Minggu, 10 April 2016

Aku dan Stalking

SUDAH sekian lama aku ditemukan oleh beberapa teman SMP-ku. Teman SMP yang asli lho, ya. Hah! Ini mesti aku tegaskan soal keasliannya. Sebab aku memang punya teman-teman SMP yang palsu. Namun jangan salah, justru teman-teman palsu itulah yang kini jauh lebih akrab denganku. Haha! Tapi soal teman palsu stop di sini, ya. Insya Allah akan kuceritakan di lain postingan. Kali ini fokus dulu dengan teman SMP-ku yang asli. Oke?

Nah, sekitar dua tahun belakangan aku ternyata di-stalking oleh beberapa teman SMP-ku yang asli. Tapi tentu saja maksud mereka tak jahat. Mereka hanya ingin tahu kabarku. Itu saja. Jadi ceritanya, mereka sungguh mati penasaran ingin tahu kisah hidupku. Makanya bela-belain jadi stalker pribadiku. Hahaha! Entah apa pun motivasi dalam hati terdalam mereka, yang jelas semua itu membuatku serasa menjadi selebritis. Uhuyyy! 

Ternyata aku lumayan nancep di ingatan banyak teman. Sementara faktanya, hanya sosok istimewa yang berpotensi nancep di ingatan khalayak. Baik istimewanya dalam artian positif maupun dalam artian negatif. Tapi aku yakin, boleh juga dibilang super pede, kalau sosokku istimewa dalam artian positif. Bahkan mungkin, kala itu ada yang diam-diam jatuh cinta kepadaku. Buktinya ada satu orang yang ngaku. Hehehe.... :D

Sayang sekali aku sadarnya baru sekarang. Coba pas SMP itu aku sudah sadar kalau kerap diperbincangkan. Hmmm. Pasti aku akan besar kepala. Ckckckck. Tahu aku kini. Tuhan menyadarkanku baru sekarang ini sebab Dia Yang Mahatahu sudah paham rencana busukku untuk besar kepala itu. Yup! Inilah hikmahnya.... :D

O, ya. Kalau menurut pendapatku sih, stalking itu banyak enggak bagusnya. Sebab mayoritas dilakukan dengan tujuan untuk memata-matai. Apalagi hasil permata-mataan itu kemudian dipakai untuk menyerang balik kita sendiri. Wuahh! Enggak banget 'kan? Jadi, aku benci orang yang melakukan stalking dengan tujuan buruk. 

Tapi aku memaafkan teman-teman lamaku yang telah menjadi stalker aku. Aku tahu pasti sih, maksud mereka hanya ingin menemukan aku. Iya, aku yang dahulu menjadi buah bibir mereka. Hmmm. Aku pikir-pikir inilah harga setimpal yang mesti kubayar untuk ketenaranku di masa lalu. Haha!

Tapi ingat, untuk Anda yang jadi stalker aku untuk tujuan buruk, ihhhh.... ayo kita bikin perhitungan. Satu-dua-tiga.... Kenapa enggak mendatangiku langsung saja? 'Kan bisa sekalian langsung berpotret denganku, bila suka. Atau bila tak suka, bisa langsung menunjuk-nunjuk hidungku. Simpel 'kan?

Sudah ah, nulis soal stalking-nya. Aku mau gantian jadi stalker orang lain. Lho????

MORAL CERITA:
Karena stalking dan stalker sulit dihindari dalam era internet ini, berjejaklah sebaik mungkin di sepanjang pergaulan maya Anda. Baik beneran lho, ya. Bukan baik demi pencitraan digital semata.


    

2 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!