Selasa, 25 Desember 2018

Rembugan di Rembug Kopi

BELAKANGAN ini di mana-mana kedai kopi bermunculan. Bak cendawan di musim hujan. Tak terkecuali di Jogja. Tentu dengan konsep, menu, dan rentang harga yang berbeda-beda. Sudah pasti masing-masing kedai punya plus minus. Punya poin unggulan yang ditawarkan. Punya juga sisi kurang yang dikeluhkan konsumen. Alhasil, para calon konsumen bisa memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.




Salah satu kedai kopi yang baru-baru ini kukunjungi adalah Rembug Kopi. Itu lho, yang berlokasi di Jalan Veteran. Yang persis berada di samping masjid. Jadi mau nongkrong selama apa pun di situ, dijamin tak bakalan ketinggalan shalat lima waktu berjamaah. Bila sampai ketinggalan, kesalahan pasti terletak pada diri orang yang ketinggalan itu. Bukan semata-mata kesalahan setan.

Nah! Lokasi dekat masjid adalah poin utama yang bikin aku merekomendasikan Rembug Kopi sebagai tempat nongkrong. Poin selanjutnya adalah variasi menu dan harga yang terjangkau. Wah!  Singkong dan pisang gorengnya endeuusss, lho.



Meskipun bukan penikmat kopi, jangan menolak bila diajak nongkrong di Rembug Kopi. Sebab ada banyak jenis minuman selain kopi di situ. Camilannya pun rupa-rupa. Dan rata-rata, porsinya mengenyangkan.





Tapi ada hal yang bikin kesal. Pelayanannya kurang cepat. Aku bagi pengalamanku tempo hari, ya. Tatkala itu aku dan temanku memesan jus alpukat. Kami tunggu lamaaa, eh, yang muncul pemberitahuan kalau alpukatnya ternyata belum matang.

Lalu, kami ganti menu. Aku memilih rembug anget. Temanku memilih smooties pisang. Eh, ternyata pisangnya enggak ada. Temanku pun kembali berpindah haluan. Dia memilih smooties mangga. Alhamdulillah ada.

Etapiii ... jamur krispi kami lamaaa bangeeet tersuguhkannya. Untung enak. Jadi, lumayan bisa meredam kekesalan kami. Haha! Untung pula desain interiornya membahagiakan. Kalau tidak, waaah ....

Demikian ceritaku tentang Rembug Kopi. Kapan kalian mengajakku untuk bercerita-cerita di situ? Jangan menjawab kapan-kapan lho, ya.





8 komentar:

  1. karena masih baru kali mas jadi pelayanan belum maksimal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe ..... Bisa jadi begitu. Mungkin juga yang baru pelayannya itu.

      Hapus
  2. Kapan-kapan lho, ya mbak. kalo ketemu... ato mw bikin janji, tak ajak kesana, nanti jenengan yang bayari...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Auowwwww hehehehe... Kok jadinya aku yang mbayariii hahaha...

      Hapus
  3. Wah mantap betul itu tongkrongannya. Kalau soal jus, memang ya harus sesuai denan musimnya. Alpukatnya masih kosong kemungkinan,bukan karena belum matang :D
    Menu singkongnya itu lo, jadi tambah betah berlama-lama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa, untung menu singkongnya memuaskan. Jadi, kekesalanku lumayan berkurang.

      Hapus
  4. Mungkin pelayan masih kagok jadi kurang maksimal, atau gugup da malah lamban.
    Atau jamur krispi dibikin dadakan dan koki ingin maksimal, he he.
    Tapi kafenya bagus juga.
    Senang lihat singkong dan pisang goreng naik kelas jadi hidangan kafe..😂👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, mungkin mereka memang masih kagok. Hahaha! Yoi, Mbak. Bagaimanapun singkong dan pisang goreng lebih cucok bagi konsumen Indonesia. Daripada croissant atau kudapan asing lainnya.

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!