Senin, 24 Februari 2020

Kesanku Tentang PBTY 2020

HAI, hai, hai!

Apa kabar Sobat Pikiran Positif?

Maafkan diriku yang belakangan kurang perhatian pada blog ini. Bukannya malas lho, ya. Semua terjadi sebab diri ini terbelenggu oleh tugas yang tak kunjung usai. *Halah! Alibi orang yang kurang piawai bagi waktu iniii.... *

Baiklah, baiklah. Apa pun alibiku, yang penting sekarang bisa menayangkan tulisan ringan namun menarik ini. Hmm. Semoga memang menarik menurut kalian deh, yaaa.

Seperti yang tersirat pada judul, tulisanku kali ini tentang PBTY 2020. What's PBTY? PBTY adalah Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta. Yang pada tahun 2020 ini ternyata telah mencapai hitungan ke-15.

Wow!  Tak terasa bangeeet. Dari tahun ke tahun mengunjunginya, eh, tahu-tahu sudah seusia anak ABG saja.

Bagaimana progresnya? Tentu makin ramai. Makin banyak stannya. Makin beraneka ragam agenda acaranya. Yang berarti makin banyak pengunjungnya. Yup!  Singkatnya, makin keren.

PBTY diselenggarakan di Kampung Ketandan yang berada di kawasan Malioboro. Jadi andai kata kalian bukan orang Yogyakarta, relatif mudah untuk mencari lokasinya. Langsung datang saja ke Malioboro. Gapura Kampung Ketandan yang megah pasti akan segera kalian temukan.

Masih bingung? Tak usah cemas. Kalian bisa bertanya kepada para penjual kaki lima. Insyaallah kalian akan mendapatkan jawaban valid antinyasar. 

Tentu saja kalau mengunjungi PBTY tidak bisa tiap waktu. Ada jadwal khususnya. Biasanya pas momentum Imlek.

Pada hari-hari biasa sih, boleh saja kalau mau mengunjungi Kampung Ketandan. Akan tetapi, ya sekadar berkeliling kampung tersebut. Untuk menikmati sisa keindahan bangunan tempo doeloe ala pecinan. Yang pastinya amat cucok meong untuk dijeprat-jepret.



Mari kita berkeliling mulai dari sini

Ngomong-ngomong, ada apa saja di PBTY dari tahun ke tahun? Ada banyak hal menarik, dong. Di antaranya pentas seni dan budaya (yang paling dinanti-nanti penonton adalah barongsai), pertunjukan Wayang Potehi, orang-orang yang berdandan ala karakter di sebuah film (mereka menyediakan jasa untuk foto bersama pengunjung), dan aneka stan jualan. 

Sejauh pengamatanku, stan makanan dan minuman menjadi mayoritas. Ada halal food. Ada pula yang nonhalal. Komplet. 

Pada umumnya para penjual sudah memberikan label halal atau nonhalal pada jualan mereka. Namun, pengunjung yang butuh halal food tetap kusarankan lebih teliti. Sebab di antara makanan halal, ada pula nyelip satu dua yang nonhalal. 

Pokoknya jangan sungkan untuk bertanya mengenai komposisi makanan atau minuman pada si penjual. Insyaallah bakalan dijawab jujur, kok. Percayalah. Janganlah kebanyakan suuzon.

Contohnya ketika aku mau jajan bacang. Kupikir berisi daging ayam. Ternyata si penjual bilang kalau isinya B2. Oke. Transaksi jual-beli pun batal dengan senyuman saling pengertian. Sesimpel itu. 


Warung Mie Tarik yang masih tutup

Warung Yammi Halal

Sayap ayam gantung bumbu merah


Andai kata ingin jajan yang tak terlalu mengenyangkan pun ada. Misalnya jajan durian atau roti. Eh? Sama sajalah akhirnya. Kalau belinya banyak 'kan berujung mengenyangkan juga? Hehehe ....
   

Durian pun ada

Roti Belepotan


Menariknya, ada satu lorong khusus yang disediakan untuk Pork Festival. Hmm. Kalau boleh jujur, aku justru lebih suka yang blak-blakan memasang tulisan begitu. Jadi, pengunjung yang beragama Islam tak perlu "tersesat". Iya 'kan? 


Lorong khusus

Selain menonton pertunjukan seni budaya dan kulineran, kita bisa pula "melihat" peruntungan dengan Kartu Tarot. Tapi maafkan, diriku lupa memotret stan Kartu Tarot.  *Dasaaar!*  Mungkin sebab aku terlalu terpukau pada karakter-karakter itu ....


Karakter apa saja ini?

Manusia berencana, Tuhan menentukan. Rencananya sih, para pemeran karakter itu siap tampil komplet bersama-sama sejak awal. Namun, apa daya takdir Tuhan berkata lain? Ada satu yang ketinggalan tuuuh. Hahaha!



Ada satu yang ketinggalan, nih ....

Semangat dandan, Kaaak!

Demikian kesanku tentang PBTY XV, yang digelar pada tanggal 2-8 Februari 2020 lalu. Jika melihat foto-foto yang kusajikan di sini, tampak lumayan seru 'kan? Apalagi kalau mendatanginya langsung. 

Sudahlah lumayan seru, eh, masih ketambahan sangaaat ramai. Makin malam makin berjubel pengunjungnya. Iya. PBTY memang dibuka mulai sore hingga malam hari. Kurang lebih pukul 16.00-22.00 WIB. 

Jika kalian tempo hari belum berkesempatan ke PBTY, tunggulah hingga Imlek tahun depan. Semoga kita semua panjang usia sehingga bisa ketemuan di sana. Aamiin. 

MORAL CERITA: 
Meskipun terlampau banyak narasi nggapleki yang intinya "menolak" orang-orang Tionghoa, PBTY selalu membuktikan bahwa budaya Tionghoa tetap menarik minat banyak kalangan. Dari berbagai etnis dan agama. 




8 komentar:

  1. Seru juga acaranya ya mbak, jadi bisa kulineran aneka makanan khas CNY, tp untuk yg muslim memang harus memastikan dulu makannyan 100% halal atau nggak

    BalasHapus
  2. Wah? Tempatnya kece banget, jadi pengen deh ? Cus kesana langsung ,terus lihat pertunjukannya sampai selesai pasti seru dan menyenangkan . 👍👍👍👍

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. hai, hai, hai. sudah yaa.... yuk yuk..baca AULA Boedi Oetomo...hihihihi...

      Hapus
  4. Wahhh datang ke PBTY 2020 nih, ak pas lagi diluar jogja jadi gak bisa nikmatin huhuw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe .... semngat, Mas, semoga masih bisa nonton tahun depan...

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!