Senin, 13 Juni 2016

Ini Begadang atau Bukan, Sih?

PENJELASAN dari kantuk berat yang selalu menderaku tatkala Tarawih dan Subuhan di mushala adalah... berkurang drastisnya waktu tidurku! Hehehe.... Ampun, deh. Berkurangnya waktu tidur di kala bulan Ramadan sebenarnya merupakan hal yang biasa, toh? Semua orang (yang berpuasa) juga begitu. 

Mumpung berada dalam bulan penuh ampunan, mengapa tidak memperbanyak shalat dan doa untuk memohon ampun atas segala dosa? Mumpung sedang dalam bulan yang penuh barokah, mengapa tidak memohon keberkahan sebanyak-banyaknya? Sekalipun konsekuensinya adalah kurang tidur. 

Terkantuk-kantuk sedikit saat Tarawih, tak mengapa. Menguap berkali-kali pas menyimak tausiah Subuh di mushala, juga tak mengapa. Tapi masalahnya, aku kerap mengamati bahwa kadar kantukku selalu di atas normal. Maksudku, daku selalu lebih teler jika dibandingkan orang-orang yang lainnya.

Maklum saja. Aku kerap nekad tak tidur sejak malam hingga waktu Subuh tiba. Siangnya tidur sebentar saja. Bahkan kadang kala, hanya tertidur. Bukan sengaja tidur. Lewat dari jam dua siang, mana ada waktu buat tidur lagi? Maka hasilnya jelas. Tarawih pun kujalani dengan penuh onak dan duri. Haha!

Kalau sudah begitu, sepulang Tarawih aku langsung terlelap. Bangun sekitar jam sebelas malam. Segar bugar, dong. Lalu, baca-baca buku dan Alquran (Maaf, ya. Ini memang lagi sedikit melakukan pencitraan. Hmm...). Eh, tahu-tahu jarum jam sudah menunjukkan pukul satu WIB.

Kala sudah jam segitu, mana aku berani tidur? Sekalipun berniat kuat untuk tidur satu atau dua jam saja, faktanya aku bisa bangun pas azan Subuh. Gawat 'kan? Sangat berpotensi tidak sahur kalau aku kembali tidur. Karena aku tak mau mengambil risiko berpuasa tanpa sahur, pilihan melek sampai pagi --bahkan siang hingga malam-- adalah keniscayaan.   

Entahlah. Apakah itu berarti aku begadang? Aku bingung untuk mendefinisikannya. Kalau begadang 'kan meleknya sejak awal? Enggak tidur malam sama sekali? Sementara dalam kasusku (ealahhh...kasus...), aku sudah tidur malam kurleb 3 jam.

Sudahlah. Entah termasuk begadang atau tidak, yang jelas aku merasa kuantitas tidurku amat berkurang. Sesungguhnya saat terjaga pada jam 11 atau 12 malam, bisa saja aku memutuskan untuk melanjutkan tidur. Bangunnya pas sekitar  jam dua. 

Tapiiiii.... Bukankah bangun untuk beribadah jauh lebih baik daripada ngorok? Terlebih kalau pada dini hari juga ada jadwal laga sepakbola Timnas Jerman. Whuuuaaaa! Daku takut ketinggalan, dooong. 

MORAL CERITA:
Hidup benar-benar merupakan proses memilih. Pilih beribadah atau pilih molor? Pilih nonton Timnas Jerman main atau khusyuk bermunajat kepada-Nya?Huft! 



2 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template