Rabu, 05 Juli 2017

Sehat Itu = Menghargai+Merasai Hidup

“Hidup tidak hanya diukur dari banyaknya jumlah napas yang ditarik,  tetapi dari berapa banyak momen yang membuat napas tertahan”  (Maya Angelou, seorang penulis kenamaan Amerika). 

HMM. Sebenarnya apa sih ya, maksud si Maya Angelou itu? Kalau daku enggak salah tafsir nih, mungkin maksudnya begini, "Hidup tak bisa sekadar dijalani dengan cara yang 'seada-adanya', tanpa penghayatan dan penghargaan sama sekali." 

Namun, entahlah. Entah tafsiranku itu tepat atau tidak, yang jelas ucapan MA tersebut dapat kupakai sebagai pengingat. Yakni pengingat agar diriku selalu mampu untuk menghargai tiap peristiwa yang mampir di hidupku. 

Diakui atau tidak, faktanya tidak semua orang sanggup menghargai tiap peristiwa dalam hidupnya. Masih banyak orang yang hidup asal hidup. Yang tidak dapat membuat hidupnya terasa makin hidup. Mereka hidup dengan seada-adanya (sejadi-jadinya). Tanpa usaha maksimal untuk melakukan perbaikan. 

Apa boleh buat? Memang tak mudah untuk mampu menghargai-menikmati tiap detik dalam hidup. Butuh kemauan dan keterampilan khusus. Yakni keterampilan khusus yang berupa kepiawaian dalam mengelola sensitivitas hati, pikiran, dan kesehatan  fisik. 

Kita tentu sama-sama mafhum bahwa yang disebut sehat tidak melulu sehat badan. Iya. Sehat itu memang satu paket utuh. Terdiri atas sehat badan, sehat pikiran, dan sehat rasa/hati.  

Mana bisa orang gila berbadan sehat memaknai tiap detik dari hidupnya? Sebaliknya, mana sempat orang memaknai hidup bilamana kesehatan fisiknya terganggu melulu? Demikian pula, mana bisa orang berhati bebal menikmati tiap detik yang ia punya?

Yup! Dalam hal ini, seimbang adalah kunci untuk menjalani hidup dengan nyaman. Untuk bisa menikmati hidup dengan segala plus minusnya.  Maka badan sehat, hati ikhlas, dan pikiran positif adalah formula yang mutlak kita miliki. Sebagaimana judul di atas. Sehat Itu = Menghargai + Merasai Hidup.

Oleh sebab itu, marilah kita hidup dengan pola hidup yang seimbang. Agar kita dapat memaknai dan menghargai tiap detik yang kita jalani. Agar hidup kita lebih bermanfaat dunia akhirat. Sepakat?

MORAL CERITA:
Postingan serius ini menunjukkan bahwa aku sedang serius memikirkan (ulang) perjalanan hidupku.


Mari selalu memperindah hidup kita, seindah bunga-bunga di Bukit Lintang Sewu ini ....


6 komentar:

  1. Sebuah renungan yang menyentuh setiap yang membacanya... Ijin curi beberapa kata n kalimatnya ya, Mbak...

    Salam Kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Salam kenal juga. Silakan dicuri demi kebermanfaatan, Bang Ancis.

      Hapus
  2. nafas tertahan emang kurang tepat kayaknya kata2nya. soalnya moment buruk juga bisa bikin nafas tertahan. mudah2an kita terhindar dari hal buruk, ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, semoga kita selalu terhindar dari hal-hal buruk; namun sebelumnya, tentu kita mesti selalu berhati-hati.

      Hapus
  3. sehat itu murah ya mbak
    kalau kita terus bersyukur dan menghargai hidup

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya begitu, Mas. Hanya saja, kita acap kali lupa untuk selalu bersyukur dan menghargai hidup. yeah, yang namanya manusia itu kan tempat salah dan lupa. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita untuk selalu kembali ingat, kembali ingat, dan kembali ingat...

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!