Minggu, 05 November 2017

GAIA Art Movement, Rooted in Art

BILA Anda konsisten berkarya, niscaya dunia akan mengingat Anda. Terlebih jika Anda konsisten berkarya di satu bidang. Membangun ciri khas tersendiri, yang berbeda dari orang lain, melalui karya-karya yang Anda lahirkan. Wow! Dijamin dunia bakalan susah melupakan Anda. *Ibarat mantan yang secara serampangan meninggalkan Anda, yang pada akhirnya selalu berusaha mendekati Anda kembali*

Hmm. Enggak percaya sama statemenku itu? Baiklaaah. Percaya itu mestinya memang hanya kepada Allah SWT. Bukan kepadaku. Aku ini 'kan manusia biasa banget. Idem ditto dengan Anda sekalian. Hehehe ....

Lima Perupa yang Konsisten dan Berdedikasi Tinggi

Eh! Sudah ya, bercandanya. Mari kita kembali ke topik semula. Yakni mengenai kekonsistenan dalam berkarya. Betapa orang yang konsisten dalam berkarya bisa memperoleh banyak manfaat dan keuntungan. Faktanya? Lima perupa muda Jogja telah membuktikan bahwa kekonsistenan mereka berbuah manis.

Siapa saja mereka? Buah manis apa yang mereka peroleh? Hmm. Kelima perupa yang dimaksud adalah Apri Susanto (media tanah/stoneware), Dedy Shofianto (media kayu), Dery Pratama (media logam cor), Ivan Bestari (media kaca), dan Ludira Yudha (media kawat). Kelimanya didampingi oleh Benda Art Management.

Adapun buah manisnya berupa kesempatan istimewa untuk berpameran di GAIA Cosmo Hotel. Yakni sebuah hotel bintang empat yang berlokasi di Jl. Ipda Tut Harsono No. 16 Muja Muju Umbulharjo Jogja. Tidak semua perupa berkesempatan ikut berpameran di situ 'kan? Apalagi kandidat perupa yang dipilih adalah yang konsisten sejak awal dengan media karyanya.


Tarian kayu nan gemulai (media kayu) -- salah satu karya Dedy Shofianto

Simbiosis Mutualisme

Seniman berpameran di hotel sesungguhnya bukan merupakan hal baru. Namun, bentuk kerja sama yang disepakati (lalu dijalani) oleh GAIA Cosmo Hotel dan kelima perupa konsisten tadi sungguh menggoda. Iya. Menggoda untuk dijadikan objek percontohan kerja sama bagi seniman dan pihak yang lainnya.

Apa alasannya? Sebab karya-karya tidak dipamerkan di dalam suatu ruangan khusus. Tidak berada dalam sebuah galeri. Tidak asal dipindahkan dari studio karya ke hotel. Tapi karya-karya yang dipamerkan memang sengaja dibuat sebagai respons sang seniman. Yakni respons terhadap sebuah ruangan/tempat yang terdapat di hotel yang bersangkutan.

Misalnya Apri Susanto yang konsisten berkarya dengan media tanah (stoneware). Dia mendapatkan jatah ruangan untuk pamer karya di sekitar kolam renang hotel. Dia berkewajiban merespons dinding kosong tepian kolam renang; demi menjadikannya lebih indah. 

Lain halnya dengan Dedy Shofianto. Perupa yang satu ini kebagian jatah di dalam ruangan. Ada beberapa titik dalam ruangan hotel yang bakalan diresponsnya. Menurut penuturannya, dia akan menampilkan beberapa karya istimewa. Salah satu di antaranya bakalan diberi sensor, lho. Bila ada orang mendekat, si karya akan bergerak dengan sendirinya. Nah, nah. Seru sekali toh?

Yang paling istimewa, pihak hotel tidak menekan ataupun sekadar mendikte seniman. Para perupa bebas mengeksplorasi ide mereka. Pihak hotel sudah menyerahkan sepenuhnya dan tidak memberikan pesan sponsor apa pun. Padahal, pihak hotel keluar dana yang nilainya lumayan signifikan.


Sekumpulan batang daun pisang di dalam gayung (media stoneware) karya Apri Susanto


Upaya Memahat Ingatan  akan Seni

Mengapa pihak GAIA Cosmo Hotel berani menggagas GAIA Art Movement, Rooted in Art? Sementara untuk menyokong terlaksananya Exhibition GAIA Art Movement pihak hotel mesti keluar dana yang tak sedikit. Jawabannya adalah ... GAIA Cosmo Hotel ingin memberikan sesuatu yang istimewa untuk Jogja; ingin menjadi bagian dari ekosistem desain dan seni Jogja. 

Adapun GAIA Art Movement, Rooted in Art sendiri sebenarnya merupakan sebuah gerakan. Gerakan apa? Yaitu sebuah gerakan yang bertujuan untuk mengangkat kekuatan seni para seniman lokal agar bisa dikenal luas oleh dunia internasional; melalui karya-karya yang monumental.

Yeah .... Mulai tanggal 18 November 2017 nanti, kita semua bakalan dibikin terperangah oleh hasil karya kelima perupa muda yang konsisten dan berdedikasi tinggi tersebut. Yang harapannya, apa-apa yang kita saksikan itu dapat membekas kuat di ingatan kita. Demikian pula di ingatan para tamu GAIA Cosmo Hotel Jogja. 

Kiranya beruntung jualah daku yang berkesempatan hadir dalam konferensi pers dalam rangka memperkenalkan GAIA Art Movement, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2017 lalu, bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke-89.

Kompasianer Jogja beserta kelima perupa terpilih dan Pak Yan dari Benda Art Management (foto dari hasil meminjam punya Mbak Riana atau Mas Ken, ya?)


MORAL CERITA:
Sebuah kekonsistenan dan dedikasi tinggi dalam berkarya tak bakalan sia-sia ujungnya.

***O, ya. Sebelum tulisan yang ini aku pun telah menulis terkait GAIA Art Movement dari perspektif yang sedikit berbeda. Kiranya bisa Anda baca untuk melengkapi apa-apa yang mungkin kurang diekspose di sini. Aku menulisnya di Kompasiana dengan judul GAIA Art Movement, Sebuah Upaya Memahat Ingatan Publik.***




4 komentar:

  1. Wah asik, bisa dipastikan seru nih liat hasil karya perupa di Hotel GAIA. catet jadwalnya dan smg bisa mlipir kesana...

    BalasHapus
  2. Kereenn... Sudah berapa lama mereka konsisten dibidangnya mbak??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kurang tau pastinya brapa tahun. Tapi kalau sejak awal mereka kuliah hingga sekarang ya lbh dr sepuluh tahun?

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template