Selasa, 12 Mei 2020

Bangunan STIENUS Yogyakarta

STIENUS Yogyakarta
HAI .... 

Sobat Pikiran Positif sehat-sehat saja 'kan ya? Semoga. Semoga pula sehatnya pun sehat jasmani dan rohani. Yeah! Apalah artinya sehat badan kalau kejiwaan terganggu? Iya toh? 

Baik. Kalau begitu, mari kita kembali berpiknik heritage keliling Jogja. Kali ini destinasi kita (seperti termaktub dalam judul dan foto di atas) adalah bangunan STIENUS Yogyakarta. 

Ngomong-ngomong, STIENUS itu apa? Tak lain dan tak bukan, STIENUS = Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Megarkencana. Lokasinya di Jalan A. M. Sangaji Yogyakarta. Kawasan Jetis. 

Dari Tugu Pal Putih ke utara, setelah nemu perempatan (yaitu perempatan Jetis),  tetap ke utara kurang lebih 200 meter, kiri jalan. Bangunannya menghadap ke timur. Berhalaman luas. Jangan takut nyasar. Ada papan nama besar kok, di depannya. Lihatlah foto di atas. 


Penampakan bagian depan bangunan

Selain itu,  bangunan STIENUS memang mudah dikenali.  Coraknya berbeda dengan bangunan kekinian pada umumnya. Iya, tentu saja. Bangunan STIENUS merupakan Cagar Budaya. Bangunannya bergaya Indis yang bercampur dengan gaya tradisional Jawa. Atapnya berbentuk limasan. Di bagian depannya ada pendopo.


Jendela (1)

Jendela (2)

Perhatikanlah detil jendela di atas. Perhatikan pula asesoris biru berlekuk-lekuk yang terdapat di atas jendela. Cantik dan unik 'kan? Semua tampak bersahaja, tapi berkarakter kuat. Enggak beda dengan diriku lah ya .... *Halah bangeeet!*


Penampakan pinggir-pinggir atap

Model tepian atap bangunannya juga menarik. Seperti yang terdapat di bagian atas jendela tadi itu, lho. Gaya kekunoannya pun cukup artistik dan unik.


Kak Sandy Malamuseum in action

Serius menyimak "orasi" Kak Sandy di bagian depan bangunan 

Kak Sandy dari Komunitas Malamuseum menceritakan pelbagai hal terkait bangunan STIENUS. Ternyata sejauh ini, sepanjang penelitian yang dilakukan Kak Sandy dan kawan-kawan, belum ditemukan fakta sejarah terkait bangunan STIENUS. Dahulunya bangunan ini diketahui hanya berfungsi sebagai tempat tinggal pribadi. Oleh sebab itu, yang diceritakan Kak Sandy sebatas arsitektur bangunannya saja. 

O, ya. Ia menginformasikan pula bahwa bangunan STIENUS mirip dengan bangunan yang kini difungsikan sebagai Museum Jendral Sudirman, yang berlokasi di Bintaran. Hanya saja, yang bangunan STIENUS lebih berukuran kecil dan kalah megah. 


Motif tegel bagian tengah (dalam)

Perhatikan cara pemasangannya

Motif tegel polosan (diletakkan di bagian pinggir)

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan. Yakni tentang lantai. Yup! Ketahuilah. Motif-motif tegel yang dipergunakan di bangunan-bangunan heritage memang selalu menarik. Tentu termasuk yang dipergunakan di STIENUS ini. 

Akan tetapi sejauh yang kujumpai dalam kunjungan tempo hari, hanya ada dua motif tegel di situ. Keduanya terdapat di bagian luar. Berhubung bagian dalamnya tatkala itu tidak bisa diakses, aku pun tak tahu motif tegel di ruangan dalam. 

Demikian cerita singkatku tentang piknik kami ke bangunan Cagar Budaya STIE Nusa Megarkencana. Semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi. 

MORAL CERITA: 
Mari kenali tiap bangunan unik bersejarah di kota kita! 








10 komentar:

  1. Oh...masuk cagar budaya to itu mba. Beberapa kali lewat.,ya sekedar lewat aku... Tak kira sebatas gedung tua kayak yang SD tumbuh, trus bbrp rumah di daerah situ seingatku bntuknya ada bbrp yang jadul..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Ada nomor registrasinya sebagai CB, kok. Ngomong-ngomong, bangunan SD Tumbuh juga bangunan heritage.

      Hapus
  2. bangunan-bangunan di jogja memang masih banyak yang bernuansa lama ya bu. tapi itu juga daya tariknya. setiap kali saya ke jogja, saya enggak pernah bosan untuk mencoba eksplor budaya di jogja. tapi saya belum pernah ke sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.. Iya, sekitar 2/3 wilayah Jogja adalah heritage..

      Hapus
  3. Bangunannya memiliki jendela dan tegel yang unik, emang kudu masuk cagar budaya, buat melestarikan artifak yang kita miliki. Beruntung deh yang menuntut ilmu di sini, sekalian menikmati suasana blasteran Indis dan Jawa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bhahahaha... Iyaaa, sembari kuliah bisa pepotoan di tempat bersejarah....

      Hapus
  4. Halo, kak Agustina ...kita ketemu lagi disini :).

    Sehat jasmani dan rohani kan, kak ?.
    (Ngikutin kalimat pertanyaan di awal 😁).
    Aku juga sehat rohani dan jasmani hehehe ...

    Aku pernah lewat depan, tepatnya samping gedung Stienus.
    Kulihat memang ada papan tukidan merupakan cagar budaya, tapi kirain ngga boleh dimasuki pengunjung umum loh.
    Ternyata boleh tow ...
    Bagus ya gedungnya terawat baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, hai, Alhamdulillah saya sehat jasmai dan rohani.

      Boleh dooong, dikunjungi. Asal bebas sopan dan tidak anarkhis.

      Hapus
  5. motif tegelnya keren, khas bangunan jaman dulu ya :D

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!