Jumat, 20 Januari 2017

[Book Review] Ulid, Oh, Ulid

SATU kata untuk novel tebal ini: dahsyat. Yup! Betul-betul dahsyat. Aku tidak jualan kecap belaka, lho. Kenyataannya Ulid memang begitu. Di mana letak kedahsyatannya? Tentu di dalam tema dan gaya penceritaannya. Kalimat-kalimatnya bertenaga dan menggelitik saraf tawa. Serius, bermuatan data yang valid, tapi sekaligus membuat kita tetiba senyum-senyum geli.

Novel ini boleh dibilang mengkritisi situasi sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Terkhusus masyarakat pedesaan yang warganya banyak merantau ke Malaysia. Seperti halnya para tetangga Ulid di Desa Lerok. Termasuk orang tua Ulid, bahkan akhirnya Ulid sendiri. Yang mana mereka ramai-ramai merantau sebab satu tujuan. Yakni ingin mencari penghidupan yang jauh lebih baik. Meskipun faktanya, tak semua perantau itu pulang dengan membawa kesuksesan (baca: uang banyak).

Ulid memang menyuguhkan fakta yang memiriskan hati. Sebegitunya mereka meninggalkan desa. Dan, rela menjadi buruh di negara orang. Hanya demi segunung ringgit. Tapi tentunya, orang-orang desa itu tidak dapat dipersalahkan begitu saja. Kalau negara tak mampu menyediakan penghidupan layak bagi mereka di desa, apa boleh buat? Perantauan itu 'kan hanya salah satu solusi yang mereka temukan.

Singkat kata, novel ini super keren. Keren sebab telah berhasil “menggugat” dengan cermat dan lembut; sekaligus “menguliti” dengan cara yang senatural mungkin. Percayalah. Anda akan bertambah wawasan dengan membaca Ulid. Bila Anda sejak lahir jadi orang kota tulen, Ulid  menawarkan eksotisme kehidupan desa. Jika Anda wong ndeso murni, Ulid menawarkan nostalgila (bukan sekadar nostalgia). Aih....




Untuk melengkapi wawasan Anda mengenai novel ini, silakan baca juga catatanku Tentang Ulid, ya. Hmm. Sebetulnya bukan wawasan yang gimana-gimana, sih. Tapi yang merupakan sisi lainnya. Yang ringan-ringan begitu. Jangan lupa baca pula [Book Review] Ulid Tak Ingin ke Malaysia di blog Rak Buku Tinbe.

Spesifikasi bukunya ini, ya.
Judul      : ULID Sebuah Novel
Penulis   : Mahfud Ikhwan
Penerbit : Pustaka Ifada
Cetakan: Kedua, Februari 2016
Tebal     : xxii + 538 halaman



7 komentar:

  1. pingin baca novelnya ni mbak

    BalasHapus
  2. Miris banget, Indonesia yang kaya raya namun rakyatnya harus jauh2 merantau demi kehidupan yg lebih layak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beul, MBak. Tapi itu kenyataan, sebuah kenyataan yang buruk. Dan faktanya, sepulangnya mereka dari rantau itu, tak selalu meningkat ekonominya

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template