Selasa, 29 Agustus 2017

Jadi Ibu Jangan Mudah Baper

SUATU ketika seorang ibu memarahi seorang bocah. Si bocah adalah teman sekelas anaknya. Memarahinya di depan banyak orang. Ada bocah-bocah yang lain, seorang guru baru, dan seorang penjaga sekolah.

Bagaikan harimau yang kelaparan, ibu tersebut langsung menyerang si bocah. Tanpa ba-bi-bu langsung saja nyap-nyap mencerocos sesuka hati. Yang intinya menyalahkan si bocah sebab telah mengajak anaknya main sampai malam.

Emosi si ibu sungguh tinggi. Sama sekali tak mempertimbangkan kondisi si bocah yang dimarahinya. Si bocah yang sudah berurai airmata tak jua membuatnya berhenti.

Naaslah nasib si bocah. Karena faktanya tidak mengajak main anak si ibu, dia berusaha membela diri. Menyatakan bahwa dirinya tatkala itu tidak main dengan anak si ibu.

Dia tahu anak si ibu main sampai malam dengan siapa. Anak si ibu sudah bercerita kepadanya. Tapi dia tak mengatakannya. Yang terpenting baginya, cukuplah si ibu diyakinkan bahwa bukan bersamanya anak beliau main sampai malam.

Namun, sayang sekali pembelaan diri si bocah tak digubris sedikit pun. Si ibu tak percaya kepadanya sama sekali. Hingga akhirnya anak si ibu muncul.

Dan, setelah tahu duduk perkara ribut-ribut yang dilakukan mamanya, ia tegas menyatakan, "Aku kemarin tidak main dengan si A ini, Ma. Aku main dengan si B."

Entah telanjur malu atau bagaimana, si mama tak mencabut kemarahannya kepada si bocah A. Dalam arti, tak mau meminta maaf. Mungkin karena gengsi. Mungkin pula karena malu telah salah memarahi.

Tapi apa pun itu,  ibu tersebut telah menorehkan luka yang berat di hati bocah yang dimarahinya tadi. Demikian pula, ia telah melukai perasaan orang tua si bocah. Tak sekadar melukai, tapi juga menginjak-injak harga diri orang tua si bocah.

Selain itu, telah pula membuat anaknya sangat malu. Malu pada si bocah yang telah dimarahi mamanya. Malu pula pada orang tua si bocah. Sebab sesungguhnya, sang anak justru pernah meminta maaf pada orang tua si bocah gara-gara mengajak si bocah main terus. Nah, lho!

Andaikata orang tua si bocah tidak mampu menahan diri, ribut-ribut tentu terjadi lagi ....

Hmmm. Mbokyao jadi ibu itu enggak usah terlalu baper. Teliti dulu sebelum marah-marah. Apalagi untuk memarahi anak orang. Mbokyao jangan terlalu yakin bahwa anak lainlah yang selalu salah. Adapun anak sendiri selalu benar. Mbokyao berpikir lebih panjang ....

#ODOP
#BloggerMuslimah Indonesia


4 komentar:

  1. Kok, bisa-bisanya ya si ibu itu? Seharusnya, anaknya dulu yang ditanya baru konfirmasi ke temannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pada dasarnya dia memang tergolong ke dalam kelompok orang-orang yg semau gue. Tak berpikiran panjang.

      Hapus
  2. Aku sih walo anak orang yg salah, tetep anak sendiri yg kunasehati dulu. Soalnya aku jg gak rela kalo anakku dimarahin orang lain. Huhu.

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template