Selasa, 28 Juni 2016

Piket dan Hujan

TAK terasa Ramadan sudah berjalan tiga minggu lebih sedikit. Itu berarti sudah empat hari Senin kami nikmati selama bulan suci ini. Iya, kami. Sebab yang kumaksudkan kami di sini adalah para tetanggaku dan diriku. Bukan aku sendiri.... :D

Sampai segitunya, ya? Sampai aku hafal begitu? Ah, enggak juga. Percayalah. Semua itu sebab aku terjadwal sebagai petugas piket di hari Senin. Maksudnya piket di mushala kampung. Untuk mengurusi buka bersama itu, lho.

Bagaimana, ya? Senin kemarin adalah Senin keempat bagiku untuk bertugas. Dan ternyata, keempat Senin tersebut bernuansa sama ketika sore tiba: KELAM-HUJAN-ANGIN YANG MEMBADAI.    

Subhanallah. Ketika Senin sore kami bersiap di mushala, langit amatlah gelap. Angin bertiup dingin, sesekali agak membadai. Aku dan teman-teman seperpiketan pun saling pandang. Dilanjut saling melempar senyum. Akhirnya, sama-sama saling memanjatkan doa: Ya Allah, mohon hujan yang turun senja ini tak semembadai awal Ramadan dahulu....

Haha! Aroma trauma masih membayangi kami. Kami sungguh tak mau kalau kejadian hari pertama Ramadan terulang. Namun untuk mengantisipasi segala hal, kami tetap bersiaga. Misalnya menaruh sandal di tempat yang tak rawan hanyut, meletakkan nasi kotak di tempat yang tak mungkin kebasahan.... Yup. Pengalaman telah mengajari kami cara untuk mengantisipasi.

Alhamdulillah pada akhirnya bukber dan shalat Magrib berjamaah berjalan lancar. Hujan memang tetap turun. Tapi tak lebat menggila. Alhamdulillah. Sekalipun jumlah peserta bukber dan jamaah shalat Magrib menurun gegara hujan, suasana tetap meriah. Alhamdulillah.

MORAL CERITA:
Kapan pun dan bagaimanapun situasinya, hujan yang turun selalu wajib kita syukuri.
   


0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template