Selasa, 22 Maret 2016

PADA PUKUL 03.33 WIB

Itu bukan tangan yang terluka betulan. Hanya direkayasa. 
Dikasih make up agar terkesan berdarah. 
Ndilalah kayak habis kena tembakan. 
Jadi, lumayan cocok untuk ilustrasi postinganku kali ini

DUA hari lalu aku mengawali hari secara luar biasa. Betapa tidak? Biasanya aku terbangun sebab alarm dari HP. Nah! Dua hari lalu itu, aku terbangunnya gegara bunyi letusan tembakan. Tepatnya senjata laras panjang. Hatssaaah! Entahlah apa ini namanya? Cara bangun yang keren? Yang luar biasa? Yang amat sesuatu? Ah! Bingung aku untuk mendefinisikannya secara tepat.

Mula-mula antara sadar dan tertidur, itu kuduga bunyi seng yang dipukul keraaas sekali. Lalu, tercium bau kayak bau sampah dibakar. Sempat pula ku berpikir bahwa itu trafo listrik di gardu yang kerap meledak. Huft! Tapi bunyinya lain. Akhirnya setelah beberapa tetangga yang kaget juga heboh, barulah aku ngeh. Itu bunyi tembakan senjata laras panjang. Yang konon, sekali ditembakkan mengeluarkan lima butir peluru. Alhamdulilllah di pagi amat buta itu, tak ada pelurunya yang nyasar ke manusia.

Siapa yang menembak? Alhamdulillah Pak Polisi. Jadi, senjata memang di tangan pihak yang berwenang. Yang menembakkannya pun pihak yang memang berwenang. Ditembakkan untuk peringatan. Bukan peringatan hari ulang tahun, lho. Tapi peringatan agar anak-anak muda yang hendak digeledah segera bertiarap. Tidak malah melarikan diri atau mengata-katai polisi.

Yeah, apa boleh buat? Sebab ketakutan saat mendadak ada razia polisi, anak-anak muda itu malah berhamburan ke segala arah. Polisi 'kan malah curiga. Mestinya kalau tidak melakukan kesalahan, para pemuda itu bersikap santai saja. Tak perlu lari ketakutan. Terbukti, kepanikan mereka justru bikin polisi curiga.

Salah seorang dari pemuda itu memprotes. Protes atas sikap polisi yang dinilainya sewenang-wenang. Lhahh! Dasar polisinya sedang capek, ngantuk, plus bete mencari pelaku pembacokan... ditonjoklah bibirnya. Eh, aku kok kurang jelas. Entah ditonjok atau ditendang. Duuh!

Rupanya ada pembacokan di Jalan Wates, Jogja. Diduga pelakunya melarikan diri ke arah selatan UPY. Yang itu berarti, ke arah kampung tempat tinggalku. Maka polisi menyisir wilayah dugaan tersebut. Tiap pengendara sepeda motor digeledah; apakah membawa senjata tajam atau tidak? Kebetulan di wilayah kampungku anak-anak mudanya sedang nongkrong di tepi jalan. Mereka begadang, komplet beserta sepeda motor masing-masing. Ya, sudah. Sungguh patut dicurigai toh?

Sebenarnya sudah lumayan kerap kampungku didatangi polisi. Baik yang terang-terangan berseragam maupun yang intel. Tapi kucermati jauh lebih sering yang intel. Kasusnya macem-macem. Ampyuuun, deh. Ternyata di balik kedamaian kampungkuuhh.... :(

Alhamdulillah kemarin tak ada peluru nyasar. Semoga ke depannya tak lagi ada kasus serupa. Hadewhh....  

MORAL CERITA:
Kerap kali aku bertanya, "Apa maksud Tuhan menempatkanku di kampung ini sekian lama?" Mungkin sekarang aku boleh menduga bahwa jawabannya: SUPAYA HIDUPKU TERASA LEBIH HIDUP.
 
      

2 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!