Minggu, 30 Oktober 2016

Akibat Menghindari Proses


Untuk menjadi hujan pun, perlu proses menjadi mendung....

HARI ini aku terhenyak oleh sebuah kabar buruk. Kabar buruk itu sebetulnya tidak menyangkut diriku. Tapi saking buruknya (menurut kacamataku), aku menjadi demikian tercekam. Namanya saja kabar buruk. Sudah pasti kabar yang kudengar itu bikin meringis dan menangis. 

Anda pasti kepo mengenai kabar buruk tersebut. Apa sih kabar buruknya? Ini nih kabar buruknya: seorang kenalanku sedang kebingungan dan bete berat. Penyebabnya, pada tanggal 25 bulan depan rumah beserta pekarangannya akan disita bank. Mengapa? Karena --ternyata-- selama ini ia telah menjadikan rumah dan pekarangannya sebagai agunan utangnya di bank.

Nilai utangnya entah berapa. Tapi yang kutahu, tiap bulan ia mesti membayar cicilan sekitar lima jutaan rupiah. Berhubung sudah 3 bulan ia tidak membayar cicilan, pihak bank lalu memberikan warning penyitaan tersebut. Jadi saat ini, kenalanku itu sedang sibuk mencari pinjaman ke tetangga-kenalan-kerabatnya. 

Namun masalahnya, semua orang yang didatanginya tak punya uang sebanyak itu. Apa boleh buat? Tak ada konglomerat ataupun miliarder di antara kami. Kalaupun ada yang punya tabungan sebesar itu, sudah pasti enggan meminjamkannya. 

Bagaimana, ya? Si kenalanku itu sudah terlanjur punya cap suka berhutang lupa membayar, sih. Membayar sih membayar. Tapi lamanya minta ampun dan harus ditagih berkali-kali terlebih dahulu. Yang ratusan ribu rupiah saja kerap kali lalai membayar. Bagaimana dengan yang belasan juta? Wajar toh kalau kemudian orang berpikir seribu kali untuk membantu?

Usut punya usut, kenalanku itu bernasib buruk sebab kenekadannya sendiri. Ia nekad menjadikan rumah dan pekarangannya sebagai agunan utang sebab enggan berproses. Tidak mau memulai rencana dari nol. Tidak mau repot berpeluh-peluh untuk mencapai sukses.

Awal mula hutang besarnya pada bank adalah rencana beternak ayam petelur. Meskipun tahu dirinya telah banyak utang pada orang-orang, kenalanku nekad mengambil kredit dari bank. Alasannya, ia butuh modal besar untuk usaha. Oke. Kedengarannya manis 'kan? Hanya saja, seperti kebiasaannya, kenalanku itu menyelewengkan rencana.

Separo dari utang besarnya malah dipakai untuk beli sepeda motor besar. Yang tongkrongannya penuh gaya tapi berharga mahal itu, lho. Anaknya yang SMK memang sudah lama meminta sepeda motor tersebut. Walhasil, modal yang dipakai untuk memulai usaha tidak sesuai dengan pengajuannya ke bank. Padahal, jumlah cicilan ke bank besarnya ya sesuai dengan jumlah pinjaman. Bank mana tahu kalau ada penyelewengan dana untuk beli sepeda motor? 

Nah. Dari situlah petaka bermula. Kenalanku keberatan mengangsur. Apalagi ternyata hasil ternaknya kurang bagus. Makin beratlah bebannya. Tapi sesungguhnya, hasil ternak yang kurang bagus itu dapat dimaklumi. sebab ternyata, kenalanku memang bermalas-malasan. Tidak tekun dalam beternak. Otomatis pemasukannya pas-pasan. Sementara gaya hidupnya suka jajan dan selalu ingin beli barang-barang yang sifatnya kebutuhan tersier.

Duh, duh. Lingkaran setan banget 'kan? Tahukah Anda? Semua kekusutan masalah kenalanku sebenarnya bermula dari keengganannya melalui sebuah proses. Kalau memang belum punya uang yang cukup untuk membeli sepeda motor besar, mengapa mesti berhutang? Kalau hasil ternaknya belum bagus, sebab memang baru merintis, mengapa sudah keburu berhura-hura? 

Intinya, kenalanku memang tidak sabaran. Tidak mau berproses untuk kaya. Maunya cepat-cepat menjadi kaya tanpa proses. Proses sulitnya belum dilalui, tapi sudah kebelet bersenang-senang. Walhasil, bank pun berencana segera menyita rumah dan pekarangannya. Sekali lagi, apa boleh buat? Beginilah akhirnya. Ujung dari kisah keengganan menjalani sebuah proses.

Mungkin sebuah proses menuju sukses butuh waktu panjang. Banyak harga yang mesti dibayarkan selama menjalani proses. Bisa jadi, rasanya pun membosankan. Tapi suka atau tidak suka, sebuah proses memang mesti dijalani. 

Yup! Segala sesuatu memang berproses. Bila masanya tiba, suatu urusan yang terasa alot dan berbelit-belit pun akan selesai dengan lancarnya. Bila belum tiba masanya harus selesai, ya akan selalu ada hambatan yang menghalangi proses penyelesaiannya.

MORAL CERITA:
Jangan sekali-sekali menghindari proses. Ingat, tak ada kesuksesan dan prestasi yang datangnya tiba-tiba. Bahkan yang namanya keberuntungan pun, tetap ada prosesnya.

  .  


13 komentar:

  1. Hutang itu memang jadi mimpi buruk ya Mbak. Sekali berhutang, ibaratnya gali lobang tutup lobang gak akan pernah ada habisnya. Apalagi cuma untuk menuruti lifestyle semata. Semoga kasusnya segera kelar ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah, Mbak Winda. Utang bisa menjadi candu, terutama bila si orang yg berhutang emang malas bekerja

      Hapus
  2. semoga jadi pelajaran bagi kita semua, jangan main2 dengan pinjaman di bank, hitung kekuatan kita untuk membayarnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak. Jangan sampai kita terjebak untuk meniru perilaku keliru itu. Makasih atas kunjungannya.

      Hapus
  3. Terimakasih mbak, saya pernah punya niat untuk minjem duit ke bank dan itu dilarang keras sama orang tua saya. Niat kenalan mbak, kurang lebih sama dengan niat saya (hanya saja bukan dibidang ternak hehe) terimakasih mbak, mungkin saya membangun bisnis dengan modal gaji kerja bulanan saja hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama Mas Rijal; iya betul, lebih baik pakai modal dari penyisihan gaji kita sendiri; sebisa mungkin kita memang menghindari berhutang kok, ngeri kalau main-main dengan hutang, pertanggungjawabannya berat, dunia-akhirat

      Hapus
  4. Duh, ngeri deh kalau smape berhutang trus disita kayak gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak, saaangaat ngeri! Tapi itu terjadi sebab keteledoran si pengutang sendiri...terlalu berani sembrono dengan bank. Semoga dapat menjadi pembelajaran dan pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati.

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template