Selasa, 31 Oktober 2017

Oktober yang Berlemak & Berkolesterol


PENGHUJUNG Oktober dan aku teringat pada Oktober beberapa tahun silam. Saat aku masih berdomisili di Sanggrahan. Yakni sebuah dusun mepet kota di satu pojokan Jogja ....

Ada apa dengan Oktober beberapa tahun silam itu? Hmm. Ada Oktober yang berlemak dan penuh kolesterol. Iya, berlemak dan penuh kolesterol!

Betapa tidak berlemak? Yuk, mari sama-sama kita simak "data-data" yang akan kuuraikan berikut ini. Simak baik-baik, ya.

Tatkala itu ....

Mulai hari Ahad terakhir di bulan September, yang notabene dua hari saja sebelum memasuki bulan Oktober, sudah mulai ada hajatan manten. Sudah pasti warga sekampung ramai-ramai datang buat nyumbang. (Nyumbang = datang ke rumah si empunya hajat sambil bawa sejumlah uang atau sejumlah bahan-bahan sembako). 

Dan, aturan tak tertulisnya begini. Barang siapa nyumbang, maka bakalan dapet nasi hantaran. Tentu saja nasinya berteman. Yakni ditemani aneka rupa lauk-pauk.

Nah, nah. Aneka rupa lauk-pauknya itulah yang penuh lemak. Mari kita absen satu per satu. Pertama dan yang utama, ayam goreng dalam potongan besar. Kedua, sambal goreng krecek + hati sapi/ayam + telur puyuh. Ketiga, bakmi/bihun goreng. Keempat, oseng-oseng berbahan apa pun. Kelima, telur rebus minimal dua butir. Keenam, kerupuk udang. Belum lagi kalau masih ada pernak-pernik lauk yang lainnya sebagai pelengkap.

Selain nasi hantaran sebagai balasan nyumbang, masih ada pula kendurenan di malam harinya. Item pengisi kardus/besek kendurenan sama saja dengan nasi hantaran. Tapi porsinya lebih sedikit.

Daaan, "perolehan" akan makin dahsyat kalau kita juga ikutan rewang. Yakni ikut membantu-bantu di tempat tetangga yang punya hajat itu. Mengapa begitu? Sebab mereka yang ikut rewang akan mendapatkan jatah tersendiri lagi. 

Alhasil, acara diet jadi amburadul tak karuan. Sementara acara jemur nasi pun mendadak jadi tren bersama. Nah, nah. Ini dia hal yang paling kubenci! Memubazirkan makanan!

Itu baru di akhir September-awal Oktober. Minggu berikutnya masih ada pula resepsi manten. Minggu berikutnya lagi ada pesta demokrasi istimewa empat tahunan, yaitu pemilihan ketua RT yang baru. Sebagaimana empat tahun sebelumnya, pemilu ala RT/kampung kami itu pun dibikin bernuansa pesta rakyat. Iya, pesta yang melibatkan orang sekampung yang kebetulan juga merupakan satu RT.

Namanya juga pesta, pastilah ada makan-makan dan minum-minum. Enggak makan besar sih, hanya berupa jajanan pasar tradisional. Yang antara lain kacang rebus, lanting, gronthol, jadah tempe, gethuk telo, gethuk kang tholo, gendar, growol, marning, telo goreng, pisang goreng, pisang rebus, cemplon, dan combro.

Halah. Yang serba gorengan itu lho, kalau kebanyakan nyicip 'kan enggak sehat jadinya. Padahal nyemil gorengan sambil nonton muda-mudi kampung main barongsai, itu sungguh tak terasa kenyangnya. Haha! 

Dahsyatnya, tepat di hari yang sama dengan acara pemilu RT, ada warga yang bagi-bagi nasi hantaran selapanan anak bayinya. Lalu, sorenya ada pertemuan PKK yang full suguhan mengenyangkan dan berlemak. Wah, wah, wah.

Ya Tuhan, ampunilah kami yang terlalu banyak makan pada hari Minggu itu! 'Kan mestinya kami mematuhi nasehat kekasih-Mu yang ini "berhentilah makan sebelum kenyang".

Selesai sampai di situkah acara makan-makan kami? Beluuum. Dua hari kemudian Idul Adha tiba. Bakda shalat di tanah lapang, warga kampung yang Muslim ramai-ramai ngumpul di surau. 

Yup! Untuk menyaksikan penyembelihan hewan qurban, dilanjut dengan "penanganannya" hingga tuntas. Tentu saja, ada acara minum teh hangat dan nyemil gorengan sebagai sarapan. Pas siang, ada makan besar berupa nasi gulai kambing.

Usai acara pembagian daging, sudah pasti masing-masing orang sibuk mengolah aneka makanan berbahan dasar daging kambing dan daging sapi. Alhamdulillah, karena sohibul qurban-nya banyak, tiap keluarga menerima jatah yang lumayan banyak juga. Keesokan harinya, yang punya anak usia sekolah pun rerata memperoleh tambahan daging dari sekolah masing-masing.

Eh, belum genap seminggu kemudian sudah ada manten lagi. Artinya, ya makan-makan yang berlemak lagi. Lalu, ada pengajian  bersama orang sekampung. Lhadalah! Konsumsinya kok ya panganan berlemak juga. 

Selesai? Belum. Rupanya masih ada hantaran nasi selametan buat calon manten pada penghujung Oktober. Ada pula undangannya yang berupa kertas. Yang artinya, yang dikasih nasi hantaran dan undangan wajib datang ke mantenan. Yang berarti makan-makan lagi.

Sebagai gong penutup, dikabarkan secara pasti bahwa pada hari kedua bulan berikutnya pun ada manten. Yang artinya, pasti bakalan ada kendurenan dan acara rewangan lagi. Yang berarti bakalan banyak makanan berlemak lagi. 

Nah, lho! Sungguh-sungguh Oktober di kampungku, tatkala itu, terlalui dengan penuh lemak dan kolesterol 'kan? Syukurlah di saat banyak tetangga yang naik tensi, aku enggak. Alhamdulillah banget.

Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Oktober di kampung Anda?

MORAL CERITA:
Acap kali kita begitu melupakan sayuran dan buah sebagai asupan penyeimbang




0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template