Rabu, 12 Oktober 2016

Senja, Hujan, dan Adik Monyet

BELUM ada seminggu yang lalu, aku menulis tentang topeng monyet. Di blog ini juga. Judulnya "Adik Monyet" (silakan klik di sini untuk membacanya lebih lanjut). Eh, tak dinyana tak kusangka.... kemarin senja kok si adik monyet lewat lagi. 

Iya. Kemarin senja tatkala semua orang memilih berdiam di rumah (sebab hujan), tetiba terdengar tabuhan gendang khas topeng monyet. Aku yang sedang berbaringan sembari membaca langsung kepo. Itu rombongan topeng monyet beneran atau tidak? Atau jangan-jangan, aku hanya berhalusinasi.

Eh, ternyata benar. Dari balik jendela kamar kulihat rombongan topeng monyet yang minimalis. Pesertanya hanya seorang manusia dan seekor monyet. Si monyet kecil tampak nelangsa di boncengan sepeda si tukang topeng monyet. Tubuhnya yang mungil terlihat mengkeret di dalam kotak peralatan. Susah payah berusaha berlindung dari tempias air hujan.

"Duh, kasihan adik monyetnya," gumamku. Ya. Sejujurnya, ada rasa perih di hatiku menyaksikan pemandangan itu. 

Adiba yang rupanya ikut berdiri di sampingku, menyeletuk, "Lho? Bunda kok tidak kasihan pada orangnya? Malah kasihan pada monyetnya? Yang bener gimana, sih? Kasihan pada manusia atau kasihan pada monyet?"

Halah. Pertanyaan Adiba malah tambah menggalaukanku. Iya, ya? Mestinya aku lebih merasa kasihan kepada pihak yang mana? Kepada si monyet atau kepada si tukang topeng monyet? Wah, runyam! Pertanyaan yang terdengar sederhana, tapi kenyataannya butuh pemikiran serius untuk menjawabnya.

Melihat si tukang topeng monyet setengah baya itu, aku juga iba.Dengan pelan ia mengayuh sepedanya di jalanan basah. Hujan tipis pun mendera tubuhnya dan tubuh si monyet kecil. Aku belum mampu menjawab pertanyaan Adiba sampai keduanya berlalu dari hadapan kami.

Tiba-tiba hujan kembali menderas. OMG! Hujan lebat lagi! Gumamku dalam hati. Segera aku berlalu menuju pintu dapur. Kubuka pintu tersebut dan... benar saja! Rombongan topeng monyet minimalis tadi berteduh di pos ronda. Dengan sedih kuamati mereka dari kejauhan. 

Si tukang monyet kulihat duduk di tangga pos ronda. Adapun si monyet kecil terlihat bermain-main di belakangnya. Ketika hujan makin lebat, sepeda yang dilengkapi kotak pertunjukan segera dinaikkan ke bagian dalam pos ronda. Si bapak ikut ke bagian dalam juga.

Karena hujan lebat juga menyebabkan air tempias ke dapurku, kuputuskan untuk menutup pintu. Usai sudah kusaksikan pemandangan mengharukan itu. Tapi rasa ibaku tak begitu saja lenyap. Apa boleh buat? Ternyata sampai detik itu pun, aku belum mampu menempatkan rasa yang tepat terhadap topeng monyet. Tegas menolaknya atau tegas mendukung keberadaannya?

Mungkin bagi Anda sikapku terasa konyol. Atau, aku terlampau lebay. Hanya monyet doang. Kenapa dipikirkan secara mendalam? Begitu mungkin pikir Anda. Oke, oke. Memang hanya monyet. Tapi masalahnya, dalam rombongan topeng monyet selalu ada manusia. Sesamaku. Sesama Anda juga. 

Sungguh, hatiku perih. Si tukang topeng monyet kemungkinan besar adalah seorang kepala keluarga. Ada anak dan istri yang menunggunya bawa uang di rumah. Kalau sampai tak sepeser pun uang yang dibawanya, lalu bagaimana? Duh, duh, entahlah.

Senja itu adalah senja yang pilu bagiku. Aku pun merutuki diriku sendiri. Mengapa aku hanya mampu ikut bersedih? Mengapa aku batal untuk memberikan sejumlah uang kepada si tukang monyet, tanpa meminta monyetnya untuk beratraksi? Mengapa aku takut si tukang topeng monyet akan menolaknya sebab merasa terhina? 

Ah! Aku toh belum mencobanya. Jadi, enggak tahu pasti dia akan menolak atau menerimanya. Dan, aku menyesal sebab tidak nekad mencobanya dulu. Apa boleh buat? Sudah telanjur. Ah! Aku memang acap kali lemot dalam mengambil keputusan. Kalau Anda, bagaimana?

MORAL CERITA:
Dalam hidup ini adakalanya kita mesti berpikir dan bersikap cepat supaya tak menyesal di kemudian waktu.

#Tanpa foto sebab aku merasa tidak enak kalau ketahuan memotret oleh tukang topeng monyetnya

 

2 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template