Jumat, 07 Desember 2018

Bagaimanapun Kita Tetap Butuh Narkoba

PADA suatu kesempatan tatap muka dengan BNN Kabupaten Sleman ....

"Bro dan sist, bagaimanapun narkoba itu ada manfaatnya. Kita tetap butuh narkoba. Itulah sebabnya tak mungkin pabrik narkoba ditutup. Penutupan pabrik bukanlah solusi bagi penyalahgunaan narkoba." Demikian penjelasan dari Ibu Siti Alfiah.


Ibu Siti Alfiah sedang memaparkan seluk-beluk narkoba dan penyalahgunaannya

Aku tertegun. Setengah heran, setengah tak percaya. Aku salah dengar? Atau, beliau yang salah ucap?

O la la! Aku memang tidak salah dengar. Sang ketua BNN Kabupaten Sleman itu pun tidak salah ucap. Dari penjelasan lanjutannya aku menjadi paham. Ternyata, oh, rupanya. Narkoba memang tetap kita butuhkan untuk keperluan medis.

Tentu dengan resep dokter. Dalam takaran yang terukur. Sesuai dengan kebutuhan. Misalnya nih ya, penggunaan narkoba sebagai peredam sakit pasca khitan. Bayangkan saja andaikata tak ada narkoba. Bagaimana nasib mereka yang khitan? Bisa jadi akan meringis sampai pingsan sebab tak kuasa menahan sakit. Haha!


STOP narkoba


Namun amat perlu disadari bahwa di balik kegunaannya, ada sederet bahaya besar jika narkoba disalahgunakan. Itulah sebabnya genderang perang terhadap narkoba selalu ditabuh sekencang-kencangnya. Bukan terhadap narkobanya an sich, melainkan terhadap PENYALAHGUNAANnya.

Aku tegaskan sekali lagi, ya. PENYALAHGUNAAN narkoba itulah yang wajib kita perangi. Nah, lho. Sebutannya saja "penyalahgunaan". Ya pasti salah. Sudah salah sejak awalnya. Iya 'kan?

Percayalah. PENYALAHGUNAAN narkoba adalah ancaman nyata terhadap kelangsungan bangsa. Sejauh ini telah terlalu banyak generasi bangsa yang tumbang gara-gara kecanduan narkoba. Maka kita wajib bergandengan tangan, demi memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Presiden Jokowi pun sudah menyatakan dengan tegas bahwa Indonesia berada dalam situasi darurat narkoba. Yang kemudian direspons oleh aparat terkait dengan kerja maksimal, dalam upaya memberantas penyalahgunaan narkoba. Yang hasilnya bisa kita pantau dari pemberitahuan media massa.

Ketidaktahuan dan Mitos Seputar Narkoba 

Tak dapat dimungkiri. Meskipun kerap ada pemberitaan tentang penyalahgunaan narkoba, tak banyak dari kita yang betul-betul ngeh. Maksudku, yang paham sepenuh jiwa mengenai dampak buruknya. Termasuk aku (sebelum beruntung ikutan acara BNN tempo hari).

Bahkan ketika kawan adikku meninggal sebab over dosis, aku tetap santai. Dalam arti, aku tidak merasa bahwa kematiannya merupakan semacam warning. Idem ditto dengan kebanyakan tetangga, aku cuma kepo. Kok bisa ya, anak yang tak banyak tingkah, bukan dari keluarga broken home, justru tumbang oleh narkoba? Di kos-kosan. Di kota tempatnya kuliah.

Aku pun tak serta-merta mencemaskan adikku, yang juga anak kos. Sementara adikku lumayan akrab dengan almarhum ketika TK-SMA. Yeah .... Kukira, ketidaktahuan tentang bahaya narkoba adalah penyebabnya. Aku (dan banyak orang di luaran sana) tidak merasa cemas sebab kurang paham.

Apa boleh buat? Faktor ketidaktahuan itulah yang menyebabkan orang cenderung abai. Apalagi ditambah dengan adanya mitos-mitos menyesatkan seputar narkoba.


Beberapa mitos seputar narkoba

Banyak orang yakin bahwa tidak semua narkoba berbahaya. Faktanya apa pun jenisnya, penyalahgunaan narkoba selalu berbahaya. Banyak pula yang yakin, penyalahgunaan narkoba hanya berdampak pada si korban. Faktanya, orang lain di sekitarnya juga terdampak.

Percayalah. seorang pengguna narkoba itu mengganggu. Betapa tidak? Sebab selalu butuh duit untuk membeli narkoba, kebutuhan duitnya senantiasa bertambah pesat. Akibatnya, orang tua (bila si pengguna belum berpenghasilan sendiri) kewalahan. Bila orang tua sudah tak sanggup lagi menyuplai duit, ia bisa nekad mencuri. Nah! Kalau kalau sudah berani mencuri tentu sudah mengganggu masyarakat 'kan? Belum lagi jika ia juga mengganggu dengan hal-hal lainnya. 

O, ya. Dalam kasus kawan adikku, berhubung orang tuanya kaya raya ia tak sampai mencuri. Tapi ibu dan bapaknya memang mengeluh sebab sedikit-sedikit dimintai duit. Dalam jumlah yang besar pula. 

Namun, faktor ketidaktahuan mengenai penyalahgunaan narkoba beserta dampaknya tak membuat mereka curiga. Mereka hanya bertanya-tanya, sesungguhnya uang itu untuk apa? Sama sekali tak berpikiran, jangan-jangan untuk membeli narkoba. Alhasil putra sulung mereka, yang makin lama makin tak pernah pulang kampung, kian terpuruk. 

Aku yakin. Hingga detik ini masih banyak orang tua yang sangat awam narkoba. Sekalipun ciri-ciri pengguna narkoba ada pada diri anak-anaknya, mereka tak ngeh. Jadi, alangkah lebih baiknya jika sosialisasi perihal penyalahgunaan narkoba kian digencarkan. Di berbagai kesempatan.

Kupikir, pertemuan PKK pun butuh disisipi sosialisasi rutin tentang bahaya narkoba. Sayang sekali lho, jika forum tersebut hanya disisipi iklan panci atau sepeda motor. Selaku anggota PKK yang rajin hadir ke pertemuan, aku bahkan tak mengerti, mengapa ada sales sepeda motor melakukan "sosialisasi" di forum PKK. Dan ia dengan percaya diri mengatakan, "Saya ke sini sudah seizin kelurahan lho, ya." 

Ngomong-ngomong, ada satu mitos seputar narkoba yang menurutku "halah bangeeet". Yakni mitos bahwa narkoba bisa melupakan masalah. Duileee! Alih-alih melupakan masalah. Yang terjadi justru sebaliknya. Menjadikan narkoba sebagai tempat berlindung dari belitan masalah merupakan kesesatan yang nyata. 

Ketika fly di bawah pengaruh narkoba, kita memang lupa daratan. Segala permasalahan hidup terlupakan sesaat. Iya. Sesaat belaka. Begitu pengaruh narkoba berangsur memudar, datang lagi tuh si masalah. Apa mau fly lagi? Tentu. Si pecandu narkoba tentu bakalan fly lagi, lagi, dan lagi. Entah sampai kapan? Andaikata tak ada seorang pun yang menolong, kemungkinan ya sampai ajal menjemputnya. Sungguh miris! 

Demikianlah mitos-mitos seputar narkoba. Yang menyesatkan dan sedikit menggerus informasi perihal tingginya bahaya narkoba. Terlebih bila ditambah dengan ketidaktahuan. Maka sungguh sempurna untuk dijadikan celah oleh para bandar/pengedar narkoba. 

Fakta Penyalahgunaan Narkoba di Yogyakarta  

Menyandang predikat sebagai kota pelajar adalah satu kebanggaan bagi Yogyakarta. Namun di sisi lain, ada konsekuensi tersendiri yang mesti ditanggung. Salah satunya konsekuensi menjadi sasaran empuk bagi pengedar narkoba. 

Sebagai kota pelajar yang dihuni oleh banyak pendatang, pastilah Yogyakarta rentan penyalahgunaan narkoba. Apalagi banyak pendatang yang berusia muda (usia SMA dan kuliah S-1) hidup sebagai anak kos. Di kos-kosan umum yang notabene bebas aturan. Bukan di asrama milik sekolah atau yayasan tertentu yang aturannya ketat.

Alhasil, Yogyakarta menduduki peringkat pertama dalam kategori penyalahgunaan narkoba pernah pakai di kalangan pelajar dan mahasiswa. Sebuah prestasi yang sungguh-sungguh memprihatinkan kita semua 'kan? Mereka adalah masa depan bangsa Indonesia, lho.

Sementara secara umum pada tahun 2008, Yogyakarta menempati peringkat ke-2 nasional dalam penyalahgunaan narkoba. Syukurlah dengan kerja keras dan kerja sama seluruh pihak terkait, peringkat itu dapat diperbaiki. Dari tahun ke tahun bisa diturunkan. Dan pada tahun 2017, sudah sampai di peringkat ke-31. 



Peta penyebaran narkoba di wilayah hukum Yogyakarta



Tahukah kalian? Berapa rentang usia para penyalahguna narkoba di Yogyakarta? Sungguh menyedihkan. Ternyata usia 10-59 tahun. Bukankah itu sama saja dengan sepanjang usia produktif? Ketika anak-anak mulai remaja, yang berarti mulai mampu menemukan potensi terbaik mereka, hingga orang dewasa yang mestinya sedang produktif berkarya.

Sekali lagi, apa boleh buat? Narkoba memang punya manfaat bila tak dipergunakan secara serampangan. Tapi jahatnya tiada terkira bila disalahgunakan.  

Sekarang terserah kita. Hidup adalah pilihan. Jika ada pilihan yang baik, mengapa kita mesti memilih yang buruk? Jika mulai detik ini kita bisa menghindari narkoba, mengapa mesti berpikir untuk coba-coba mencicipinya? Plis, deh. Sekalipun kalian berhobi wisata kuliner (yang berarti suka dengan icip-icip), tak usah iseng mencicipi narkoba. 

Kalau memang merasa bete dirundung masalah, curhatkan saja ke keluarga. Ke teman juga boleh. Tapi pastikan dulu, teman kalian bukan bandar narkoba. Kalau curhat pada bandar narkoba ya sudahlah. Berarti kalian telah masuk ke lubang buaya yang ganas.

Maka memilih dan memilah teman memang wajib dilakukan. Orang tua pun mesti melakukan pengawasan ketat terhadap pergaulan anak-anaklnya. Terlebih bila di lingkungan pergaulan anak kok banyak yang merokok. Selain terkait dengan masalah kesehatan yang bakalan muncul sebab rokok, perlu dipikirkan pula keterkaitannya dengan narkoba. Mengapa? Sebab rokok adalah jembatan menuju narkoba. Nah ....

Percayalah. Mendekati narkoba berarti mendekati masalah. Padahal, hidup tanpa narkoba saja sudah penuh dengan masalah. Apa enggak capek tuh jadinya? Maka daripada menjadi pecandu atau mantan pecandu narkoba, lebih baik tak usah melakukan pedekate sama sekali terhadapnya. Plis, deh. Tolong camkan ini!




31 komentar:

  1. Wahhh baru tau kalau yogyakarta menjadi salah satu penggunaan narkoba yang besar yaa, jadi sedih saya sebagai warga jogja mengetahui hal ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mas. Saya juga baru tahu pas ikut acara BNN itu. Sudah sangat darurat situasinya.

      Hapus
    2. Hampir tidak percaya saya, kemungkinan data-data yang digunakan salah.

      Hapus
    3. weih, salah gimana? Yang ngasih data saja pihak BNN, itu pun sebenarnya masih banyak penyalahguna yang belum terdata

      Hapus
  2. Jadi ingat kasus suami yg dipenjara krn membuat ekstrak ganja untuk obat istrinya yang kena kanker.. 😢 Ya semua mmg hrs ada aturan dan pengawasannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, faktor ketidaktahuan itulah penyebabnya mbak... Tak tahu aturan hukum menyimpan bahan narkoba.

      Hapus
  3. Jadi narkoba itu ga selamanya buruk ya mbak, asal kita tau resep, takaran dan cara penggunaannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah. Dan memang,narkoba sebetulnya tak dijual bebas toh?

      Hapus
  4. Sosialisasi memang harus dilakukan di berbagai kalangan Mbak,khususnya remaja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Terutama pada remaja, mesti diperlihatkan berkali-kali dampak buruknya, supaya itu nyanthol di bawah sadar mereka. Supaya mereka tak nyicipin narkoba.

      Hapus
  5. Katanya sekarang narkoba sudah disalhgunakan oleh anak SD. Lah aku aja yang udah gede gak tahu macamnya,itu anak-anak udah tahu aja mengenai narkoba. Serem dan miris aku mbak kalau berbicara mengenai narkoba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, sungguh seram. Yang pil sapi itu lho... Ngeri bangeeet. Anak2 piyik kok malah sudah paham. Lingkungannya itu kudu disehatkan.

      Hapus
  6. Ngeri ya jaman sekarang.

    Jamans aya SD ada narkoba yang dimasukin ke bolpoint yang wanginya enak banget. Jadi yang ngisep bisa nge-fly. Kalo anak jaman sekarang, kalo kere ngisepnya lem aibon.

    Ampun deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ngeri bangeet. Adaa aja ide para pengedar untuk penyalahgunaan narkoba.

      Hapus
  7. Di beberapa Negara cocain dan mariyuana udah dilegalkan...alasannya untuk penderita sakit kronik sehingga tidak perlu setiap saat dengan resep dokter

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau tidak disalahgunakan sih relatif aman terkendali, ya? Demi alasan kepraktisan. Tapi kalau itu dilegalkan di negara kita, aku kok ngeri membayangkan...

      Hapus
  8. Itu narkoba dipandang dari sudut pandang kesehatan atau farmasi. Kalau tidak ada narkoba nanti BNN juga tidak punya kerjaan, bisa jadi dibubarkan :D

    BalasHapus
  9. Serem juga mba kalau udah denger kata "narkoba".... ngeri banget dan semoga saja negara kita jauh dari yang namanya itu yahh mbaa

    BalasHapus
  10. Di sarana pelayanan kesehatan, narkoba dipakai untuk pembiusan. jadi, kita tetap butuh narkoba.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, betul, yang perlu diperangi itu penyalahgunaannya.

      Hapus
    2. Jangan diperangi, dirangkul lan dikandani apik2. mbokmenowo saged insap.

      Hapus
    3. Iya, yang dirangkul dan diajak insaf orangnya...

      Hapus
  11. Narkoba emang ngeri banget.
    Temen kerjaku ada yang adiknya kena. Biaya untuk rehabilitasinya mahal banget sampai puluhan juta. Belum lagi masih adanya oknum polisi yang memanfaatkan kondisi seperti ini untuk memeras.

    BalasHapus
  12. Sebenarnya juga awalnya narkoba itu digunakan untuk obat-obatan ya, sayangnya karena dosisnya gak pakai aturan, malah dijadikan semacam hal yang candu.
    Semoga anak cucu dan keluarga kita bisa selalu menjauh dari Narkoba, aamiin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga tak ada lagi yang menyalahgunakan narkoba. Suatu saat nanti.

      Hapus
  13. Bagaimana pun narkoba adalah obat (awalnya dibuat), seperti pisau awalnya dibuat untuk memotong bahan makanan atau hal lain yang bermanfaat. Namun jika disalahgunakan bisa dibuat untuk melukai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, betul bangeeet itu. Yang salah adalah penyalahgunaannya.

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!