Selasa, 30 Januari 2018

Candi Pawon

HALO lagi ....

Masih belum bosan kuajak berwisata candi 'kan? Pasti belum, dong. Meskipun yang menjadi objek wisatanya berupa sesuatu yang zadoel punya, kadar keasyikannya tetap maksimal 'kan? 

Seperti yang tempo hari kukatakan dalam "Kutunggu di Bawah Pohon Bodhi". Berwisata candi itu toh bisa seru juga. Tentu bila tahu cara menikmatinya. Kalau tidak tahu ya bisa sangat membosankan.

Yang dimaksud tahu cara menikmatinya adalah paham sejarahnya. Sebab tanpa pemahaman terhadap sejarah yang tersimpan di baliknya, mengunjungi candi bagaikan melihat-lihat seonggok batu saja. Atau, sekadar narsis seperti aku ini .... *Tapi syukurlah aku tak sekadar narsis*


Sebab pengunjungnya amat minimal, aku bebas narsis tanpa gangguan di Candi Pawon ini


Mengapa Aku ke Candi Pawon?

Aku dan rombongan mengunjungi Candi Pawon sebab jadwalnya memang mesti begitu. Hehehe .... Adapun jadwalnya dibikin begitu karena Candi Pawon merupakan satu rangkaian dengan Candi Mendut. Jaraknya pun amat dekat. Kurang lebih 1 kilometer saja.

Lagi pula dalam perjalanan menuju destinasi ketiga, kami melewatinya. Sudah lewat kok tidak mampir sekalian. Toh untuk mampir tak butuh waktu lama. Selain karena kompleks candinya tak luas, area parkirnya pun tak jauh dari candi. Ibarat si candi itu rumah, area parkirnya ya cuma di halaman depan begitu. 

Sedikit reruntuhan yang teronggok di pojok halaman Candi Pawon


Mengapa Dinamai Pawon?

Konon candi kecil ini dinamai pawon sebab sesuai dengan peruntukannya. Yakni untuk menyimpan abu jenazah Raja Indra, yang merupakan salah satu raja dari Dinasti Syailendra. Para sejarawan pun memiliki pendapat yang senada.

O, ya. Kata "pawon" berasal dari bahasa Jawa yang artinya 'dapur'. Dan, kata "pawon" tersebut merupakan turunan dari kata "pawuan" yang artinya 'perabuan'. Nah! Sementara kata "pawuan" itu diambil dari kata dasar "awu" yang artinya 'abu'.

 
Abu jenazah Raja Indra mestinya tersimpan di dalam Candi Pawon ini

Tangan-tangan jahil pun membuat isi candi tak lagi seperti aslinya


Sesuai dengan namanya, Candi Pawon ini mestinya berfungsi sebagai penyimpan abu jenazah Raja Indra. Namun faktanya, sekarang abu tersebut tak ada lagi di situ. Kata Mas Guide entah di mana keberadaannya. Demikian pula beberapa patung dan ornamen candi yang raib entah ke mana.

Dicuri adalah kemungkinan paling logis. Dicuri? Untuk apa? Untuk dijual, dong. Kalau dijual 'kan harganya bisa sangat mahal. Terlepas dari moralitasnya, seorang kolektor benda seni dan antik yang berduit melimpah tentu mau-mau saja membelinya. Huft! Miris memang.


Mirip Candi Borobudur dan Candi Mendut

Karena sama-sama merupakan candi bercorak Budha, pendirinya pun dari dinasti yang sama, Candi Pawon sungguh mirip dengan kedua candi tersebut. Hanya saja, Candi Pawon berukuran paling kecil. Lebih kecil daripada Candi Mendut.

Itulah sebabnya arsitektur dan relief Candi Pawon mirip sekali dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur. Kita lihat, yuk ....


Salah satu relief yang terdapat pada dinding bagian luar candi

Relief ini tak sempurna lagi ....

Meskipun sulit memahami makna dari relief-relief tersebut, aku tetap merasa bangga. Bukan bangga sebab kelemotan otakku dalam memahami penjelasan Mas Guide, lho. Perasaan bangga itu kutujukan kepada nenek moyang kita. Yakni nenek moyang yang telah mewariskan sekian banyak peninggalan bersejarah ini.

Duh! Betapa mereka telah berpikir mendetil untuk semuanya? Untuk membangun candi-candi beserta segala lekuk liku yang super keren itu. Sudahlah. Pokoknya T.O.P-B.G.T.


Betapa tidak top banget kalau soal jari kaki saja sudah dibikin detil, persis kaki kita sekarang
 

Maka aku gemes-gemes gimanaa kalau ada yang berpikiran negatif terhadap patung dan candi terkait keyakinan. Bukan gimana-gimana, sih. Hanya saja menurutku, ranah pembahasannya berbeda. Maka sebetulnya, tak perlu ada pro dan kontra serupa itu.  *Maaf, kebawa emosi*

Masih Sepi Pengunjung

Sebenarnya tidak sulit untuk menemukan lokasi Candi Pawon. Lokasinya 'kan berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur. Kalaupun Anda tersesat, tanya orang sekitar pasti tahu. Namun entah mengapa, pengunjungnya sedikit. Mungkin rata-rata wisatawan terlalu fokus pada Candi Borobudur. Jadi, candi ini sekadar dilewati.

Padahal, harga tiketnya murah meriah. Lingkungan sekitar candi juga kondusif untuk wisatawan. Tersedia area parkir yang naik. Ada pula andong-andong wisata yang bisa kita sewa. Penjual souvenirnya pun ada.

Entahlah. Kuduga kalau promosinya dipergencar, tentu bakalan bisa mendongkrak jumlah pengunjung. Hmm. Semoga saja begitu.

Jadi, kapan Anda akan singgah di Candi Pawon ini?


MORAL CERITA:
Ternyata kita masih acap kali lalai untuk menjaga warisan budaya. Dan, Candi Pawon adalah salah satu korban kelalaian kita itu.





8 komentar:

  1. Sudah ke sini aku..
    Tapi baru tahu kalau Pawon berasal dari pawuan atau awu/abu...
    Siip..siip..biar enggak lalai juga, aku akan ikut menjaga budaya Indonesia dengan mengunjunginya. Merdeka!

    BalasHapus
  2. belum sempet kesana, barunya keprambanan aku, nanti aja ah kesana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo ke sono sekalian dilengkapi dengan Candi Mendut dan Candi Borobudur, plus ke sentra batik dan keramik yang terdapat di kawasan borobudur yaa. Mampir makan dan ngopi di balkondes jugaa ...hehehe ...#malah promosi ini

      Hapus
  3. Aku baru tahu kalau pawon itu pawuan je, bayanganku ya dapur itu aja. tapi aku setuju dengan keahlian orang-orang zaman dulu. Jadi, sudahlah, hal seperti ini harusnya kita hargai saja, tak perlu berdebat-debat tak jelas. *ketularanemosi

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheehe ....... tengkiyu telah mampir lagi di sini. Tapi ojok ketularan emosi meneh yooo

      Hapus
  4. Udah pernah kesini tapi tampaknya kurang diurus ya karena kalah pamor dg Borobudur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, sangat kalah pamor dari Borobudur, padahal candi kecil ini justru pelengkapnya

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!