Selasa, 26 Februari 2019

Piknik Undercover di Jogja

TULISAN ini terinspirasi dari tanggapan dan pertanyaan teman-temanku. Baik teman dunia maya maupun dunia nyata. Baik yang dekat maupun yang jauh. Baik yang cakep maupun yang cakep banget. Baik melalui pesan WA, komentar di postingan medsos, maupun inboks FB. 

Begitulah adanya. Gara-gara melihat unggahan foto-fotoku di medsos, mereka terprovokasi. Lalu bertanya dan menuduh, "Tiiin. Kamu kok piknik tiap hari? Enak betul hidupmu. Bersenang-senang terus? Ngabisin duit, hura-hura melulu."   



Masjid Sulthoni di kompleks Kepatihan (mejeng setelah nunut shalat)


Halaman Museum Benteng Vredeburg (numpang narsis usai kopdaran di Titik  Nol)


Astaga, my friends! Percayalah. Aku tidak sehedonis yang kalian pikir, lho.  Kalau soal piknik tiap hari, itu hoaks yang kalian ciptakan sendiri. Aku hanya korban dari pemikiran sadis kalian. Haha! 

Faktanya, foto-foto yang kuunggah  tidak murni dibuat dalam rangka berpiknik. Lokasi berfotonya kadangkala memang merupakan destinasi wisata. Tapi sebenarnya, aku tidak selalu sedang berwisata. 

Biasalah. Sebetulnya sekadar lewat, eh, nemu spot instagramable. Ya sudah. Berhenti untuk cekrak-cekrek dulu. Nahan malu 'dikit demi bergaya di depan kamera, apa salahnya? Sejenak berpura-pura jadi wisatawan dari kota sebelah, apa salahnya? Hihihi ....



Narsis di kampung sebelah (Ketandan dan kampungku tergabung dalam satu kelurahan)

*Ngomong-ngomong kalau ingin tahu lebih detil tentang Ketandan, bisa dibaca di Kampung Ketandan Yogyakarta, ya*

Sekali lagi, percayalah. Percayalah bahwa aku ini tak beda dengan kalian. Kehidupanku idem ditto dengan orang kebanyakan. Tak melulu berisi agenda piknik dan hura-hura. Hanya saja, saat ini aku sedikit lebih beruntung daripada kalian. 

Iya. Sudah dua tahun ini aku tinggal di seputaran Titik Nol Jogja. Jadi ke mana pun hendak pergi, aku melewati rute yang selalu dipadati kaum wisatawan. Sudah begitu, acap kali jiwa narsisku menyeruak tiba-tiba sehingga langsung cekrak-cekrek. Otomatis terkesan berpiknik sepanjang waktu 'kan?



Aku hanya menemani dua kawan yang ingin banget berpose di onde-onde marmer


Aku hanya menemani mereka berpose, lho (depan Gedung Agung)


Baiklah. Tak mengapa bila itu pun dianggap berpiknik. Tapi boleh dooong, kalau kusebut sebagai Piknik Undercover. Yakni semacam piknik tipis-tipis dan tak terencanakan, yang lokasinya kadangkala nyempil di pojokan Jogja. 

Maka wajar kalau wisatawan pada umumnya tidak ngeh dengan lokasi tersebut. Apalagi aku suka memilih rute yang tak biasa. Yang jarang (bahkan mungkin tak pernah) terjamah oleh wisatawan. Jadi kesannya, aku piknik teruuus. 

Sebagai contoh, dua foto berikut kuambil saat berangkat ke alun-alun kidul (alkid). Karena berjalan kaki, aku menghemat tenaga dengan mencari jalan pintas. Menyusuri gang-gang sempit yang ternyata manis-manis muralnya. Pokoknya menggoda hasrat untuk memotretnya, deh. 


Tembok rumah warga dan pagar penuh mural cantik


Poseku jadi nanggung sebab mendadak si empunya rumah bermural ini membuka pintu


Ketika pulang dari alkid, aku mengambil jalan pintas yang berbeda. Yang ternyata sensasinya juga berbeda. Haha! Iya, lho. Kalau saat berangkat menemukan mural, saat pulangnya menemukan patung raksasa usang. Nyaris rusak karena memang dibuat dari bahan yang tak tahan hujan dan panas.

O, ya. Tembok-tembok yang kulalui sepanjang perjalanan pulang tak bermural. Wajarlah. Tembok-tembok itu 'kan bagian dari Pemandian Tamansari dan Sumur Gumuling. Bukan tembok sembarangan. Mana mungkin dibubuhi mural? Tapi ada satu sisi, yang sepertinya memang bukan bagian dari tembok bersejarah, dipenuhi dedaunan dengan bunga warna kuning.


Untuk menuju rumah, aku harus memasuki  salah satu ruangan dekat Sumur Gumuling dulu


Menyamar sebagai wisatawan, padahal pulang dari lari pagi



Patung raksasa yang mulai rusak sebab tertimpa hujan dan panas


O, ya. Faktor sepatu mungkin ikut jadi penyebab. Yang menyebabkan aku terkesan piknik, padahal sesungguhnya cuma berfoto di RW sebelah. Ada apa dengan sepatu? Hmm. Begini, lho.  Bukankah kita sebagai orang Indonesia sama-sama mafhum, kalau sepatu pada umumnya dipakai saat bepergian jauh? Atau ketika hendak berurusan dengan instansi resmi?  

Sementara aku gemar bersepatu ke mana pun. Meskipun cuma hendak membeli pulsa, aku lebih suka bersepatu. Tak jadi soal walaupun toko pulsanya dekat. Di depan gang menuju rumah saja. Haha! 

Bukan apa-apa, sih. Alasanku demi kepraktisan belaka. Dengan bersepatu, aku merasa aman dan nyaman. Andaikata di jalan bersua seorang kawan dan mengajakku pergi, aku tak perlu pulang ganti sepatu. Kalaupun sekadar diajak foto bersama, jadinya 'kan cakep.  



Meskipun bersepatu rapi, sebenarnya ini hendak belanja saja


Pada hari yang lain, aku tergoda untuk mengabadikan kebun dan kafe yang asri ini. Lokasinya mudah dicari, kok. Yakni di belakang panggung Plaza Ngasem. Yoiii, betul banget. Plaza Ngasem itu di bagian belakang Pasar Ngasem. Yang dulunya merupakan pasar burung terkenal. Tapi kini pasar burungnya pindah. Pasar Ngasem pun menjadi pasar biasa dan pusat kulineran mini.



Kebun buah dan sayur milik kampung setempat


Sebuah kafe yang asri di belakang Plaza Ngasem


Panggung Plaza Ngasem yang biasa dipakai untuk acara-acara budaya

*Kalau ingin tahu lebih detil tentang Plaza Ngasem bisa membacanya di tulisanku yang terdahulu ini, Sebuah Tempat Bernama Plaza Ngasem*
 

Berswafoto dulu sembari rehat melepas penat sehabis belanja di Pasar Ngasem


Demikian ceritaku tentang piknik undercover di Jogja. Apakah kalian tertarik untuk melakukannya juga? Ayolah tertarik saja. Murah meriah dan menyehatkan, kok. Hehehe .... Menyehatkan sebab mesti berjalan kaki. Itung-itung sebagai pengganti lari pagi demi membakar lemak tubuh.

Ngomong-ngomong, kalau ingin tahu destinasi Piknik Undercover yang lain bisa dibaca pula tulisanku yang ini Bagiku, Jogja Itu Piknik. Oke?


MORAL CERITA: 
Kalau berwisata ke Jogja jangan hanya mengunjungi destinasi wisata yang mainstream, ya.







66 komentar:

  1. Hihi..pinter2nya kita cari spot foto ya...tp ya memang dasarnya jogja kota wisata. Jadi setiap jengal tempat pasti seperti berwisata..tapi aku penasaran sama tempat di mana buah mentega berada...��

    BalasHapus
  2. Aku jogja asli, tapi ndak hapal klo mesti blusuk kawasan kraton dan sekitarnya.

    Taunya cuma jalan2 besar..ini tembus ke sini...ini ntar njedul mana...gitu tok . Tp klo blusukan ke dalam kampung2 belum pernah..

    Kapan2 blusukan yoo...

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau begitu, ayo blusukan bareng, ke kampung cyber yang pernah didatangi Mark Z

      Hapus
  3. Setuju bangeettttt mba.
    Saya paling suka traveling dan mengambil gambar di tempat yang ga mainstream.
    Sekeren apapun itu, kalau udah banyak yang majang fotonya, udah jadi biasa aja ya hahaha.
    Bagus banget nih dijadiin referensi anti mainstream :)

    BalasHapus
  4. hahaha ...iya betul, Mbak,makin enggak pernah dijamah manusia, foto kita jadinya malah makin keren...ekslusif

    BalasHapus
  5. Keren banget, mbak. Aku baruuu aja ke Jogja 1-5 Feb lalu hehehe... enaknya lebih lama di Jogja ya jd bisa ke mana2 �� Btw makanan di Malioboro itu benar sesuai daftar menu dan harganya kah? Kalo dulu kan main tembak ya hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah.... Kita gak ditakdirkan ketemuan, ya? Oya, Sekarang harga makanan di Malioboro tembak-tembakannya tak sebrutal dahulu. Relatif sudah tertib, sesuai daftar menu dan harganya. Kalau nemu warung yg tak ada daftar harganya, lebih baik nanya harganya dulu sebelum pesen..

      Hapus
  6. asik ya mba kalau tinggal di daerah yang merupakan destinasi wisata, jalan dikit udah dibilang piknik hehe..salam hangat dari sumatera barat mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoiii, Mbak. Asik pakai bangeet. Termasuk macet2nya tatkala liburan. Hahaha! Salam hangat balik dari Jogja ys Uni...

      Hapus
  7. jogja itu selalu bikin kangen. jadi pingin main ke sini lagi deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iyaaa... Banyak orang kangen melulu pada Jogja... Ayo sini lagi, Mbak, boleh bangeet colekin akuh

      Hapus
  8. Kalo aku, kadang suka lewat tempat wisata (tapi bukan untuk wisata), numpang foto juga kek sista kwkw biar di kira jalan-jalan ama orang2 hahaha

    BalasHapus
  9. So ..,
    aku masuk kategori yang mana yaa .. yang pernah tanya ke kak Agustina :
    teman nyata atau teman dunia gemerlap, eh# salah dunia maya atau jugaak .. yang cakep atau cakep banget ..., bhuahahaha :D

    Aku sependapat tuh, kak istilah piknik tipis-tipis gitu.
    Menurutku, ruang publik ketje (bukan memang dibuat untuk lokasi piknik berbayar) pun bisa buat lokasi liburan dan buat lokasi foto-fotoan kok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak Him maunya jadi teman maya yang Luna yaaa... Xixixi... Yoii. Liburan dan piknik itu yang penting hati kitaaa dan pikiran kita yang kembali fresh

      Hapus
  10. Aku juga harus nanya ni, aku dikategori yang mana...maunya sih teman dunia maya..yang cakep banget....yeyy...;) Keren Jogja ya, banyak tempat piknik dan instagrammable-nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoo Temanggung yang apaaa... Hehehe... Iya, Jogja itu always memikat

      Hapus
    2. Teman yang apa mksudku, kok jadi Temanggung

      Hapus
  11. Ternyata piknik undercover asyik juga ya mbak, bisa nemuin tempat2 yg unik, dan menarik sekali kalau udh jadi artikel seperti ini...btw tinggalnya dekat sumur gumilang to mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah asyiknya, Mas. Iya. Aku tinggal tak jauh dari situ.

      Hapus
  12. Emang ya Kak...
    Cewek tuh kalau ketemu spot buat foto-foto pasti ya cekrak cekrek deh.
    Hihi...
    Kuat nahan malu banget malah.
    Tapi, emang seru sih gitu.
    Ada rasa senang tersendiri buat diri sendiri jadi bahagia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. Betuul betuul... Rasanya kayak sudah berhasil menaklukkan sesuatu, yaitu rasa malu... Demi eksistensi dan narsistensi hehehe...

      Hapus
    2. Dan begitu sudah di post. Terus bikin orang lain terkagum-kagum, itu rasanya ada nilai tambah yang tidak terkira.
      Rasanya selain menaklukkan rasa malu, jadi makin bangga.

      Ini sih aku banget. :D

      Hapus
    3. :D Kakak kapan foto-foto lagi ketika menemukan spot keren? :)
      Hehehe...

      Hapus
    4. Wah, iya, belum sempat ngumpulin foto lagi nihh.. Hihihi...

      Hapus
  13. Piknik tipis aja udh banyak yg didatengin. Apalagi piknik tebel hihii

    Aku suka liat muralnya. Cantik bangt😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Piknik tebalnya Ntar ke destinasi yg jauuuuh.



      Yep. Muralnya cantiiikk.

      Hapus
  14. Oh berarti belum tentu berwisata terus ya, tp kadang cuma lewat trus berhenti cuma utk foto biar dapt backgroud seolah sdg brwisata. Hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulaaah, Kakaaak. Yang penting bahagia dan bergayaaa...hhahaha...

      Hapus
  15. Kalau saya kemana-mana sukanya sandal jepit dan koloran, mirip orang gelandangan gitulah. Tapi dengan seperti itu, saya bisa jeprat-jepret tanpa diketahui targetnya. Alias photo secara diam-daiam.
    wah itu halaman benteng ada kolamnya, dulu sepertinya tidak ada deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haayooo motret siapakah kok diam2?

      Dulu gak dikasih air

      Hapus
  16. pas pula tinggalnya di KM 0 jogja dan gampang mau kemana2 ketitik wisata jogja. kalau saya dulunya tinggal di sewon mbak, samping kampus ISI, itu juga saya anggap kalau mau kemana2 termasuk dekat. yahhh memang harus diakui kalau jogja memang unik dengan segala keberagaman wisata dan budayanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, Alhamdulillah daku lagi ditakdirkan tinggal di wilayah titik nol. Sangat strategis.

      Hapus
  17. Wah kok asik mbak?? aku ga pernah tuh nemu mural itu, dan bagus banget... Tapi emang sih sebenernya Jogja akan berbeda kalo jalan kaki, aku pernah jalan dari perempatan kentungan ringroad utara sampe alkid.. huhuhu.. bukan karena pengen tau tempat lain, tapi karna galau :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huaaahahaha.... Caramu membuang galau kereeen, menyehatkan dan bikin langsing xixixi....

      BTW itu muralnya di dalam kampung

      Hapus
  18. Wahh jadi makin kangen sama jogja nih, udh ga sabar mau piknik ke jogja

    BalasHapus
  19. kebun buah nya cantik banget mba yang bergantung2 itu. lucuk.
    itu buah asli atau hanya hiasan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya aseli, sebab barusan aku lewat sudah tak asar. Mungkin abis dipetik. Teruus yg bawah itu kini ditutup plastik. Mungkin menghindari banjir air atas hjn yang deras

      Hapus
  20. Jogja surganya tempat piknik, aku jadi cinta jogja mbak,,
    kebetulan dpt org jogja juga,, jadi tinggal di jogja deh hehe
    biasanya kl jalan2 aku pas hari libur :(
    nasib kuli

    BalasHapus
    Balasan
    1. weig...selamaat,yaaa. Mencintai Jogja dan dapet orang Jogja.....

      Hapus
  21. Banyak juga lokasi Jogja yang bisa di explore, jadi makin betah ni berlama-lama di Jogja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoiii, maka dari ituuu Jogja kian padaaat. Banyak yang betah, siiih. Haha!

      Hapus
  22. Ah ini yang kusuka, jalan-jalan ke tempat yang anti mainstream. Biar bikin iri yang lihatnya 😂😂😂😂

    BalasHapus
  23. Jadi kangen Jogja sudah lama gak maen ke Jogja semenjak lulus kuliah dulu. Sekarang tambah banyak ya tempat yang bisa kita kunjungi. Asyik sekali ya mbak jalan-jalannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa. Sekarang pojokan-pojokan Jogja pun didandani sehingga layak dijadikan destinasi wisata alternatif.

      Hapus
  24. Jadi punya banyak koleksi foto keren dan malah dituduh senang plesir ya Mbak?Hihihi

    Jaman now mah memang kita kudu pinter nyari spot-spot instagramable, kayak Mbak ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahah ...iya, Mbak. Ternyata kamera bagus itu kuncinya pada cara kita memotret juga ...tak semata-mata pada fisik kameranya... hahaha...aku tuh minder lho kalau disuruh megang kamera beneran...merasa tak mampu...hahaha...

      Hapus
  25. Jogja mah semua bagus, gak kayak Jakarta, huhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. masak siiih, pasti adalah sudur-sudut Jakarta yang tjakeep ... ayo dieksplorasi ...

      Hapus
  26. Dari judulnya kirain kaya jakarta undercover yang membahas dunia malam, ternyata hasil jepretan ketika lalu lalang di jogja sebagian yang di cap sebagai tukang piknik ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. lhaah ...hahaha...aduh dirimu terlalu terhanyut perasaan pada buku Moammar Emka ituuu, Kaak ....

      Hapus
  27. Hohoho kita gak beda jauh kak, cuman melipir buat foto aja dikiranya piknik :D
    Kadang yo kebetulan dapat kerjaan di tempat yang memamg kayak tempat wisata...hehehe

    BalasHapus
  28. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  29. Jadi pengen pindah rumah deketnya Mbak Tina, biar bisa piknik tipis-tipis bareng, he,he.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Ayuklaah, tapi sesungguhnya di dekatmu juga ada destinasi lhoo...

      Hapus
    2. Hahaha... Ayuklaah, tapi sesungguhnya di dekatmu juga ada destinasi lhoo...

      Hapus
  30. Kadang orang sekitar saya juga bingung dengan diri saya ini
    Kapan kerjanya, orang kok klayapan terus
    Emang piknik harus keluar kota, kan bisa disekitar kampung. Lebih hemat pula ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa, piknik itu enggak mesti jauh, yang penting rileksnya. Dampaknya bikin perasaan lebih baik dan segar atau tidak... 😀

      Hapus
  31. jadi ingat waktu di jogja lg....

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!