Jumat, 08 Januari 2016

JANGAN BERSEDIH (Lagi)


TETIBA aku ingin membahas lagi buku ini. Gegara kemarin BW dan nemu sebuah tulisan di kompasiana yang mengulasnya. Ah, jadi ingat. Mengapakah sekian banyak temanku yang telah membacanya, malah tidak mengulasnya dalam sebentuk tulisan? Ataukah sudah diulas, tapi aku gak tahu sebab gak diberitahu? Yeaaah, kenape eike kagak dikasih tahu? Bantuin eike dong.... Heu heu heu.... #Eh, inikah cara nulis ketawa terbaru?

Hah! Membaca resensi atau ulasan (atau apa pun lah sebutannya) atas buku yang kita tulis memang sungguh sesuatu. Terlebih kalau yang meresensi orang lain. Bukan teman ataupun orang yang kita kenal. Mereka yang tak kenal kita secara pribadi tentu bisa mengulas pedas atas buku kita. Pokoknya objektif bingit! Tapi itu justru lebih bagus. Iya 'kan? Demi perbaikan karya-karya kita ke depannya. 

O, ya. Beberapa kali aku dibikin degdegplas sebab resensi. Degdegplasnya sebelum nemu dan membaca bagian "kelebihan dan kekurangan buku ini". Namun Alhamdulillah, sejauh ini bagian "kekurangannya" bukanlah merupakan kesalahan fatal yang telah kuperbuat. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. 

So, eike wajib maju tak gentar dooong. Pokoke maju terus, nulis terus. Sampai harga pertalian terlunaskan. Adapun harga pertalian adalah mati. Wuahh! Kok ngeri begini istilahku? #Kumat lebay-nya

Ah, sudahlah. Aku tak boleh bersedih bila kekurangan buku karyaku dibahas. Dihempas gelombang kehidupan saja aku tahan, kok. Apalagi cuma dihempas gelombang resensi. Heu heu heu.... #Beneran cara nulis ketawa yang kekiniankah ini?

Moral cerita: 
Teruslah berkarya sampai malaikat maut menjemputmu!

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!