Selasa, 03 November 2020

Kelenteng Agung Sam Poo Kong (1)

APA kabar Sobat PIKIRAN POSITIF? Apakah tempo hari kalian termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berpiknik? Atau, golongan yang setia menghabiskan cuti bersama di rumah saja sepertiku? Eh, kalau aku sih memang selalu di rumah. Bukan di rumah saat cuti bersama saja. Hahaha! 
 
Baiklah, baiklah. Termasuk ke dalam golongan yang mana pun tak jadi soal. Yang penting tetap ikhlas, bersyukur, berbahagia, dan sehat. Lagi pula,  membaca tulisanku ini = piknik ke Semarang. Terkhusus ke Kelenteng Agung Sam Poo Kong. 
 
Hmm. Tenanglah. Tak usah panik sebab iri dan dengki. Kunjungan ke Semarang kulakukan sebelum pandemi covid-19, kok. 'Kan sudah kukatakan bahwa aku setia di rumah saja? Oke. Sekarang langsung saja kita berkeliling kompleks Sam Poo Kong melalui aksara dan foto, ya. Skuy! 






Foto pertama memperlihatkan halaman luas dari kompleks kelenteng tenar ini. Adapun di kejauhan sana tampak pintu gerbang selatan (pengunjung masuk dari pintu gerbang utara). Pintu gerbang selatan hanya dibuka tatkala ada acara tertentu. Ketika hari-hari biasa ya tertutup dan kerap menjadi latar berpose pengunjung narsis. 
 
Kalau yang menjulang tinggi itu entah menara apa. Sewaktu di TKP aku pun cuma takjub dengan ketinggiannya. Hendak bertanya tentangnya, tak ada satu orang pun yang ada di dekatku. Sementara si kakak pemandu sudah tak lagi membersamaiku. Heu heu heu. 
 
Foto kedua memperlihatkan lukisan bentuk asli kompleks Sam Poo Kong. Yang ternyata memang sedikit berbeda dengan bentuknya yang sekarang. Maklumlah. Bangunan kuno acap kali seperti itu 'kan? Akan tetapi, kita tak perlu baperan. C'est normal. Perjalanan waktu pasti selalu memberikan konsekuensi logis seperti itu. 
 
Deretan Kelenteng Cetar dan Besar 
 




Sebelum lanjut membaca, silakan cermati dulu foto di atas. Lihatlah. Betapa kecilnya aku (yang pada dasarnya memang mungil) di hadapan bangunan megah itu. Latar berposeku adalah salah satu dari empat kelenteng yang ada di kompleks tersebut. 
 
Yup!  Kelenteng Agung Sam Poo Kong menempati area yang amat luas. Di situ terdapat Goa Batu dan empat kelenteng atau tempat pemujaan yang bangunannya cetar dan besar. Keempatnya adalah Kelenteng Dewa Bumi, Kelenteng Sam Poo Tay Djien, Kelenteng Juru Mudi, dan Kelenteng Kyai Jangkar. Penampakan kelenteng-kelenteng tersebut dapat dilihat di bawah ini. 
 
Namun, mohon maaf. Aku agak lupa nama masing-masing. Bentuknya 'kan mirip semua. Jadi ketimbang salah meletakkan nama pada foto, mendingan tak usah sajalah. Yang jelas, yang paling besar adalah Kelenteng Sam Poo Tay Djien. Duh! Bahkan kalau hanya melihat foto-fotonya begini, ternyata aku jadi bingung mana yang paling besar, mana yang besar. Hihihi ....  







Tiap bangunan kelenteng pastilah memiliki fungsi masing-masing. Mari simak penjelasan singkatnya. Yeah! Kalau penjelasan detil dan panjang jadinya diktat mapel Sejarah, dong. 
 
Kelenteng Dewa Bumi dipergunakan sebagai tempat pemujaan terhadap Dewa Bumi. Jika ingin berdoa memohon berkah dan keselamatan hidup, di kelenteng inilah tempatnya. 
 
Kelenteng Juru Mudi juga dipergunakan untuk pemujaan. Terutama untuk mendoakan sang juru mudi kapal Laksamana Zheng He (biasa disebut juga Laksamana Cheng Ho). Di kelenteng yang ini terdapat makam juru mudi tersebut. 
 
Mungkin kalian bertanya-tanya, "Mengapa jasad juru mudi kapal Laksamana Cheng Ho bisa dikuburkan di Semarang?" Jawabannya ini, "Karena waktu itu ia sakit sehingga kapal berlabuh darurat di Pelabuhan Semarang, lalu ia diturunkan bersama beberapa orang yang merawatnya, sedangkan Laksamana Cheng Ho dan rombongan meneruskan pelayaran." 
 
Jangan berpikiran bahwa si juru mudi langsung wafat sepeninggal rombongan. Justru kemudian ia sembuh setelah dirawat intensif di daratan. Lalu, bergaul dan berbagi ilmu dengan warga setempat. Ia baru wafat ketika berusia lanjut. 
 
Lain halnya dengan Kelenteng Kyai Jangkar. Di kelenteng yang ini terdapat jangkar asli yang dahulu dipergunakan oleh kapal Laksamana Zheng He. Tentu selain melihat jangkar bersejarah, ada orang-orang yang memanjatkan doa di sini. Mereka datang memang dengan niatan ziarah. Bukan wisatawan biasa sepertiku. 
 
Yang terakhir (yang paling besar bangunannya) adalah  Kelenteng Sam Poo Tay Djien. Bangunan ini merupakan pusat dari seluruh aktivitas yang ada di Kelenteng Agung Sam Poo Kong. Siapakah Sam Poo Tay Djien itu? Sam Poo Tay Djien merupakan nama lain dari Laksamana Zheng He/Laksamana Cheng Ho. 
 
Perlu kalian ketahui bahwa bangunan ini dilengkapi dengan Goa Batu baru yang di dalamnya terdapat patung sang laksamana beserta dua pengawalnya. Lalu, di manakah Goa Batu yang lama? Goa yang lama terletak di bawahnya. Ada apa di dalamnya? Ada mata air yang tak pernah kering di sepanjang masa. Yang airnya sampai kini bisa diambil oleh para peziarah. Sungguh karunia luar biasa dari-Nya  'kan? 
 
O, ya. Aku beruntung sempat masuk sebentar ke Goa Batu yang lama. Kusebut beruntung sebab pemanduku berbaik hati memintakan izin untuk itu. Iya, meminta izin pada sang kakek penjaga. Kiranya situasi tatkala itu memang kondusif. Hanya ada kami bertiga (termasuk pemandu) di mulut goa. Hehehe .... Meskipun tak sampai ke batas tepian mata airnya, sudah lumayanlah. Alhamdulillah. 
 
Kelenteng Agung Sam Poo Kong Sebenarnya Tempat Apa? 
 
Kelenteng Agung Sam Poo Kong yang dikenal pula dengan sebutan Goa Batu merupakan situs yang diyakini sebagai tempat mendaratnya Laksamana Cheng Ho beserta pasukan. Namun, pendaratan itu sifatnya dadakan. Tidak direncanakan sebelumnya. 
 
Penyebab pendaratan dadakan itu tak lain dan tak bukan ya si juru mudi yang sakit. Yang makamnya terdapat di salah satu kelenteng tadi, lho. Masih ingat 'kan? 
 
Nah. Sebab kebaikan budi Laksamana Cheng Ho, masyarakat setempat membangun Kelenteng Sam Poo Kong untuk mengenang dan menghormatinya. Terlebih juru mudi kapalnya pun kemudian mengabdi dan bermukim di situ hingga ajal. 
 
Panggung Besar 
 
Di halaman Kelenteng Agung Sam Poo Kong ada sebuah panggung besar dan megah. Desainnya mirip bangunan kelenteng. Silakan lihat penampakannya pada foto di bawah. 
 
Pengunjung boleh rehat di situ kalau mau. Kalau enggak mau ya enggak dipaksa, kok. Akan tetapi, kalau di panggung tersebut sedang ada acara,  sudah pasti tak boleh seenaknya ikutan nimbrung rebahan. Aih!  Jangankan rebahan. Sekadar duduk pun tak elok. Iya 'kan?




Demikian ceritaku tentang Kelenteng Agung Sam Poo Kong. Tak terasa ya, lumayan panjang juga. Padahal rencanaku, mau menulis yang singkat saja. O la la! Aku senang menulis rupanya. Tulisan ini pun ternyata menjadi bagian satu. 
 
Yup! Ketimbang kepanjangan, cerita lengkapnya kuputuskan untuk kupecah-pecah. Jadi nantikan bagian duanya,  ya. 
 
Lokasi dan Cara Menjangkaunya 
 
Kelenteng Agung Sam Poo Kong berlokasi di Jalan Simongan Nomor 129, Bongsari, Semarang Barat. Tidak jauh dari pusat kota. Tidak jauh dari Stasiun Poncol. Maka mudah dijangkau. Kalau naik taksi daring biayanya pun tak mahal. 
 
Jam Buka dan Tarif Masuk 
 
Jam bukanya 08.00-20.00 WIB. Tarif masuknya terjangkau. Cuma Rp7.000,00. Kalau memakai jasa pemandu, bisa sampai Rp50.000,00. 
 
Kesannya mahal jika memakai jasa pemandu. Akan tetapi, enggak rugilah kalau kita menyewa jasanya. Bukankah dengan menyewa jasa seorang pemandu, kita menjadi paham apa pun saat berkeliling ke kelenteng-kelenteng. Tidak sekadar melihat dan memotret. 
 
Bisa Apa Saja? 
 
Ada banyak hal yang bisa dilakukan di Sam Poo Kong. Di antaranya berfoto dengan pakaian tradisional Cina (ada persewaannya di situ), belajar sejarah, dan berziarah. Kalau mau jajan, banyak kedai makanan. Kalau mau ke kamar mandi, fasilitasnya ada. Kalau mau sekadar nongkrong, tempatnya lumayan nyaman. Kalau mau salat, musalanya tersedia.
 
Satu hal yang wajib diingat, jangan biyayakan kalau berwisata di sini. Sebab pada prinsipnya, kelenteng  ini 'kan tempat beribadah. Jadi, pengunjung tidak boleh bikin rusuh bin huru-hara. 
 
MORAL CERITA: 
Menulis panjang itu gampang kalau ada idenya. Hahaha! 
 
 
 
 


20 komentar:

  1. Iya tumben tulisannya panjang kayak kereta mbak.😀

    Kelenteng Sam Poo Kong ini adanya di Semarang ya mbak, ternyata ada empat kelenteng besar yaitu Kelenteng Dewa Bumi, Kelenteng Sam Poo Tay Djien, Kelenteng Juru Mudi, dan Kelenteng Kyai Jangkar.

    Berarti Laksamana Cheng Ho mendarat di Semarang karena sakit. Setelah sembuh ia lalu menyebar kan ilmu. Oleh karena itu dibangun kelenteng ini untuk mengenang dia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha .... Panjang yang tak terencanakan. Terima kasih telah sabar membacanya.


      Yang sakit juru mudinya, Mas.

      Hapus
    2. Oh yang sakit juru mudinya toh.😂

      Memang kalo ngga direncanakan apalagi kalo lagi mood tahu tahu tulisannya sudah panjang kaya kereta barang.😃

      Hapus
    3. hehehehe ... kupikir sepanjang kereta rindu

      Hapus
  2. Tul mbak, ndak boleh biyayakan di tempat ibadah. Sekarang banyak yang biyayakan hanya untuk sekedar cari angle atau pose foto yang menarik, pidihil di tempat ibadah..

    Tapi, menulis panjang memang gampang kok mbak. Ini contohnya: panjang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bhahahaha iyaaa, bahkan nulis buku sih mudah ... BUKU ....

      Hapus
  3. Kalau pinter nyari anglenya pas jalan2 ke klenteng itu bisa seolah2 kayak di luar negeri beneran, padahal mah cuma ada di Semarang aja. Jujur, meski Semarang deket dari Pekalongan, aku malah belum pernah ke Klentheng Sam Po Kong. Padahal terkenal banget 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Really? ealaaahhh. Kukira dikau malah sudah sejak dahulu kalaaa ke situnya. Yuk, gaskeuun.

      Hapus
  4. Wuihhh keren bnget lokasinyaa hihi, kalau ak jalan-jalannya masih di google maps, cari cari lokasi dan jalan jalan lewat google street hha.. Tapi mungkin suatu saat jalan jalan di google maps bisa terelasiasikan ke dunia nyata huhuw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bhahahhaha ... yuk, anak muda gaskeuun. Tentu setelah badai corona berlaluuuuu.

      Hapus
  5. Wuaa, Semarang kayaknya kota yang punya banyak klenteng bagus-bagus ya? Di Cisauk ada sih klenteng, tapi enggak sebesar punya Sam Poo Kong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oiya, kelenteng di Semarang ini sungguh besar memang. Yang di Jogja saja kalah. Di Sam Poo Kong saja ada lima kelnteng besar, plus beberapa bantunan besar lainnya. bayangkan betapa luasnya!

      Hapus
  6. Moral ceritanya membuat netizen melongoo ya mba hahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha ..... melongo plus terkesima kali yaa?

      Hapus
    2. Oohh ternyata ada juga klenteng dikota semarang yaa mbak..😊😊Saya kira hanya disurabaya saja.😊😊


      Seperti Kelenteng Agung Sam Poo Kong, Ternyata banyak juga menyimpan sejarah tentang oranng Tiongkok bahkan sejarah nya. Tak heran Laksamana Chengho pun pernah singgah di klenteng Kelenteng Agung Sam Poo kong.��

      Hapus
    3. Muehehehe ... Ada dong. Di beberapa kota lain pun ada.

      Hapus
  7. Aku salfok sama moralnya mba hahahha, emang bener nulis mah perkara gampang, yg penting udah tau apa yg mau ditulia hahahha.

    Ini salah satu wish list aku kalau ke semarang lagi mba, aku sm suami udah berencana backpakeran ke semarang lagi setelah pandemi bener2 selesai, masih byk tempat yg mau di eksplor.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe .... Semoga segera terwujud ya rencana liburannya ke Semarang.

      Hapus
  8. Pas membaca 'silahkan cermati dulu fotoku yang tampak mungil ...', memang benar kalau bangunan kelenteng bisa dibikang emejing guedeeenya, ya!.

    Tau ngga, kak kalau ..., Hmmm , jangan diketawain ya!, gini : dulu aku kira-kira usia 10 tahuhan diajak keluarga nonton festival Cap Go Meh di kelenteng Sam Po Kong ini daaaan ... , begitu musik pengiring liong dan barongsai dibunyikan aku .. menangis teriak sejadi-jadinya!.

    Dari awal aku memang sudah takut saat diajak masuk ke area kelenteng.
    Itu karena saat itu indera keenamku lagi kuat2nya bisa lihat gaib.

    Jadinya keluargaku jengkel lihat aku nangis teriak2 dan aku kemuduan ditiggal di dalam mobil sendirian.
    Aku sembunyi dibawah jok!.

    Saat itu mobil kendaraan pribadi masih diperbolehkan memasuki area kelenteng.
    Ramai pengunjungnya minta ampun!.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allah, apa yang kaulihaaattt? Di beberapa bagian aku memang merasakan ada "sesuatu". Terlebih aku ke situ pas usai hujan. Terutama pas di akar berantai ke sono itu, rasanya kok gimanaa gitu. Untungnya aku jarang bisa melohat wujud yang aneh-aneh.

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!