Selasa, 06 Desember 2016

Diundang 20 yang Datang 40

JANGAN menyediakan konsumsi sebanyak 20 porsi, jika menyebar 20 undangan. Paling tidak, sediakanlah 30 porsi plus tambahan satu ceret besar minuman. Tapi jumlah 30 itu belum aman lho, ya. Masih bikin deg-degan sebab yang datang bisa mencapai 40 orang. Maka demi keamanan dan kenyamanan hati (sebagai tuan rumah), sebaiknya menyediakan 40 konsumsi jika mengundang 20 orang.

Mohon jalankan "nasehat" di atas jika Anda tinggal di kampungku, ketika pada suatu saat menjadi tuan rumah pertemuan dasawisma atau PKK. Percayalah. Jangan nekad kekeuh dengan rumusan undangan 20 = konsumsi 20 porsi, jika tak ingin dirundung malu. Ini serius, lho. 

Mengapa jumlah konsumsi harus dilipatgandakan begitu? Karena... eh, karena... yang diundang ibu-ibu dan masing-masing akan hadir dengan 1 atau 2 balita. Bahkan kadang kala, ada pula yang membawa 3 balita sekaligus. Wow sekali, bukan? 

Lalu, siapa para balita itu? Ya bermacam-macam. Ada yang memang anak kandung dari si ibu yang diundang. Ada yang merupakan keponakannya. Ada pula yang merupakan cucunya. Yang datang membawa anak tetangganya juga ada (maksudnya tetangga tapi lain dasawisma, jadi memang tidak diundang).

Datang ke pertemuan resmi dan membawa serta anak balita? Iya, dong. Why not? Yang namanya ibu 'kan susah dipisahkan dari anak balitanya. Kalau aturan tidak boleh membawa bayi dan balita diberlakukan, bakalan segelintir orang saja yang hadir. Para nenek saja membawa bayi, kok. Hehehe.... 

Tuh, lihat. Si nenek datang ke pertemuan bersama cucunya yang belum genap 5 bulan. Ke mana ibunya? Lagi kerja, dong. Bapaknya juga.

Kalau teh dan kudapan sudah terhidang, para balita tak bebas lagi berseliweran. Ibu masing-masing akan menjagai mereka supaya tak menumpahkan teh...

Alhasil, kelonggaran aturan ini pun berdampak (agak) negatif. Apa dampak negatifnya? Yakni... anak-anak yang bukan balita pun ada yang nekad menyusul ibunya. Nah, lho. Berarti makin memperpanjang jumlah konsumsi yang mesti dibagikan toh? Haha!

Soal konsumsi yang mesti diperbanyak sih oke-oke saja. Asal penyediaannya dilebihkan banyak tak akan bikin heboh (heboh sebab rebutan konsumsi maksudnya). Yang kerap mengusik kelancaran acara itu kalau para balita berantem. Balita berantem itu 'kan ujung-ujungnya menangis jejeritan? Nah, itulah yang jadi biangnya heboh.  

Tapi tak mengapa. Semua kami bikin seru saja. Lagi pula, hanya dengan kelonggaran aturan begitulah kami bisa berkegiatan di kampung. Mengasuh anak jalan terus, menghadiri undangan perkumpulan kampung pun terlaksana. Yang penting dua-duanya jalan walaupun tidak ideal.   

MORAL CERITA:
Anak (kecil) bukan alasan untuk malas berkegiatan.

   

2 komentar:

  1. Makku di kampung mbak, selalu mengalikan dua buat setiap tamu yang datang, untuk mengantisipasi makanan berkurang...dan kayaknya ini sudah jadi strategi di kampung sih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheh, iya ya... sebab dalam hal ini tak bisalah berdisiplin total dengan jumlah haha...

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template