang sudah tidak lagi gratisan, Alhamdulillah satu novel tebal sudah pula kutuntaskan. Ya, membaca lebih banyak buku masih menjadi salah satu resolusiku. Bukankah sebagai penulis, aku wajib membaca banyak buku?

O, ya. Ada satu langkah kemajuan lagi yang kulakukan. Yakni mulai Januari 2017, akun Kompasiana milikku mulai kuiisi. Kuselesaikan dulu pendaftarannya (dulu sempat register tapi tak tuntas), lalu aku berazam untuk rajin mengisinya. Memang ada satu insiden kecil yang menyertainya. Tapi Alhamdulillah hal tersebut malah membuatku lebih nekad. Maksudku, lebih nekad untuk bertekad menulis rutin di situ....

Nah, Kawan. Apa pencapaianmu hingga awal Februari 2017 ini? Berbagi di kolom komentar, yuk!

O, ya. Menulis postingan tentang pencapaian resolusi seperti ini berpotensi dianggap sok pamer. Padahal, aku hanya ingin memotivasi diriku sendiri supaya makin bersemangat. Sementara dengan mengajak Anda untuk ikut membacanya, aku ingin berbagi motivasi. Itu saja.

MORAL CERITA:
Februari, kamu, dan aku.... Hati-hati. Jangan sampai Februari tetiba juga menyelinap pergi.


 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template