Selasa, 25 Juli 2017

Tanggung Jawab Sebuah Tulisan

DUH! Hati ini serasa disayat cintamu, eh, sembilu *nyengir* tatkala seseorang berkata kepadaku, "Enak ya, jadi penulis. Tinggal ketik-ketik dapet duit. Habis nulis habis perkara. Ganti tema yang lain."

Wow! Aku terpukau campur galau. Eh? Galau atau geram, ya? Ah, entahlah. Pokoknya serasa disayat sembilu cintamu. *lebay*

Aku cuma tersenyum manis untuk menanggapinya. Namun, senyum manis yang kulempar dengan santun adalah kamuflase. Yang sesungguhnya ingin kulakukan adalah menyeruput secangkir kopi hitam. Sekalian cangkirnya. *gleks!*

Duhai, engkau yang mengatakan itu. Ketahuilah sayangku *geram kok masih bilang sayang* .... Jadi penulis itu tak bisa seenaknya sendiri. Tak bisa asal tulis, lalu lari begitu saja dari tulisannya. Pokoknya tak bisa hit and run. Malaikat selaku asisten-Nya SWT ikut melihat dan mencatat apa-apa yang ditulis oleh seorang penulis.

Dengan kata lain, seorang penulis bertanggung jawab penuh terhadap tulisannya. Kalau sampai tulisannya menyebabkan huru-hara, dialah pihak yang paling bertanggung jawab. Hal yang sebaliknya juga berlaku. Bila sebuah tulisan berhasil menginspirasi masyarakat, sang penulislah yang paling layak menuai pujian.

Begitulah adanya. Faktanya. Sungguh tak semudah yang kau kira untuk menjadi penulis. Ada pertanggungjawaban dunia akhirat yang mesti ditunaikan oleh seorang penulis. 

MORAL CERITA:
Seremeh temeh apa pun sebuah tulisan, ada tanggung jawab yang mesti diemban oleh penulisnya.


2 komentar:

  1. Iya, Mbak, apa yang diomongkan seseorang, apa yang ditulis, tentu ada tanggung jawabnya. Itulah sampai ada ungkapan Jawa, "Uwong iku sing digugu omongane." Makasih ya, Mbak, menginspirasi agar lebih hati-hati lagi ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Pak. Alhamdulillah bila tulisan saya ini bermanfaat.

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!